Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Ephesians -- 007 (Our redemption through the blood of Christ)

This page in: -- Arabic -- English -- German -- INDONESIAN -- Turkish

Previous Lesson -- Next Lesson

EFESUS - Hendaklah Kamu Penuh dengan Roh
Meditasi, Renungan, Doa dan Pertanyaan Seputar Surat-surat kepada Gereja di Efesus
Bagian 1 - Doa-doa sang Rasul di Awal Suratnya Bagi Jemaat di Efesus dan Sekitarnya (Efesus 1:3-23)
A - Sebuah doa sang Rasul di Awal Suratnya Bagi Jemaat di Efesus dan Sekitarnya (Efesus 1:3-15)

Penebusan kita oleh darah Kristus (Efesus 1:7-10)


Efesus 1:7-10
"Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian”

Apa makna dari penebusan oleh darah Kristus?

Paulus menuliskan kepada orang-orang kudus di Efesus bahwa dirinya dan mereka juga sudah memiliki sesuatu yang tidak diketahui oleh banyak orang: penebusan—bahwa Yesus sudah menggenapkannya di kayu salib dan yang sudah dinyatakan diantara “banyak” orang yang percaya kepada-Nya. Mereka tidak memiliki hak ini sebagai “hak istimewa milik pribadi.” Namun, penebusan itu menjadi milik mereka di dalam persekutuan dengan Kristus yang sudah bangkit. Tuhan Yesus sedang berbicara mengenai rahasia penebusan ketika Ia mengatakan tentang diri-Nya, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius. 20:28). Barangsiapa mengikut Yesus tidak akan menjadi diktator, berlagak seperti bos, atau bersikap “aneh” lainnya, tetapi ia akan menjadi seorang hamba. Tuhan atas semua manusia tidak datang mengendarai kuda yang gagah perkasa, mengenakan jubah kebesaran, tetapi datang dengan berjalan kaki sebagai hamba yang rendah, yang tugasnya adalah untuk membasuh kaki para murid-Nya sebagaimana yang dilakukan oleh para budak (Yohanes 13:1-17).

Pernyataan pendahuluan mengenai penebusan “banyak orang” ini menjadi seperti revolusi bagi sistem kemasyarakatan. Yesus memberikan kepada manusia yang sangat mementingkan diri sendiri itu sebuah pola pikir yang baru, dan menjadikan mereka sebagai hamba dan pelayan. Tuhan kita adalah Tuhan yang lemah lembut dan rendah hati! (Matius 11:29). Barangsiapa mengikatkan diri kepada-Nya di dalam iman akan diubahkan menjadi serupa dengan-Nya.

Penebusan-Nya yang sempurna dan lengkap adalah bagian dari pelayanan Yesus. Yesus tidak memerintah para murid-Nya untuk taat kepada-Nya bagaikan seorang diktator. Namun, Ia memberikan diri kepada mereka, sehingga mereka bisa belajar untuk memberi diri kepada orang-orang lain.

Kebenaran di dalam Efesus 1:4 juga berarti bahwa Yesus, sebagai Anak Allah, adalah satu-satunya yang memiliki kemuliaan dan kehormatan untuk dipilih oleh Bapa-Nya. Ia adalah perwujudan dari kasih-Nya yang kudus. Ia hidup dalam kesempurnaan tanpa cela bersama dengan Bapa sejak masa kekekalan, dan sebagai Firman-Nya, Ia menciptakan alam semesta bersama dengan Bapa (Yohanes 1:3; 1 Korintus 8:6b; Kolose 1:16-18; Ibrani 1:2). Ia memperdamaikan semua orang berdosa dengan Allah yang Kudus dan membukakan pintu masuk ke hadirat Bapa (Yohanes 14:6; Roma 3:23-24 dst.). Barangsiapa datang kepada-Nya dan percaya kepada-Nya, akan dibasuhkan dari semua kecemarannya dan dicangkokkan ke dalam tubuh rohani Yesus. Melalui tubuh rohani ini semua orang percaya menerima bagiannya di dalam pemilihan melalui Yesus. Hanya melalui dan di dalam Yesus saja kita memiliki kesempatan untuk datang dan tinggal bersama dengan Bapa (Wahyu 7:9,10).

Pada masa Yesus, kata “tebusan” berarti membayar harga dari seorang budak yang mau dibeli oleh seseorang agar budak itu merdeka. Karena itu, “penebusan” di dalam Injil berarti membebaskan dari perbudakan dosa, dari kekuasan Iblis dan dari ikatan maut. Yesus dengan rela memberikan hidup-Nya sebagai harga untuk membayar semua manusia yang mengasihi dan taat kepada-Nya, sehingga mereka bisa diselamatkan dari murka Allah dan dibebaskan dari kuasa para seteru Tuhan.

