Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Revelation -- 011 (The Letter of Jesus Christ to the Pastor in Ephesus)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Bulgarian -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Polish? -- Portuguese -- Russian -- Yiddish

Previous Lesson -- Next Lesson

WAHYU - Lihatlah, Aku datang segera
Pelajaran dari Kitab Wahyu
BUKU 1 - LIHATLAH, AKU DATANG SEGERA! (WAHYU 1:1 - 3:22)
BAGIAN 1.2 PENGLIHATAN YANG PERTAMA DAN AKIBATNYA UNTUK DUNIA INI: KEDATANGAN ANAK MANUSIA UNTUK MENGUDUSKAN JEMAAT-NYA (WAHYU 1:9 - 3:22)
BAGIAN 1.2.2 SURAT DARI YESUS KRISTUS KEPADA KETUJUH JEMAAT DI ASIA KECIL (WAHYU 2:1 - 3:21)

1. Surat Yesus Kristus kepada Pemimpin Jemaat di Efesus (Wahyu 2:1-7)


Namun Demikian Aku Mencela Engkau, Karena Engkau Telah Meninggalkan Kasihmu Yang Semula: Kecaman yang diberikan kepada gembala yang tekun itu seperti petir yang menyambar dari langit. Yesus melihat melampaui ketekunannya, kehendaknya untuk melakukan yang terbaik, fanatismenya kepada kebenaran, dan kesetiaannya di dalam pelayanan. Tetapi Tuhan tidak mengatakan bahwa gembala di Efesus itu tidak memiliki kasih sama sekali, karena berbagai pelayanan yang dilakukannya menjadi bukti daro kesiapannya untuk berkorban. Kecaman yang diberikan oleh Tuhan lebih ditujukan kepada jenis kasihnya—apakah masih membara, bersemangat, tulus, seperti anak-anak, yakin, dan penuh dengan sukacita. Gereja ini dan anggota-anggotanya berjuang keras bagi kebenaran Injil. Mereka sudah membukakan, menahan dan membongkar tipu daya. Mereka berperang secara pribadi melawan Iblis. Namun, semangat akan kebenaran membuat kasih kepada sesama menjadi dingin. Yesus sendiri memberikan peringatan “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin” (Matius 24:12-13).

Yesus menunjukkan kepada kita apa artinya “kasih yang mula-mula” iyu. Ia memberikan salam kepada Yudas sebagai sahabat, dan Yudas memberikan ciuman pengkhianatan di pipi Yesus. Ia berdoa di atas kayu salib ketika sedang mengalami kesakitan yang sangat parah, “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan” (Lukas 23:34). Yesus memberikan segala sesuatu yang dimiliki-Nya—diri-Nya sendiri—untuk menyelamatkan kita, yang berdosa dan tidak layak diselamatkan. Kasih-Nya yang menyelamatkan adalah dorongan untuk “kasih mula-mula.”

Roh Kudus mendorong kita untuk mengasihi musuh-musuh kita. Pemuridan Kristen yang sejati bisa di lihat di dalam doa yang terus dinaikkan bagi semua orang yang melawan, menekan atau menyakiti kita. Kita harus mengasihi, bukan membenci, orang jahat pendusta. Ketika diperhadapkan dengan orang-orang yang demikian, kebenaran tidak boleh dibungkam, tetapi diberitakan dengan penuh hikmat. Barangsiapa menyampaikan kebenaran tanpa kasih adalah seperti seseorang yang menghantam orang lain dengan sebuah pentungan; dan barangsiapa menunjukkan kasih tanpa kebenaran akan mudah jatuh ke dalam jebakan menjadi seorang munafik atau pendusta. Namun, menggabungkan kasih dengan kebenaran adalah keajaiban karya Roh Kudus, dan kita harus senantiasa berdoa untuk mendapatkan karunia ini.

