Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Acts - 036 (The Days of Moses)
This page in: -- Albanian -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Cebuano -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Greek -- Hausa -- Igbo -- INDONESIAN -- Portuguese -- Russian -- Serbian -- Somali -- Spanish -- Tamil -- Telugu -- Turkish -- Urdu? -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

KISAH PARA RASUL - Mengiringi Pawai Kemenangan Kristus
Pendalaman Alkitab Kisah Para Rasul
BAGIAN 1 - PENDIRIAN GEREJA YESUS KRISTUS DI YERUSALEM, YUDEA, SAMARIA, DAN SYRIA - Melalui Rasul Petrus, Dibawah Tuntunan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1 - 12)
A - Perkembangan dan pertumbuhan gereja mula-mula di Yeruslem (Kisah Para Rasul 1 - 7)
21. Pembelaan Stefanus (Kisah Para Rasul 7:1-53)

a) Penjelasan Mengenai Masa Bapa-bapa Leluhur (Kisah Para Rasul 7:1-19)


KISAH PARA RASUL 7:17-19
17 “Tetapi makin dekat genapnya janji yang diberikan Allah kepada Abraham, makin bertambah banyaklah bangsa itu di Mesir, 18 sampai bangkit seorang raja lain memerintah tanah Mesir, seorang yang tidak mengenal Yusuf. 19 Raja itu mempergunakan tipu daya terhadap bangsa kita dan menganiaya nenek moyang kita serta menyuruh membuang bayi mereka, supaya bangsa kita itu jangan berkembang.”


b) Masa Musa (Kisah Para Rasul 7:20-43)


Kisah Para Rasul 7:20-29
20 “Pada waktu itulah Musa lahir dan ia elok di mata Allah. Tiga bulan lamanya ia diasuh di rumah ayahnya. 21 Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri. 22 Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya. 23 Pada waktu ia berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel. 24 Ketika itu ia melihat seorang dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan membela orang itu dengan membunuh orang Mesir itu. 25 Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti. 26 Pada keesokan harinya ia muncul pula ketika dua orang Israel sedang berkelahi, lalu ia berusaha mendamaikan mereka, katanya: Saudara-saudara! Bukankah kamu ini bersaudara? Mengapakah kamu saling menganiaya? 27 Tetapi orang yang berbuat salah kepada temannya itu menolak Musa dan berkata: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? 28 Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu? 29 Mendengar perkataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang di tanah Midian. Di situ ia memperanakkan dua orang anak laki-laki.”

Para saksi dusta itu menuduh Stefanus menolak Musa dan menyelewengkan ajarannya, yang menyebabkan Stefanus kemudian memberikan penjelasan tentang kehidupan Musa secara terperinci. Ia memberikan pandangannya tentang pengantara besar dari Perjanjian Lama itu dengan terus terang dan tanpa catatan.

Pertama-tama ia menceritakan kembali kisah kehidupan Musa, mulai dengan ketika ia masih bayi. Bangsanya sudah berkembang sangat pesat, yang menyebabkan bangsa Mesir berusaha mengendalikan tingkat kelahiran mereka. Orang Mesir mengatakan, “Kalau kita membiarkan mereka maka mereka akan berlipat ganda dan menjadi lebih kuat daripada kita. Kalau kita tidak memperbudak mereka, mereka yang akan menelan kita.”

Di tengah kesulitan besar itu Tuhan nampak semakin dekat dengan orang-orang yang sungguh percaya kepada-Nya. Orangtua Musa menyembunyikannya ketika ia masih bayi di sela-sela pohon gelagah di bagian sungai yang dangkal di tepian sungai Nil. Nama “Musa” berarti “ditarik keluar.” Gelombang masalah berkembang dengan cepat, tetapi pada saat kesulitan itu mencapai puncaknya Allah campur tangan dan menyelamatkan nabi-Nya yang sudah Ia tetapkan.

Yang Maha Tinggi memakai orang-orang yang berkedudukan tinggi untuk mendidik Musa. Pemuda itu masuk ke dalam keluarga Firaun, dimana ia mendapatkan pendidikan terbaik yang ada di Mesir. Ia juga mempelajari segala rahasia sihir negeri Mesir, ritual-ritual berkaitan dengan orang mati, dan ilmu nujum, karena pada masa mudanya ia bukan orang percaya, tetapi seorang yang sama juga jahatnya seperti orang-orang yang lain.

