Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Matthew - 025 (Herod’s Attempt to Kill Jesus)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Hausa -- Hebrew -- Hungarian? -- Igbo -- INDONESIAN -- Javanese -- Latin? -- Peul -- Polish -- Russian -- Somali -- Spanish? -- Telugu -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

MATIUS - Bertobatlah, Kerajaan Kristus Sudah Dekat!
Belajar dari Injil Kristus menurut Matius
BAGIAN 1 - Periode Awal di dalam Pelayanan Kristus (Matius 1:1 - 4:25)
A – Kelahiran dan Masa Kanak-Kanak Yesus (Matius 1:1 - 2:23)

4. Usaha Herodes untuk Membunuh Yesus (Matius 2:12-23)


MATIUS 2:16-18
16 Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. 17 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: 18 "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.”
(Yeremia 31:15; Kejadian 35:19)

Herodes berpikir bahwa orang-orang majus takut kepadanya dan sangat menghormatinya dan akan langsung kembali kepadanya setelah mengunjungi Anak yang baru lahir itu. Ketika ia tahu bahwa mereka mengabaikannya. Ia menjadi sangat marah. Mereka tidak kembali untuk mengatakan kepadanya siapa Kristus itu dan dimana Ia tinggal. Ia sangat murka seperti yang memang sering terjadi kepadanya.

Herodes adalah seorang Edom dan kebenciannya kepada orang-orang Israel sampai merasuk ke tulangnya. Anak-anak kecil senantiasa ditempatkan di bawah perlindungan hukum manusia dan juga hukum alam, tetapi mereka menjadi korban kemurkaan raja yang kejam itu. Herodes berusia sekitar tujuh puluh tahun kala itu, sehingga anak yang di bawah dua tahun tidak akan mungkin mengancam tahtanya. Di bawah Nero, atasan Herodes, tidak bersalah bukan jaminan keamanan. Di sepanjang pemerintahannya, Herodes banyak menumpahkan darah. Tidak lama sebelum pembantaian anak-anak ini, ia membunuh seluruh anggota Sanhedrin. Ia juga tidak suka kepada anak-anaknya sendiri atau kemajuan mereka, ia membunuh dua orang anaknya sendiri, Aleksander dan Aristobulus, dan kemudian, anaknya Antipater lima hari sebelum ia sendiri mati. Semuanya hanya untuk memuaskan hawa nafsu kesombongan yang kejam sampai ia melakukan hal itu. Darah kepada orang-orang yang haus darah itu seperti air bagi mereka yang sangat kehausan, semakin banyak mereka mendapatkannya, mereka menginginkan semakin banyak lagi.

Macrobius, seorang sejarawan kafir, mengatakan bahwa ketika Kaisar Agustus mendengar bahwa Herodes membunuh anaknya sendiri di antara anak berusia dua tahun yang disuruh untuk dibunuh, mengatakan dengan nada mencibir—bahwa “lebih baik menjadi babi Herodes daripada menjadi anaknya.” Adat wilayah itu melarangnya membunuh babi, tetapi tidak ada yang menahannya untuk membunuh anaknya sendiri.

Beberapa orang percaya bahwa kepedihan dari orang-orang Betlehem ini adalah penghakiman atas penolakan mereka terhadap Kristus. Mereka yang tidak bersukacita atas kelahiran Anak Allah, dibuat menangis karena kematian anak-anak mereka sendiri. Yang kita baca tentang orang-orang Betlehem adalah bahwa mereka hanya “heran” atas kabar baik yang dibawa oleh para gembala kepada mereka, tetapi tidak “menyambut” berita itu dengan baik.

Dalam ayat 18, Matius menuliskan sebuah nubuat dari Yeremia 31:15, yang pada masa Yeremia, diterapkan untuk bangsanya yang menjadi tawanan dan dibuang ke Babel. Perhatikan di dalam ayat 17 bahwa Matius memperkenalkan nubuat ini, yang kali ini menunjuk kepada pembantaian anak-anak di Betlehem, bukan dengan perkataan, “supaya digenapi” tetapi “genaplah.” Perbedaan kedua frase itu sangat besar. Kalau Alkitab mengatakan bahwa sebuah peristiwa “supaya digenapi’ apa yang dikatakan di dalam nubuat, artinya peristiwa itulah satu-satunya tujuan dari adanya suatu nubuat; tetapi ketika Alkitab mengatakan “genaplah” apa yang dikatakan di dalam nubuat, sebagaimana yang dikatakan Matius, artinya peristiwa itu bukanlah satu-satunya tujuan adanya nubuat, tetapi bahwa nubuat itu bisa diterapkan dalam lebih dari satu peristiwa.