Barangsiapa dipimpin oleh kasih yang mula-mula akan bersyukur kepada Bapa, Anak dan Roh Kudus dari dasar hatinya karena kasih, rahmat, anugerah dan kesabaran-Nya yang tak terukur. Pujian yang megah dari orang-orang yang sudah diselamatkan dan dikuduskan adalah pernyataan dari kelahiran kembali, bukan hanya di awal dari keselamatan, tetapi juga sepanjang kekekalan. Penyembahan yang penuh sukacita dari orang-orang yang sudah ditebus akan mempermuliakan Tritunggal yang Kudus. Masih adakah nyanyian pujian di dalam hati kita? Atau apakah musik di dalam jiwa kita sudah menjadi rusak? Orang-orang Muslim tidak menyanyi di dalam ibadah-ibadah perayaan mereka, tetapi orang-orang Kristen hidup untuk menyanyikan pujian bagi Tuhan mereka. Menyembah Dia yang Mulia adalah rahasia dari penyerahan diri kita, karena Dia sudah lebih dahulu mengasihi kita. Pelayanan kita kepada Allah bukan didasari oleh rasa takut kita kepada-Nya, tetapi karena rasa syukur kita dan pujian kita akan kasih-Nya yang kekal. Yesus menggabungkan semua perintah di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam sebuah kalimat, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:34-35). Dengan perintah ini, Yesus menjadikan diri-Nya sebagai ukuran dari kasih yang sejati. “Kasih yang mula-mula” adalah kasih yang dimiliki oleh Yesus bagi Bapa dan bagi manusia. Hanya di dalam Dia, dengan Dia, dan melalui Dia, kita bisa mempraktekkan kasih ini.

Sebab Itu Ingatlah Betapa Dalamnya Engkau Telah Jatuh! Bertobatlah Dan Lakukanlah Lagi Apa Yang Semula Engkau Lakukan! Kita tidak boleh terus melakukan apa yang kita lakukan kalau Firman Allah berbicara kepada kita; namun, kita harus mulai berdiam diri dan merenungkan apa yang sudah kita dengar atau kita baca. Di dalam keheningan di hadapan Allah dosa-dosa kita akan mulai berseru dengan nyaring. Karena itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Jangan tetap tergeletak, tetapi bangunlah. Akuilah dosa-dosamu kepada Allah dan berdamailah dengan seterumu. Kalau engkau membenci seseorang di dalam hatimu, maka “kasih mula-mula” tidak bisa sepenuhnya bertumbuh di dalam hati anda. Ampunilah musuhmu, karena kalau anda tidak bisa melakukannya, Allah tidak akan mengampuni anda. Kalau anda meremukkan kesombongan dan kebencian anda dan menjadi seperti air di tangan Allah, maka ia bisa mencurahkan Roh Kudus di dalam diri anda dan memberikan kasih-Nya yang tak terbatas kepada anda. Kasih ini akan mendorong anda melakukan penginjilan, pelayanan dan doa. Yesus menghendaki untuk menyatakan diri di dalam diri anda. Kekuatan-Nya menjadi sempurna di dalam kelemahan anda (2 Korintus 12:9).

Sedikit saja orang yang sungguh-sungguh bertobat, karena mereka tidak mau mengenal dan tidak mau bertobat dari dosa mereka. Tetapi pertobatan adalah tindakan yang penuh sukacita, seperti orang yang sembuh dari sakit. Barangsiapa ingin bertobat harus menaikkan doa untuk sungguh-sungguh diberi kehendak menanggalkan dan membenci dosa itu dan dalam beberapa kasus memberikan ganti rugi juga. Roh Kudus akan memimpin kita untuk mengembalikan apa saja yang bukan milik kita dan meminta pengampunan kepada mereka yang haknya kita langgar. Kesombongan, sikap mementingkan diri sendiri, egoisme, dan ketamakan harus kita buang, sehingga kerendahan hati dan hakekat Kristus bisa terwujud di dalam diri kita.

Barangsiapa yang bertobat tidak boleh tetap ada di dalam keputus-asaan mereka dan tidak boleh mencoba memperbaiki diri dengan kekuatannya sendiri; namun, karena orang yang demikian sudah disucikan dengan darah Kristus maka ia harus bangkit di dalam kekuatan dan kasih serta mulai melayani orang lain. Di dalam Gereja sangat dibutuhkan bentuk pelayanan yang berbeda-beda. Semua itu tidak boleh dilakukan sekedar sebagai rutinitas atau dengan tergesa-gesa, tanpa kasih; namun, semua itu harus dilakukan secara spontan dan penuh dengan sukacita melalui berdiamnya hadirat Kristus dan memancar dari ketenangan diri-Nya.

Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat: Penghakiman dari Allah akan dimulai dari Gereja-Nya. Allah akan menghakimi para gembala terlebih dahulu dan kemudian kawanan domba-Nya, sesuai dengan firman-Nya. Ia menembus hati mereka, meremukkan kebanggaan mereka, dan mengakhiri kesibukan mereka yang sia-sia.

Yesus harus mengarahkan firman-Nya langsung kepada gembala jemaat di Efesus, karena orang ini tidak bisa menapak dengan kokoh akibat dari kesibukan dan sikapnya yang keras kepala. Kehidupan rohani dari anggota jemaat yang dilayaninya sedang terancam bahaya. Karena itu, Yesus meletakkan tanda berhenti langsung di depan matanya: ia tidak boleh lagi maju di jalan itu! Kalau orang itu tidak mau berubah sepenuhnya, Yesus harus datang dan menghukum dia.

