Home -- Indonesian -- Colossians -- 025 (Christ the Head and Reconciler of the Church)
Previous Lesson -- Next Lesson
6. Kristus adalah Kepala dan Pendamai Gereja dengan Allah (Kolose 1:18-23)
KOLOSE 1:19-20
19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan tinggal di dalam Dia, 20 dan di melalui Dialah Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan pendamaian dengan darah salib Kristus.
Kepenuhan Kristus dan Pendamaian kita dengan Allah melalui Penyaliban Yesus
Paulus, pada tahun-tahun pemenjaraannya sambil menunggu pengadilan di bawah kekuasaan Romawi, menemukan waktu untuk berdoa syafaat, untuk mengucapkan syukur, dan untuk merenungkan firman Allah. Ia menyadari bahwa di dalam Kristus terdapat seluruh hikmat kebajikan dari segala kemahakuasaan yang kreatif, dan bahwa kepenuhan yang tidak ada bandingannya tersembunyi di dalam Dia. Namun, kepenuhan ini bukan hanya milik-Nya dalam bidang penciptaan, tetapi juga dalam seluruh bidang penyembahan dan pemujaan. Ia memiliki seluruh anugerah ilahi dan kuasa kehidupan. Rasul kepada bangsa-bangsa yang dipenjarakan ini hanya dapat berbicara tentang kekayaan Kristus yang tak terselami (Efesus 3:8). Paulus memahami bahwa di dalam Dia yang disalibkan dan bangkit berdiam seluruh kepenuhan keilahian , bersama dengan semua atribut, gelar dan kekuatannya. Kepenuhan ini selalu tetap menjadi kepenuhan, bahkan ketika kepenuhan itu diambil darinya. Akan tetapi, sang misionaris kepada bangsa-bangsa ini tidak ragu-ragu untuk memohon kepada Bapa Sang Mesias agar kasih Kristus, di dalam seluruh kepenuhan ilahi-Nya, tinggal di dalam diri para pengikut Anak-Nya (Ef. 3:19). Rasul Yohanes yang sudah lanjut usia kemudian menyadari, dengan kesederhanaan yang orisinal, jawaban dari doa rasuli ini, ketika ia bersaksi: “Sebab, dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima anugerah demi anugerah.” (Matius 11:25-28; Yohanes 1:16; 3:34-35; 16:15; 17:2, 10, dll.).
Perkenanan Allah selalu memiliki tujuan untuk mendamaikan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa dengan diri-Nya sendiri. Oleh karena itu, para malaikat bernyanyi pada saat kelahiran Kristus di Betlehem: “Kemuliaan bagi Allah di tempat Yang Maha Tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14) Paulus menulis kepada jemaat di Kolose bahwa Allah telah memperdamaikan seluruh alam semesta dengan diri-Nya sendiri melalui Kristus yang telah Ia utus (Efesus 1:9-10; Kolose 1:20). Dengan mengatakan demikian, ia berbicara tentang alam surga dan bumi, bukan alam neraka dan setan. Untuk waktu yang lama Iblis diberi hak untuk masuk ke dalam surga, untuk mendakwa manusia dan para nabi di hadapan Allah (Ayub 1:6-2:10). Namun, setelah kenaikan Yesus ke surga dan penobatan-Nya, ia diusir dari surga, membawa sepertiga dari bintang-bintang di langit (para malaikat) bersamanya, karena mereka telah tertular oleh kebohongannya ( Wahyu 12:3-4a). Oleh karena itu, surga juga termasuk dalam pembersihan dan pendamaian dengan Allah.
Kesimpulan dari perdamaian dengan Allah terjadi semata-mata melalui darah Kristus di kayu salib di Golgota. Nabi terakhir dari Perjanjian Lama, Yohanes Pembaptis, mengenali dengan kejelasan yang unik misteri Kristus. Setelah pembaptisan-Nya di sungai Yordan, ia berseru kepada para murid-Nya: “Lihatlah! Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia!” (Yohanes 1:29). Dalam hal ini, Paulus menulis kepada jemaat di Korintus: “Sebab, di dalam Kristus, Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya tanpa memperhitungkan pelanggaran mereka dan Dia telah memercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi, kami ini ututsan-utusan Kristus, sebab Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Korintus 5:19-21). Dari penjara, Paulus menulis kepada jemaat di Efesus: “Sebab, di dalam Dia kita beroleh penebusan melalui darah-Nya, yaitu pengampunan atas pelanggaran, menurut kekayaan anugerah-NYa, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian” (Efesus 1:7-8). Rasul Yohanes bersaksi: “Dialah pendamaian untuk segala dosa kita dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yohanes 2:2). Sebelumnya ia telah menulis: “Jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, kita mempunyai persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari segala dosa. Jika kita berkata bahwa kita tidak pernah berbuat dosa, kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita” (1 Yohanes 1:7-9).
