Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Ephesians -- 012 (The apostle´s giving of thanks for the spiritual substance of the accountable church leaders in Ephesus)

This page in: -- Arabic -- English -- German -- INDONESIAN -- Turkish

Previous Lesson -- Next Lesson

EFESUS - Hendaklah Kamu Penuh dengan Roh
Meditasi, Renungan, Doa dan Pertanyaan Seputar Surat-surat kepada Gereja di Efesus
Bagian 1 - Doa-doa sang Rasul di Awal Suratnya Bagi Jemaat di Efesus dan Sekitarnya (Efesus 1:3-23)
B. Ucapan syukur dan Syafaat dari Rasul Paulus untuk Orang-orang kudus di Efesus (Efesus 1:15-23)

Sang rasul menaikkan syukur atas keberadaan rohani dari para pemimpin jemaat di Efesus (Efesus 1:15-16)


Efesus 1:15-16
“Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku”

Paulus memulai dengan menaikkan pujian kepada Allah Bapa kita dan Tuhan kita Yesus Kristus karena besarnya kekayaan rohani yang diberikan oleh Yang Mahakuasa dengan penuh kasih karunia kepada semua orang yang percaya kepada Yesus. Ia kemudian juga mengucapkan syukur dan pujian atas orang-orang kudus yang ada di Efesus. Melalui para utusan yang melalui kota itu, ia sudah mendengar bahwa iman jemaat, khususnya para pemimpin di dalam gereja-gereja rumah di sana, tidak pernah kendor. Sebaliknya, iman itu semakin bertumbuh dan bertambah kuat. Semua itu sudah dimulai sejak ia meninggalkan mereka, saat ia harus pergi karena kekacauan yang ditimbulkan oleh hasutan seorang tukang perak. Iman dan keyakinan jemaat kepada kebangkitan Tuhan Yesus dari Nazaret, yang sudah ditolak dan dihukum oleh orang-orang Yahudi, sudah melewati pencobaan, dan bahkan semakin kuat ketika menghadapi penganiayaan. Akibatnya adalah bahwa kesaksian akan pemerintahan, kuasa dan kasih Tuhan semakin bertumbuh, dan bukan mati.

Sang “rasul kecil” itu tidak memulai mengucapkan syukur atas iman orang-orang percaya di Efesus dan kemudian berhenti karena banyak masalah ada di sana juga. namun, ia meneruskan pujian dan ucapan syukurnya atas anugerah dari Tuhan yang hidup, anugerah yang menjadi nyata di dalam jemaat. Barangsiapa menaikkan ucapan syukur maka hatinya akan dipenuhi dengan damai sejahtera dan penghiburan. Barangsiapa hanya meminta dan memohon pemberian akan menghadapi bahaya, bahwa sejalan dengan waktu, ia bisa menjadi pahit hati dan kecewa. Ucapan syukur sama pentingnya dengan syafaat permohonan, dan bahkan kadangkala lebih penting! Dengan menaikkan ucapan syukur kita memuliakan Tuhan Yesus dan Bapa-Nya yang penuh kasih karunia, yang memberkati, menolong dan menyelamatkan kita.

Bukan hanya keberanian iman dan kepercayaan seperti anak-anak kepada kesetiaan Tuhan dan kedaulatan Yang Mahakuasa yang berkembang di antara jemaat di Efesus dan sekitarnya, namun terlebih lagi kasih di antara anggota jemaat itu sendiri. Bagi beberapa orang Kristen, iman sering dianggap sebagai tindakan berdasarkan intelektual, yang kemudian disingkirkan karena dianggap sudah “selesai.” Iman yang benar, menyatakan diri di dalam karya kasih dan kemauan menolong secara praktis. Mata hati yang terbuka akan bisa melihat keburuhan anggota jemaat yang lain, dan kemudian Roh Yesus akan berbisik di dalam batin mereka. Mereka kemudian dengan hikmat akan bisa mengetahui bagaimana dan berapa banyak mereka bisa menolong orang-orang yang sedang menderita itu. Pertolongan sebagai sahabat tanpa merendahkan orang yang ditolong, adalah keahlian dari Roh Kudus.

Dalam doa pengucapan syukurnya, Paulus menyaksikan tentang kasih dari para pemimpin jemaat kepada semua orang-orang kudus—bahkan kepada orang-orang yang sulit dikasihi. Di Efesus ada beberapa orang Kristen Yahudi yang tidak mau makan daging babi atau segala macam sosis, bahkan meski sebagian besar orang Kristen bukan Yahudi dengan bebas makan dan minum apa saja yang diberikan kepada mereka. Bahkan di jaman sekarang ini ada juga gereja-gereja dimana orang-orang percaya di dalamnya ada yang merasa bebas minum bir atau anggur, padahal hal itu membuat semua anggota lainnya merasa sangat tidak sejahtera; bahkan ada juga anggota yang merasa bebas untuk merokok sementara semua anggota jemaat lain harus berjuang untuk menahan batuk karena asap rokok itu. Mengasihi semua orang kudus menjadi sesuatu yang sangat berat dilakukan di beberapa gereja. Namun, Paulus bisa mengucap syukur bahwa di Efesus, paling tidak, ada sikap saling toleransi berdasarkan kasih karunia, dan ada kasih yang menjadi jembatan dimana perbedaan-perbedaan besar terjadi. Kerendahan hati orang-orang kudus bisa mengalahkan kesombongan dari orang-orang yang merasa diri super saleh.

Kalau melihat teks asli dalam bahasa Yunani kita bisa melihat bahwa Paulus bukan hanya berdoa secara umum untuk orang-orang yang bertanggungjawab dalam jabatan itu, tetapi ia juga membuat daftar doa yang lebih spesifik, dimana nantinya ia bisa melanjutkan dengan berdoa untuk setiap orang itu dengan menyebut nama-nama mereka. Berbahagialah orang-orang yang, karena disiplin dan pimpinan Roh Kudus, berdoa untuk para pemimpin jemaat dan pekerjaan missi secara rutin. “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yakobus5:16).

Doa: Bapa kami yang ada di surga, kami bersyukur dengan sepenuh hati karena Roh Yesus adalah Roh doa. Ia memotivasi kami untuk menaikkan ucapan syukur, mengakui dosa-dosa kami, dan berdoa, datang dan memohon kepada-Mu—untuk diri kami sendiri dan untuk anggota gereja-Mu. Ia memimpin kami untuk meminta agar Engkau menempatkan Roh-Mu kepada banyak orang lain, agar mereka juga belajar untuk hidup mengasihi dan menaikkan pujian. Amin.

Pertanyaan:

  1. Apa yang kita pelajari dari doa paulus untuk jemaat di Efesus?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on February 18, 2018, at 06:57 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)