Apa yang akan menjadi bentuk hukuman dari Yesus? Tuhan mengancam bahwa Ia sendiri akan datang dan mengarahkan gembala yang sangat sibuk dan keras kepala ini. Kristus datang bukan hanya membawa matahari yang cerah dan keberuntungan, tetapi juga penghukuman yang akan menghasilkan perubahan yang baik di dalam kehidupan orang-orang yang dikasihi-Nya melalui teguran yang menyakitkan. Ini akan menghasilkan perbaikan motivasi di dalam kehidupan para pengikutnya.

Tuhan tidak mengatakan bahwa Ia akan memadamkan atau merobohkan kaki dian jemaat, tetapi bahwa Ia akan memindahkan kaki dian itu ke tempat yang lain. Kalau anggota jemaat melihat bahwa para pemimpin mereka tidak lagi memiliki kasih dan kalau mereka kehilangan tuntunan rohani dan tidak bisa mendengar suara Gembala yang Baik itu di dalam khotbah-khotbahnya, mereka akan berhenti datang ke gereja itu danmencari gereja lain dimana mereka akan menerima makanan rohani bagi jiwa mereka, beserta dengan penghiburan, kekuatan dan kasih. Jemaat tidak akan hancur tetapi akan tersebar, dan gembala yang sibuk itu, yang sudah kehilangan kasih, akan dipindahkan. Gereja-gereja yang kosong seringkali menjadi tanda dari kurangnya pertobatan di dalam diri para pemimpin dan tua-tua di situ. Mereka harus belajar untuk berdiam diri di hadirat Yesus Kristus, dan untuk bersujud, sehingga Tuhan bisa memenuhi mereka dengan kasih-Nya sendiri. Kemudian jemaat akan menerima cahaya dan semangat yang baru. Roh Kudus mau memimpin orang-orang yang sungguh-sungguh bertobat secara rohani yang memerlukan pertolongan, tuntunan, penghiburan dan penguatan.

Penyebutan yang kedua tentang kedatangan Yesus Kristus di dalam Kitab Wahyu ini berkaitan dengan pemimpin jemaat Efesus yang sangat sibuk, yang, meskipun sedang ada dalam keadaan sangat sibuk bagi Tuhan, ternyata kehilangan kasihnya yang mula-mula. Penyebutan yang pertama tentang kedatangan Yesus dinyatakan berkaitan dengan janji akan pertobatan orang-orang Yahudi pada saat Ia datang kedua kalinya (Wahyu 1:7). Kedua hal itu menunjukkan kasih penggembalaan Yesus yang menjadi alasan untuk kedatangan-Nya yang kedua kali.

Tetapi Ini Yang Ada Padamu, Yaitu Engkau Membenci Segala Perbuatan Pengikut-Pengikut Nikolaus, Yang Juga Kubenci: Saat ini tidak diketahui dengan jelas siapakah kelompok Nikolaus itu. Nampaknya tidak mungkin ada hubungan antara kelompok ini dengan Nikolas yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 6:5, karena orang itu adalah seorang penatua dan penginjil yang dipenuhi dengan Roh Kudus. namun, ada dugaan bahwa yang disebut di sini bukanlah anggota jemaat atau pribadi-pribadi yang berpikiran sama, tetapi mungkin menunjuk kepada sebuah kelompok yang berusaha untuk mengadakan perdamaian yang palsu dengan kaum animis atau dengan orang-orang Yahudi yang ada di Efesus. Mereka berusaha untuk menggabungkan diri dengan kepercayaan-kepercayaan yang sangat berbeda dengan kepercayaan mereka sendiri. Sangat mungkin bahwa mereka meneguhkan ajaran pembenaran melalui Hukum Taurat dan mengenai pentingnya disunatkan. Mereka mungkin juga sudah bergabung dengan kaum penyembah berhala dan kemudian mengambil bagian di dalam ibadah pengorbanan yang mereka lakukan di kuil dewi Artemis, dimana ada banyak perempuan, anggur, dan lagu-lagu yang kemudian mengarah kepada pemuasan hawa nafsu.

