Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Matthew - 029 (Call to Repentance)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Hausa -- Hebrew -- Hungarian? -- Igbo -- INDONESIAN -- Javanese -- Latin? -- Peul -- Polish -- Russian -- Somali -- Spanish? -- Telugu -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

MATIUS - Bertobatlah, Kerajaan Kristus Sudah Dekat!
Belajar dari Injil Kristus menurut Matius
BAGIAN 1 - Periode Awal di dalam Pelayanan Kristus (Matius 1:1 - 4:25)
B – Yohanes Pembaptis Mempersiapkan Jalan Untuk Kristus (Matius 3:1 - 4:11)

1. Panggilan kepada Pertobatan (Matius 3:1-12)


MATIUS 3:7-9
7 Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? 8 Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan 9 Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini.
(Yohanes 8:33-39; Roma 2:28-29; Roma 4:12)

Pada masa Yohanes Pembaptis, kelompok orang-orang Farisi beranggotakan sekitar 6000 orang. Mereka menganggap diri mereka berbeda dengan orang-orang lain dan beribadah kepada Allah dengan perasaan bahwa mereka tidak tercemar seperti orang-orang lain sebangsanya, dan dengan ketat serta akurat menaati seluruh hukum di dalam Perjanjian Lama, dan dengan kaku mengikuti seluruh tradisi dari para leluhur. Mereka ingin mengatur keadaan kehidupan di bawah aturan yang sangat ketat. Peraturan yang mereka tetapkan pada masa Yesus sudah menggunung sampai berjumlah 248 kewajiban dan 365 larangan. Mereka dengan sungguh-sungguh menjaga agar diri mereka tidak melanggar satupun dari aturan itu supaya kerajaan Kristus akan segera datang. Mereka yakin bahwa manusia bisa menyelamatkan diri mereka sendiri dengan menaati Hukum. Mereka tidak memahami bahwa Hukum tidak memberikan kuasa kasih kepada manusia. Hukum justru menjatuhkan kutuk kepada sikapnya yang mementingkan diri dan mengungkap dosa seperti sebuah cermin.

Orang-orang Saduki juga menganggap diri mereka sebagai orang-orang benar dan saleh. Mereka adalah sekelompok imam yang terkemuka dan orang-orang yang terbuka kepada kehidupan modern dan kepada pemikiran Yunani serta Romawi dan berusaha untuk menggabungkan pemikiran itu dengan Alkitab. Orang-orang Saduki menyangkal keberadaan malaikat. Mereka tidak mau percaya kepada keabadian jiwa-jiwa, dan kepada kebangkitan orang mati, dan menganggap penghakiman terakhir itu sebagai khayalan belaka. Mereka meragukan adanya campur tangan Allah di dalam sejarah manusia, yang membuat mereka menjalankan kehidupan yang memiliki motto, “Mari kita makan dan minum karena besok kita akan mati.” Di sisi lain, bait Allah dan korban tetap, dalam pandangan mereka, menjadi hakekat dari pendamaian dengan Allah. Mereka memiliki banyak pengikut dan semua imam serta orang-orang Lewi tunduk kepada mereka di dalam jabatan mereka. Mereka berurusan, sebanyak mungkin, dengan orang-orang Romawi untuk memelihara kekuasaan orang-orang Yahudi di sekitar Bait Allah.

Yohanes Pembaptis, dengan sangat berani, menyebut para pemimpin agama itu sebagai “keturunan ular beludak.” Setiap orang Yahudi tahu bahwa Alkitab menyebut Iblis sebagai “si ular.” Yohanes menyebut mereka sebagai “keturunan ular beludak” karena kejahatan mereka dan pengajaran mereka yang berbisa dan usaha mereka untuk dengan tipu daya melarikan diri dari murka dengan cara menerima baptisan darinya tetapi tanpa pertobatan. Ia bertanya kepada mereka tentang siapa yang sudah memperingatkan kepada mereka untuk lari dari murka yang akan datang—murka yang sama, seperti yang mereka ketahui dari Alkitab, yang akan datang atas orang-orang jahat ketika Kristus dinyatakan. Dengan penuh keberanian, Yohanes mengutuk sikap mereka yang membenarkan diri sendiri yang ditunjukkan dengan kemauan mereka untuk secara literal mentaati Hukum. Ia mengecam kehidupan yang merdeka karena mentaati Hukum dan justru mengatakan bahwa Hukum itu ada untuk menyatakan dosa. Ia juga menjelaskan tentang murka Allah akan kemunafikan dan akan sikap menipu diri sendiri dalam memelihara semua ritual dan memberikan kesaksian akan penghukuman terhadap mereka yang hidup tanpa Allah, karena tidak ada orang yang benar di hadapan Allah. “Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Roma 3:12).