Mengapakah perlu bagi Yesus untuk mati sebagai akibat dari karya pembebasan ini? Menurut hukum Perjanjian Lama, semua orang berdosa harus dibunuh karena pelanggarannya terhadap perintah Tuhan. Namun karena semua manusia berdosa, maka semua manusia harus dihakimi dan dihukum. Karena itu, Tuhan yang penuh belas kasihan memberikan hukum penggantian berupa binatang korban. Semua manusia berdosa harus membawa korban binatang ke Bait Suci, menempatkan tangannya di atas kepala binatang itu, mengakui kesalahannya, dan kemudian menyembelih binatang itu dengan tangannya (Imamat 1:4; 3:2, 8; 4:13, 15, 22, 24, 27, 29, 33; 8:14, 18, 22; 16:21 dst.), sehingga imam yang bertugas bisa mengoleskan darah binatang itu ke atas tanduk korban bakaran. Dengan cara itu semua pelanggaran yang tak disengaja akan diakui dan diperdamaikan di hadapan Tuhan yang kudus. Orang yang melakukan dosa secara sengaja harus dibunuh karena pelanggarannya.

Kita juga membaca di dalam Perjanjian Baru bahwa tanpa pencurahan darah tidak ada pengampunan dari Tritunggal yang kudus (Ibrani 9:22). Namun demikian, di dalam janji Perjanjian Lama ada sebuah pasal yang dengan jelas menuliskan tentang korban penggantian yang dilakukan Mesias bagi penebusan banyak orang, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya” (Yesaya 53:3-7).

Barangsiapa ingin memahami mengapa Rasul Paulus menyebut Tuhan Yesus sebagai “yang dikasihi-Nya” (Efesus 1:6) harus mengambil waktu untuk menghafalkan ayat ini atau membacanya berulangkali. Hanya dengan itu ia akan bisa memahami kasih yang tak berkesudahan dari Yesus dan kemudian bersyukur kepada-Nya atas kasih-Nya dengan segenap hati. Karena kesengsaraan dan kematian-Nya menggantikan kita, jutan orang yang sudah ditebus bisa bersaksi dan memuliakan Kristus sebagai yang "yang dikasihi” (Wahyu 7:9-10). Apakah kita sungguh-sungguh mengasihi Yesus? Bagaimana kasih itu nampak di dalam kehidupan praktis?

Yesus mati di kayu salib bagi semua manusia. Dengan kematian-Nya sebagai pengganti Ia menjadi pendamaian bagi segala dosa dari orang-orang yang bersalah. Ia tidak perlu lagi mati lagi untuk orang-orang Yahudi ataupun untuk orang-orang dari agama lain. Keselamatan untuk seluruh dunia sudah digenapkan di masa dan jaman ini. Lalu mengapa kita membaca bahwa “banyak orang” diselamatkan dan bukannya “semua orang?” Semua orang bebas secara penuh untuk memutuskan apakah ia mau menerima atau tidak penebusannya dari dosa dan belenggu. Tidak ada orang yang dipaksa untuk percaya kepada Yesus atau mengasihi Dia. Sebelum Hari Penghakiman terakhir yang agung itu ia bisa dengan congkak menolak penebusan-Nya dan berpikir bahwa ia cukup baik untuk bisa berdiri di hadapan Allah. Sebagian besar manusia di jaman ini menolak keselamatan melalui Yesus dan bahkan mentertawainya. Namun semua orang yang membuang keselamatan yang sempurna yang tersedia di dalam Yesus sedang mengeraskan hatinya dan menjadi mangsa Iblis. Proses untuk melawan Kekristenan sedang merajalela di dunia ini. Dua pertiga penduduk dunia tidak tergabung di dalam Kristen manapun. Jumlah orang yang berada di baah pengaruh gerakan anti Kristen semakin bertambah dengan sangat pesat dibandingkan dengan jumlah mereka yang mengaku diri Kristen—bahkan meski ada banyak usaha penginjilan dilakukan. Yesus memberikan peringatan kepada kita, “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” (Matius 20:16; 22:14)