Yeremia menggambarkan Rahel, isteri Yakob yang sangat dikasihi yang dikuburkan di dekat Betlehem (Kejadian 35:19), sebagai wanita yang menangis dari kuburnya, menanyakan tentang anak-anak atau keturunannya, dan ketika ia tidak mendapatkan mereka, ia menolak untuk dihiburkan karena mereka tidak ada di tanah mereka sendiri dan bahkan terserak karena penganiayaan musuh-musuh mereka. Allah menyatakan kepada Matius penggenapan akan nubuat ini ketika pewaris yang sebenarnya, Kristus, melarikan diri dari musuh-Nya raja Herodes, membunuh anak-anak Rahel, semua anak laki-laki berusia dua tahun atau kurang.

Hal yang aneh adalah bahwa orang-orang Betlehem tidak percaya kepada berita para gembala dan orang-orang majus dan tidak tertarik kepada bayi Yesus. Mereka tidak datang untuk menyembah Dia. Karena mereka tidak percaya, meskipun ada kesaksian yang luar biasa itu, tangan Allah yang kuat jatuh atas mereka dengan mengijinkan adanya pembunuhan terhadap anak-anak mereka.

Nubuat ratapan dan kejadian yang menyedihkan itu mungkin akan mengundang penolakan beberapa orang kepada Kristus. Mereka yang menolak Dia mungkin bertanya, “Bisakah Mesias, yang seharusnya menjadi Penghibur Israel, diperkenalkan dengan memakai semua ratapan itu?” Ya, hal itu sudah dinubuatkan dan Alkitab haruslah digenapi. Meskipun, kalau kita melihat ayat-ayat selanjutnya di dalam nubuatan, kita menemukan penggenapan ketika “ratap tangis” di Rama akan berakhir dan Rahel akan dihiburkan ketika “untuk jerih payahmu ada ganjaran ... masih ada harapan untuk hari depanmu” (Yeremia 31:16-17). Untuk mereka Mesias dilahirkan, cukup untuk membalas semua kehilangan mereka.

Penghakiman Allah atas Betlehem adalah tulah kasih dari Tuhan mereka supaya mereka berbalik kepada Allah, bertobat, dan percaya kepada Kristus itu, Yesus.

Jadi sudah menjadi jelas bahwa Matius mengangkat pokok membandingkan Tuhan Yesus di dalam masa kanak-kanak-Nya dengan bangsa Yahudi di awal pembentukan mereka sebagai bangsa. Yesus akan keluar dari Mesir sebagaimana mereka; tetapi Kristus menjadi berhasil sementara bangsa Yahudi sebelumnya gagal karena kurangnya iman mereka. Penulis Injil Matius mengakhiri presentasinya tentang peristiwa kelahiran Kristus, dan kembali menekankan pelayanan global dari Kristus. Ia menunjuk kepada Nazaret, tempat kediaman-Nya semula, yang terletak di Galilea di sebuah garis internasional. Tempat itu penuh dengan orang-orang non Yahudi dan aktifitas perdagangan yang sering disertai dengan tindakan immoralitas dan penyembahan berhala. Sebagai akibatnya, tanah Yudea memandang dengan jijik mereka yang berasal dari Galilea secara umum, dan khususnya yang berasal dari Nazaret, sehingga Alkitab digenapi, “Ia dihina dan dihindari.”

DOA: Oh Allah yang Kudus, Engkau adil dan Engkau tidak menghukum tanpa alasan. Saya layak dibuang karena saya sudah mengabaikan kebesaran-Mu, menghina orang-orang miskin, dan tidak memperhatikan nubuatan-Mu. Berilah kasih karunia atas diriku dan bangsaku karena dosa-dosa kami diketahui di Sorga. Ciptakan di dalam diri kami rasa dukacita atas kejahatan kami. Tuntunlah kami ke dalam pengenalan akan kejahatan kami sendiri. Bukalah mata kami kepada penebusan Kristus, dan penuhi hati kami dengan kasih-Mu, sehingga kami bisa dibebaskan dari penghakiman-Mu yang akan membuka dan yang akan datang.

PERTANYAAN

  1. Apakah tujuan akhir dan penghukuman Allah?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on July 20, 2023, at 07:26 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)