Kepada orang-orang lain Yohanes merasa cukup hanya dengan berkata, “Bertobatlah, Kerajaan Surga sudah dekat.” Tetapi ketika ia melihat orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki yang merasa benar itu datang, ia tahu bahwa ia perlu menegur mereka dan menjelaskan tentang rencana Allah secara lebih terperinci. Dengan keras Yohanes menegur mereka, bukan memanggil mereka “Rabbi” atau memberikan pujian seperti yang biasa mereka terima, ia justru memanggil mereka “keturunan ular beludak.” Kristus menyebut mereka dengan nama yang sama (Matius 12:34; 23:33). Meskipun mereka nampaknya benar dan tulus, mereka adalah ular yang sangat beracun dan berbahaya penuh dengan kebencian dan permusuhan kepada segala yang baik.

Sekarang, apakah buah pertobatan itu? Manusia cemar, bahkan di dalam kehendaknya ia tidak bisa melakukan yang baik. Karena itu buah yang diperlukan adalah:

  • Pertama: Pemahaman yang benar akan kejahatan kita.
  • Kedua: Hancurnya kesombongan kita melalui pengakuan dosa di hadapan Allah.
  • Ketiga: Doa yang terus menerus agar kuasa Allah bisa berdiam di dalam kita dan membawa kita kepada kehidupan yang kudus.
  • Keempat: Tekad dan kemantapan untuk hidup dalam segala waktu bersama dengan Allah.

Mereka yang mengatakan bahwa mereka sangat menyesal atas dosa-dosa mereka akan tetapi masih berkanjang di dalam dosa-dosa itu tidak layak untuk menerima hak yang menyertai pertobatan yang benar. Mereka yang mengaku bertobat dan dibaptis haruslah sungguh-sungguh menyesal karena dosa dan perbuatan mereka, berjuang untuk tidak pernah lagi melakukan sesuatu yang akan membuat mereka menyesali dosa itu lagi. Hati yang menyesal akan menyebabkan seseorang menjadi rendah hati, berterima kasih atas anugerah yang paling kecil sekalipun, bersabar di dalam penderitaan yang paling berat, berjuang untuk menghindar dari semua jenis dosa, bertekun di dalam setiap pekerjaan baik, dan penuh dengan kasih dalam menilai orang-orang lain.

Orang-orang Yahudi percaya bahwa karena Abraham adalah bapa mereka, itu menjadi jaminan akan perjanjian dan sumpah Allah bahwa Allah tidak akan mencabut janji-Nya. Yohanes menegur keyakinan ini dan menyebut anak-anak Abraham itu sebagai anak-anak Iblis. Ia menunjuk kepada batu-batu yang ada di padang gurun di sekitarnya dan mengatakan bahwa kalau hati mereka yang membatu tidak dihancurkan dan mereka tidak meminta pertolongan Allah untuk hati yang baru, yang penuh anugerah, “Allah sanggup membangkitkan anak-anak Abraham dari bebatuan itu.”

Pernyataan “Allah sanggup membangkitkan anak-anak Abraham dari bebatuan itu” adalah yang perlu kita perhatikan di dunia kita sekarang ini. Hati begitu banyak orang sudah mengeras dan mereka tidak mendengar suara Allah di dalam hati mereka karena ratusan tahun doktrin anti Kristus. Tetapi kita percaya, dan mengakui dengan sukacita dengan Yohanes Pembaptis, bahwa Allah mampu membangkitkan anak-anak Abraham dari antara hati yang membatu.

Pandangan yang sia-sia untuk berpikir bahwa memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitar kita akan menyelamatkan kita. Meskipun kita mungkin keturunan orang-orang yang saleh, diberkati dengan pendidikan keagamaan yang baik, memiliki keluarga yang mengutamakan takut akan Allah, atau memiliki sahabat yang memberikan nasehat dan berdoa untuk kita, apa gunanya semua itu jika kita tidak bertobat dan menjalani kehidupan pertobatan? Dan bagaimana dengan anda, saudara terkasih—apakah anda percaya bersama kami dan mengakui kuasa keselamatan dari Tuhan?

DOA: Oh Allah yang Kudus, Engkau murka atas semua penindasan dan kejahatan; dan Engkau menolak segala kemunafikan dan sikap mendusta diri sendiri. Tolonglah saya agar jangan menjadi seperti orang-orang Farisi atau orang-orang Saduki, tetapi biarlah saya menjadi remuk di hadapan-Mu dan bertobat atas dosa-dosa saya. Saya senantiasa meminta anugerah-Mu, agar kuasa-Mu bisa menciptakan di dalam kelemahan saya buah-buah Roh-Mu yang murni. Engkau adalah Hakim dan Juruselamat saya, janganlah meninggalkan saya.

PERTANYAAN:

  1. Siapakah orang-orang Farisi, dan siapakah orang-orang Saduki?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on July 21, 2023, at 04:06 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)