Melalui darah-Nya kita menerima pengampunan dari segala dosa kita

Orang-orang di Eropa dengan keras menolak agama yang menuntut adanya penumpahan darah bagi pembenaran orang-orang berdosa. Mereka lupa bahwa Tuhan menyatakan hal ini pertama kali kepada kaum Semit. Korban bakaran Habel berupa binatang itu lebih diterima dibandingkan dengan korban persembahan Kain yang berupa hasil buah-buahan di kebun, yang menjadi alasan mengapa Kain membunuh saudaranya (Kejadian 4:1-8). Abraham menyembelih seekor lembu, seekor kambing dan seekor domba di hadapan Tuhan, yang mengadakan perjanjian antara Diri-Nya dengan Abraham sebagai hamba-Nya, di tengah malam, dan kemudian mengirimkan api yang membakar habis korban itu (Kejadian 15:9-11, 17). TUHAN melarang Abraham mengadakan korban berupa manusia, ketika ia siap mempersembahkan Ishak sebagai korban (Kejadian 22:6-14). Musa memberikan perintah, di bawah tuntunan Tuhan, agar diadakan korban sampai tak terhitung banyaknya sebagai korban penebusan bagi dosa-dosa bangsanya. Darah dari domba Paskah, yang dioleskan di ambang pintu rumah, adalah yang menyelamatkan bangsa Israel dari malaikat murka Allah (Keluaran 12: 3-7, 21-24, 29). Korban yang unik yang diberikan sebagai akhir dari perjanjian di Sinai (Keluaran 24:5-8) dan korban tahunan bagi seluruh bangsa pada Hari Raya Pendamaian (Imamat 16:5-10; 23:26-32) teramat sangat penting. Tanpa penumpahan darah tidak akan ada pengampunan menurut hukum Perjanjian yang Lama (Imamat 17:10-14), karena semua dosa perlu diperdamaikan dengan disembelihnya binatang korban. Karena itu, sampai hari ini orang-orang Yahudi dan tamu mereka tidak memakan makanan yang tercampur darah ataupun sosis yang mengandung darah (Imamat 17:10).

Tuhan Yesus memahami banyaknya aturan di dalam Perjanjian Lama tentang korban sebagai lambang untuk pengorbanan dan kematian-Nya sendiri. Ia merangkum semuanya itu dan mengajarkannya ketika Ia memulai Perjamuan Terakhir, “Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Matius 26:27-28).

Dalam merayakan datangnya Paskah, Yesus menjelaskan tentang anggur yang diperintahkan-Nya untuk diminum oleh para murid-Nya sebagai “darah-Nya” yang hanya akan ditumpahkan satu kali sebagai peresmian dari Perjanjian yang Baru. Melalui karya pendamaian-Nya sebagai pengganti, segala dosa para pengikut-Nya diampuni. Karya yang sempurna ini, amnesti dari Allah yang menjangkau semua manusia di segala tempat dan segala masa, memang sudah dipersiapkan bagi semua manusia. Namun, orang yang tidak mau percaya kepada Anak Domba Allah dan mengikatkan diri kepada-Nya sampai selamanya, sudah kehilangan bagian di dalam pendamaian yang sempurna dan lengkap ini. Karena itu, tawaran pengampunan yang tak terbatas itu hanya menjadi nyata di dalam kehidupan “banyak orang” dan bukannya “semua.” Seorang Imam Katolik bernama Boos, yang memiliki hati penginjilan, memahami rahasia ini dan kemudian ia berseru, “Dunia yang luar biasa bodoh ini sudah ditebus—tetapi tetap saja tidak mau percaya!”

Tulisan dari rasul Petrus, Yohanes, Paulus dan penulis surat Ibrani penuh dengan penegasan tentang kasih karunia yang berlimpah ini. Mari kita lihat beberapa contoh, meskipun beberapa ayat memang sudah kita baca sebelumnya.

Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:18-19).

Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa... Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” (1 Yohanes 1:7; 2:1-2).

"Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Roma 3:22-24).

Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup! – Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” (Ibrani 9:14; 10:14).

Paulus memakai beberapa pernyataan untuk menjelaskan kepenuhan kasih karunia yang mengalir dari kematian Kristus di kayu salib. Ia berbicara, sebagai contoh, tentang kekayaan kasih karunia-Nya. Sebagai hasil dari berdamai dengan Allah, yang menjadi mungkin karena apa yang dilakukan Yesus bagi para pengikut-Nya melalui karya pendamaian-Nya dengan Allah Tritunggal, semua berkat Roh Kudus menjadi tersedia bagi jemaat-Nya. Dalam penyembahan, para malaikat mengakui, “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” (Wahyu 5:12). Jemaat di Filipi menyanyikan pujian, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa” (Filipi 2:8-11).

