Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Matthew - 127 (Jesus’ True Relatives)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Hausa -- Hebrew -- Hungarian? -- Igbo -- INDONESIAN -- Javanese -- Latin? -- Peul? -- Polish -- Russian -- Somali -- Spanish? -- Telugu -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

MATIUS - Bertobatlah, Kerajaan Kristus Sudah Dekat!
Belajar dari Injil Kristus menurut Matius
BAGIAN 2 - Kristus Mengajar dan Melayani di Galilea (Matius 5:1 - 18:35)
D - Orang-Orang Yahudi Yang Tidak Percaya dan Permusuhan Mereka Kepada Yesus (Matius 11:2 - 18:35)
1. Tua-tua Orang Yahudi Menolak Kristus (Matius 11:2 - 12:50)

i) Saudara-Saudara Yesus yang Sebenarnya (Matius 12:46-50)


MATIUS 12:46-50
46 Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. 47 Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau." 48 Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" 49 Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! 50 Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
(Matius 10:37; 13:15, Markus 3:31-35, Lukas 2:49; 8:19-21, Roma 2:11; 8:29)

Kristus tidak lagi berbicara kepada orang-orang Farisi, karena Ia melihat tidak ada sesuatupun yang bisa dilakukan-Nya untuk menolong mereka. Ia lalu berbicara dengan orang-orang biasa, yang tidak menyelewengkan pengetahuan mereka seperti orang-orang Farisi, dan siap untuk belajar.

Penganiayaan terhadap Yesus mencapai titik puncaknya ketika orang-orang Yahudi memaksa saudara-saudara-Nya untuk menghentikan pelayanan-Nya, kalau tidak mereka akan dihukum bersama dengan Dia dan dikucilkan dari antara bangsa itu. Saudara-saudara Yesus mendatangi-Nya, kemungkinan besar disertai oleh ibu-Nya juga untuk menenangkan mereka. Namun Yesus menyelesaikan masalah keluarga itu. Ia dengan terbuka membuat jarak dengan keluarga-Nya sementara pada saat yang sama menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada mereka, yang menunjukkan adanya wawasan rohani yang sangat mendalam. Yesus menyatakan bahwa Ia tidak lagi terikat dengan keluarga-Nya secara fisik, tetapi justru kepada para murid-Nya dalam persekutuan dengan Roh Kudus. Ia menganggap para murid-Nya adalah keluarga Allah, dan di dalam kerendahan hati-Nya, Ia tidak malu mengakui mereka sebagai saudara-saudara-Nya. Betapa luar biasa kehormatan yang diberikan kepada kita oleh Anak Allah melalui sebutan itu! Ia menegaskan kesadaran ini juga di dalam Doa Bapa Kami ketika Ia memanggil Bapa-Nya sebagai “Bapa Kami,” dimana Ia menegaskan kembali hubungan dengan Dia melalui berdiamnya Roh Kudus yang membuat kita menjadi anak-anak Allah. Apakah anda percaya bahwa Yesus adalah Saudara anda? Bagaimanakah anda mengucap syukur atas kehormatan yang diberikan-Nya kepada anda ini? Kristus mengomentari hal ini dengan perkataan yang memuaskan semua hati. Ia membatasi persaudaraan-Nya yaitu dengan mengakui persaudaraan-Nya dengan mereka yang melakukan kehendak Bapa di Surga. Tetapi apakah kehendak Bapa? Penginjil Yohanes mengatakan, “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 6:40). Rasul Paulus menambahkan, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu” (1 Tesalonika 4:3). Kehendak Allah adalah keselamatan dan pengudusan kita.

Kristus tidak akan menghentikan pengajaran-Nya dengan keluar menemui saudara-saudara-Nya. Ia begitu memusatkan perhatian kepada pekerjaan-Nya sehingga tidak ada gangguan apapun yang bisa mengalihkan-Nya. “Siapakah ibu-Ku dan siapakah saudara-saudara-Ku?” Bukan berarti hubungan kekeluargaan ditanggalkan, atau dengan alasan keagamaan, kita boleh tidak menghargai orang tua atau tidak bersikap baik kepada saudara-saudara, tetapi “segala sesuatu indah pada waktunya” (Pengkhotbah 3:11), dan tugas yang lebih kecil bisa ditunda dahulu, sementara yang besar dikerjakan. Ketika hubungan kita menjadi saingan dengan pelayanan kepada Allah, kita harus mengatakan kepada Bapa kita “Aku tidak mengindahkan mereka,” seperti yang dikatakan para imam Lewi (Ulangan 33:9). Hubungan yang terdekat harus rela dinomorduakan, yaitu, kita harus mengasihi Kristus lebih dari mereka. Tanggungjawab kita kepada Allah menempati prioritas yang paling utama.

Tidak seorangpun bisa memenuhi kehendak Allah dengan kekuatannya sendiri, karena kalau demikian maka Ia akan menjadi sama dengan Allah. Tetapi darah Kristus membasuhkan kita, dan Roh Kudus-Nya memampukan kita hidup dalam kehidupan yang kudus, dan menjadi pasti akan keberadaan Kristus sebagai Anak dan Allah Bapa sebagai Bapa-Nya.

Para murid-Nya, yang sudah meninggalkan semua untuk mengikut Dia dan menerima doktrin-Nya, sangat dikasih oleh-Nya lebih dari semua yang lain yang memiliki hubungan daging dengan-Nya. Mereka sudah meninggalkan ayah mereka. Sebagai gantinya dan untuk menunjukkan kasih-Nya kepada mereka, Ia menempatkan hubungan dengan mereka lebih dari hubungan-Nya yang lain. Kalau demikian, bukankah mereka menerima, dalam hal kehormatan, seratus kali lipat? (Matius 19:29).

Semua orang percaya yang taat memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus Kristus. Mereka memakai nama-Nya, mengenakan gambaran-Nya, memiliki hakekat-Nya, dan diakui sebagai keluarga-Nya. Ia mengasihi mereka dan berbicara dengan bebas dengan mereka dalam hubungan-Nya ini. Ia mengundang dan menyambut mereka di meja perjamuan-Nya, memperhatikan mereka, dan mencukupi keperluan mereka. Sekarang setelah Ia di surga, Ia tetap berhubungan dengan mereka, dan akan mengumpulkan mereka dengan diri-Nya di akhir zaman. Ia tidak akan gagal menggenapi tanggungjawab sebagai saudara yang terdekat (Rut 3:13). Ia tidak akan merasa malu atas hubungan itu, dan akan mengakuinya di hadapan manusia, malaikat, dan di hadapan Bapa-Nya.

DOA: Bapa yang Kudus, kami tidak bisa menyebut nama-Mu tanpa rasa takut dan penuh syukur. Tolonglah kami untuk menganggap kehidupan di dalam keluarga rohani-Mu lebih penting dibandingkan dengan semua ikatan kami di dunia ini. Tolonglah kami agar kami jangan jatuh, atau menyangkal keilahian-Mu, tetapi melakukan kehendak-Mu di setiap waktu sampai selamanya. Dan berkatilah anggota keluarga kami, agar mereka bisa bertobat dan diselamatkan di dalam kasih-Mu.

PERTANYAAN:

  1. Apakah perbedaan antara orang yang murtad dengan anggota keluarga Allah?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on July 27, 2023, at 04:23 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)