Ketika dia, kemudian, tahu bahwa dirinya bukan orang Mesir, melainkan keturunan Ibrani, dan bahwa bangsanya sedang diperbudak dan disiksa, ia langsung dan secara spontan bertindak, membunuh seorang mandor Mesir yang bertugas mengendalikan dan mengatur bangsanya. Semua pendidikannya tidak berguna baginya. Ia mendapati dirinya berpikir mengenai kemampuannya untuk menyelamatkan bangsanya melalui kekerasan dan pertumpahan darah. Inilah jalan tipu daya yang ditempuh banyak orang. Mereka ingin mengubah keadaan dengan menggunakan cara-cara tipu daya, kekerasan dan bom. Maka semua orang mengikuti, dan, seperti Musa, mereka menjadi pembunuh. Mereka tidak akan mampu mengubah apa pun berkaitan dengan kebenaran, karena kita tidak membutuhkan adanya jalan keluar yang baru, tetapi membutuhkan manusia-manusia yang dibaharui. Pada masa Yesus, para pemimpin Israel membunuh Anak Manusia, mengatakan bahwa dengan membunuh Dia maka mereka menyelamatkan bangsa itu. Sebenarnya, hati mereka tetap tidak berubah, karena bangsa-bangsa tidak bisa saling berdamai satu sama lain dengan menempuh jalan perang, penaklukkan, dan ketidakadilan, yang hanya akan memperburuk keadaan.

Musa mengira bahwa teman-teman sebangsanya akan menyambutnya sebagai penyelamat dan mengangkatnya menjadi raja. Tetapi ketika dua orang sebangsanya berkelahi dan menolak usaha pendamaian yang dilakukannya, ia menyadari bahwa semua pembicaraan mengenai menjalin persaudaraan sebangsa hanyalah dusta belaka. Ujung-ujungnya, semua orang hanya akan memikirkan dirinya sendiri. Musa merasakan kebencian saudara-saudaranya terhadap dirinya, dan mengalami ketidak-setiaan mereka ketika mereka melaporkan kepada pihak penguasa mengenai pembunuhan yang telah ia lakukan. Ia kemudian melarikan diri dari Mesir ke padang gurun; bangsanya sudah menolak dia.

Kristus juga mengalami penolakan yang sama. Rencana Allah adalah untuk menyelamatkan umat-Nya yang keras kepala melalui Anak-Nya. Dengan demikian mereka akan dilepaskan dari perbudakan kepada dosa, kematian dan Iblis, dan menemukan pendamaian di Hari Penghakiman. Tetapi umat-Nya sendiri tidak memahami Dia. Mereka menolak Yesus, sebagaimana yang mereka lakukan kepada Musa, yang menunjukkan bahwa mereka adalah bangsa yang cenderung untuk melakukan penolakan dengan hati yang keras. Pertanyaan yang harus dijawab adalah: Bagaimana dengan keadaan kita sendiri? Apakah kita lebih berhikmat dibandingkan dengan orang-orang Yahudi itu? Apakah kita menerima Kristus, atau kita menolak Dia? Tidakkah kita mendengar suara Roh Kudus yang memanggil kita pada zaman ini?

Musa pun menjadi seorang pengungsi di antara suku Beduin itu. Ia belajar mencukupkan diri, kerendahan hati dan penggembalaan di padang gurun dan tanah gersang itu. Menjadi gembala adalah pekerjaan yang berat, karena memerlukan keberanian, kesabaran, dan banyak pengalaman. Ada kemungkinan bahwa Musa, selama masa ia berada di padang gurun, juga belajar bahasa Arab, karena bahasa Midian merupakan salah satu cabang dari bahasa Semit. Ia menikah dengan seorang gadis Midian, dan memiliki dua orang anak laki-laki. Pernikahan itu merupakan pernikahan campur antara bangsa Israel dengan bangsa Arab, yang dilakukan oleh Musa, pemimpin besar bangsa Israel (Keluaran 18:1-17).

DOA: Ya Tuhan, tolonglah aku supaya jangan mengandalkan kekuatanku sendiri, supaya aku jangan berusaha menyelamatkan diri sendiri atau mempengaruhi orang lain dengan kepandaianku. Biarlah Roh-Mu memperbarui hatiku dan darah Kristus membersihkan aku dari semua dosaku. Kasihanilah kami, ya Tuhan, sucikanlah kami dan bimbinglah ke dalam kepenuhan keselamatan-Mu.

PERTANYAAN

  1. Bagaimana kita tahu bahwa Musa tidak mengalami pembaharuan hidup karena pendidikan yang baik?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on September 27, 2012, at 10:26 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)