Kita perlu memahami dan mengakui bahwa penyaliban Yesus Kristus adalah titik pusat dan titik balik dari rencana keselamatan Allah. Perjanjian Baru sering kali bersaksi tentang misteri pengorbanan pendamaian-Nya. Karena Putra Maria dilahirkan tanpa dosa dan, melalui kuasa Roh Kudus, tidak pernah berdosa, Dia menjadi satu-satunya manusia yang berwenang untuk menjadi wakil kita pada penghakiman Allah dan untuk menanggung hukuman kita. Dia menjadi anak domba yang dikorbankan bagi semua orang berdosa. Paulus bersaksi kepada jemaat di Roma: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh anugerah-Nya telah dibenarkan dengan cuma-cuma melalui penebusan dalam Kristus Yesus" (Roma 3:23-24). Petrus bersaksi: “Sebab, kamu tahu bahwa kamu telah ditebus dari car hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:18-19). Kita membaca dalam surat Ibrani:“Sebab, oleh satu kurban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang dikuduskan” (Ibrani 10:14).Berbahagialah orang yang mengakui dosa-dosanya kepada Juruselamatnya dan yang menerima pengampunan penuh atas segala dosanya. Ia dapat berkata dengan Paulus: “Sebab itu, kita yang telah dibenarkan karena iman hidup dalam damai sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus” (Roma 5:1).
Mereka yang berpendapat bahwa pada akhirnya, semua orang di mana pun akan diselamatkan, mengalami kesalahpahaman yang sangat disayangkan. Mereka mengakui bahwa seluruh dunia telah diperdamaikan dengan Allah, dan, sejauh pembahasan ayat ini, mereka benar! Namun, ketika orang berdosa tidak percaya kepada kematian Yesus yang menebus dosa, dan tidak terikat kepada tubuh Kristus melalui kesatuan Roh Kudus, maka pendamaian yang telah disempurnakan dengan Allah tidak akan berguna baginya! Hanya ada satu fakta keselamatan yang obyektif dan berakar kuat; namun hal ini hanya dapat dicapai dengan penerimaan keselamatan yang subyektif! Memang benar bahwa Yesus telah mati untuk semua umat manusia dan bahwa Ia secara realistis mendamaikan orang Yahudi, Muslim, Hindu dan Komunis dengan Allah. Ia tidak perlu sekali lagi mati di kayu salib untuk sekelompok orang yang tidak percaya. Namun, barangsiapa yang tidak dengan penuh syukur menerima keselamatan yang telah digenapkan ini dan yang tidak mempersembahkan penyembahan kepada Anak Domba Allah, akan mengeraskan dirinya dan semakin menjauhkan diri dari Tuhan dan Juruselamatnya. Orang ini, dengan penolakannya yang terakhir dan tertinggi, meneguhkan Kitab Suci: “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:16). Yesus sebelumnya telah menyatakan dalam beberapa kata-kata perpisahan-Nya:“… Sebab, jikalau Aku tidak pergi, Penolong (Roh Kudus) itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Ketika Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, karena mereka tidak percaya kepada-Ku” (Yohanes 16:7-9). Yesus, dalam kasih-Nya yang besar, telah menanggung semua dosa dunia. Secara hukum, tidak ada lagi dosa bagi orang-orang berdosa! Kita sudah bebas. Namun, orang yang tidak percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat dan Penebus, akan mendapati dosa yang telah ditebus itu kembali menimpanya. Itulah dosa yang paling menentukan di dunia ini – fakta bahwa mereka tidak percaya kepada nama Yesus Kristus atau penebusan yang telah Dia selesaikan bagi mereka dengan Allah.
Berbahagialah orang yang menyadari bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh telah menebus dirinya dan memperdamaikannya dengan Roh Kudus! Berbahagialah orang yang bersyukur kepada Juruselamat atas apa yang telah Dia lakukan, dan yang menyediakan hidupnya bagi-Nya sebagai persembahan pujian. Termasuk di dalamnya adalah kesiapan orang berdosa yang telah diampuni untuk mengampuni musuh-musuh dan lawan-lawannya atas kejahatan dan niat jahat mereka, agar dosanya tidak kembali menimpa dirinya sendiri (Matius 6:12, 14, 15). Iman kepada Yesus sang Juruselamat tidak hanya berarti persetujuan intelektual dan penerimaan keselamatan-Nya; lebih dari itu, iman menuntut integrasi ke dalam kesatuan yang penuh kasih antara gereja dengan Kepala rohaninya. Percaya kepada Yesus juga berarti: “Mengampuni – sama seperti Dia mengampuni!”
DOA: Tuhan Yesus, kami menyembah Engkau dan Bapa melalui Roh Kudus, karena di dalam Engkau berdiam seluruh kepenuhan ke-Allahan. Engkau mengesampingkan kemuliaan-Mu untuk menjadi manusia yang rapuh, seperti kami, dan mati menggantikan kami di kayu salib. Darah-Mu menyucikan kami dari segala dosa, dan untuk itu kami bersyukur kepada-Mu selamanya. Amin.
PERTANYAAN:
- Apakah artinya bahwa di dalam Kristus berdiam segala kepenuhan, dan bahwa darah-Nya telah menyucikan kita dari segala dosa?