Paulus menyaksikan kekayaan kasih karunia yang diberikan Tuhan Yesus kepadanya, kepada rekan-rekan sekerjanya, dan kepada orang-orang kudus yang ada di Efesus. Dengan penuh semangat ahli hukum Taurat itu pernah menjadi penganiaya orang-orang percaya kepada Orang Nazaret itu, yang mengakui bahwa Yesus yang berasal dari kota Nazaret yang sering dipandang rendah, sebagai Mesias dari Allah. Paulus menganiaya mereka untuk memaksa mereka menyangkal Juruselamat mereka, dan bahkan ikut serta membunuh mereka kalau mereka tetap saja bertahan di dalam keyakinan mereka (Kisah Para Rasul 8:3; 9:1-2; 26:9-11). Ia kemudian mengakui, “Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal” (1 Timotius 1:13-16).

Sang rasul bersaksi bahwa Tuhan Yesus tidak memberikan kasih karunia-Nya secara sembarangan atau dengan memakai aturan yang terlalu kaku, tetapi, Ia memberikannya dengan “segala hikmat dan pengertian.” Ia memperlakukan semua orang berdosa secara pribadi, sesuai dengan pertobatan, penyesalan, kejujuran, keinginannya untuk berubah, iman dan ketekunannya serta kesetiaannya. Barangsiapa membaca dengan seksama ketujuh surat kepada jemaat di dalam kitab Wahyu akan bisa melihat bagaimana Tuhan yang bangkit itu memperlakukan setiap pemimpin jemaat di propinsi Asia Kecil itu secara pribadi. Dengan ketegasan dan kasih, kesabaran dan belas kasihan, dengan pengenalan yang tepat akan setiap keadaan dan dengan cara psikologis dan ketelatenan, Tuhan dan Juruselamat menangani masalah masing-masing hamba-Nya. Ia menyatakan diri-Nya dengan cara yang berbeda kepada masing-masing pribadi yang berbeda, sesuai dengan keadaan rohani masing-masing. Ia menguatkan setiap orang, dengan cara yang tepat dan menarik, untuk mengalahkan dosa dan kelemahan orang itu, dengan kuasa Roh Kudus.

Yesus sudah menjelaskan pengakuan iman yang sangat berani dari Petrus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” sebagai batu yang di atasnya Ia akan membangun gereja-Nya. Namun tidak lama kemudian, ketika Yesus berbicara mengenai penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya di Yerusalem, Petrus menarik Yesus ke samping, ingin mencegah Yesus mengambil jalan yang susah dan penuh penderitaan. Pada saat itu Yesus menyebut Petrus, “Iblis,” dan kemudian memerintahkan roh jahat untuk keluar saat itu juga dari diri Petrus (Matius 16:16-23).

Teguran rohani dari Yesus ini menunjukkan bahwa kasih-Nya bukanlah kasih yang lembek dan tidak rohani. Namun, kasih itu menunjukkan anugerah Bapa kepada anak-anak-Nya yang terhilang. Pada hari Penghakiman, Kristus, sang Hakim yang Agung, akan menyambut mereka yang ada di sebelah kanan-Nya sebagai orang-orang yang diberkati Bapa-Nya, dan mengakui mereka sebagai pewaris kerajaan-Nya. Orang-orang yang dihukum akan berdiri di sebelah kiri-Nya, dan Ia akan membuang mereka ke dalam neraka, bersama dengan Iblis dan para malaikatnya ( (Matius 25:34, 41). Hikmat dan pengertian Kristus ini, dalam memberikan kekayaan kasih karunia-Nya, bukan berdasarkan hikmat dan logika duniawi, tetapi berdasarkan hikmat rohani dan surgawi. Karena itu, kita harus belajar memikirkan ulang, dan dengan itu, masuk ke dalam proses pembelajaran bersama dengan Paulus dan Yohanes dan bahkan dengan Tuhan Yesus sendiri.

Doa: Bapa surgawi, karena pengorbanan dan kematian Anak-Mu Yesus Kristus yang penuh kasih karunia menggantikan kami, kami menyembah Engkau. Engkau membenarkan kami hanya oleh anugerah dan membasuh kami melalui darah Kristus. Siapakah kami sehingga Engkau berkenan menunjukkan belas kasihan kepada kami? Tolonglah kami, sehingga hidup kami bisa kami hidupi di dalam pujian kepada-Mu atas penebusan kami. Tolonglah juga agar banyak sahabat dan kerabat kami yang berbalik kepada-Mu. Amin.

Pertanyaan:

  1. Apa artinya “penebusan kita oleh Yesus Kristus?"
  2. Mengapa pengampunan atas dosa-dosa kita hanya dinyatakan melalui darah Yesus Kristus?
  3. Bagaimana Tuhan membagikan kekayaan kasih karunia-Nya?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on February 18, 2018, at 06:53 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)