Yesus mengatakan kepada pemimpin jemaat itu bahwa Ia melakukan tindakan yang semestinya ketika Ia menghukum dan membenci golongan sinkretistik itu. Namun, Yesua tidak menolak kaum Nikolaus itu sebagai pribadi-pribadi; Ia hanya menolak apa yang mereka lakukan. Yesus membenci dosa tetapi mengasihi orang berdosa. Ia mengusir roh-roh jahat dan membebaskan mereka yang kerasukan. Roh Kudus mendorong kita bukan hanya untuk menunjukkan kasih kepada semua manusia, tetapi juga untuk membukakan dan mengecam kejahatan mereka. Setiap orang Kristen dipanggil untuk mengasihi orang Hindu, Budha, Muslim, dan Yahudi dengan segenap hati mereka. Namun, pengajaran dan tindakan dari orang-orang itu, dan juga roh mereka, harus disingkapkan, dibenci dan ditolak sebagai kekuatan dan gerakan anti Kristen.

Yesus, kasih Allah yang menjadi manusia, sering mengatakan bahwa Ia, juga, membenci perbuatan kaum Nikolaus. Betapa keras kata-kata penghukuman ini! Roh Kudus tidak mengijinkan adanya kompromi dengan dosa! Dia adalah kudus dan menguduskan semua orang yang mengikut Yesus. Ia memisahkan kita dari semua pandangan dunia dan dari orang-orang yang melawan Roh Yesus Kristus, sehingga kita tidak akan mengambil bagian di dalam kejahatan dan tindakan kecemaran mereka. Yesus tidak mengijinkan adanya kompromi dengan kejahatan atau dosa apapun. Akan tetapi, pada saat yang sama Roh Yesus mendorong kita untuk menghargai dan menghormati semua orang Hindu, Budha, Muslim dan Yahudi dan juga orang-orang lainnya, berdoa bagi mereka dan berkorban untuk mereka, menginjili dan melayani mereka. Tetapi kita tidak boleh mendukung tindakan-tindakan anti Kristen mereka dan juga tidak boleh mengambil bagian di dalamnya. Kemampuan untuk membenci dosa tetapi mengasihi orang-orang berdosa bukanlah berasal dari kehebatan manusia, tetapi karunia dari Yesus Kristus. Di dalam perkara yang nampaknya bertentangan ini kita bisa melihat salah satu aspek dari keselamatan dari Allah yang perlu dilakukan dan diberitakan oleh semua orang Kristen: untuk tetap teguh di dalam kasih mula-mula, tetapi juga membenci semua kekuatan jahat.

Siapa Bertelinga, Hendaklah Ia Mendengarkan Apa Yang Dikatakan Roh Kepada Jemaat-Jemaat: Clement dari Alexandria menuliskan bahwa iman adalah telinga hati. Yesus mengatakan, “Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku” (Yohanes 10:27). Adalah kasih karunia Allah ketika Ia berbicara dengan kita dan ketika kita memahami Firman-Nya. Yesus menghendaki untuk menanggalkan “penutup telinga” berupa pembenaran karena usaha sendiri, merasa mampu, dan terlalu sibuk, agar kita bisa dengan tenang mendengar lagi kehadiran-Nya.

Kita perlu meminta kepada Yesus di dalam doa agar kita jangan sampai terpengaruh oleh suara-suara lainnya, dan hanya mendengar perkataan Roh Kudus saja. Kita sangat membutuhkan karunia Roh Kudus berupa karunia membedakan roh, sehingga kita tidak akan salah menafsirkan suara Iblis sebagai suara Allah. Muhammad ingin sekali menjadi utusan Allah, tetapi justru menjadi nabi Iblis.

Roh Kudus bisa dikenali di dalam kenyataan bahwa Ia mempermuliakan Yesus sebagai Anak Allah yang sudah disalibkan dan bangkit. Anak menyatakan Bapa dan senantiasa memuliakan nama-Nya. Karena itu, semua suara yang tidak mengakui Bapa, Anak dan Roh Kudus, atau yang secara langsung menolaknya, bukanlah suara Allah (1 Yohanes 2:23; 4:1-5). Berhati-hatilah terhadap penyesatan dan pemalsuan wahyu Allah. Rasul Paulus mengatakan, “Kami memberitakan Kristus yang disalibkan …” (1 Korintus 1:23). Ketika mengatakan hal itu, yang ada di dalam pikirannya adalah begitu banyak suara, nubuat, bahasa roh, dan theologi di dalam gereja-gereja, dan ia inging mengingatkan orang-orang percaya di Korintus mengenai dasar dari iman mereka.

Roh yang mengilhami Yohanes di pulau Patmos juga ingin mempersiapkan Jemaat untuk kedatangan Yesus yang kedua kali. Menurut kitab Wahyu, semua berkat, penghakiman, panggilan pertobatan, cawan murka, kata-kata penghiburan, perwujudan si jahat, dan bencana, semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu kedatangan Yesus yang kedua kali, yang tidak bisa dicegah, yang akan datang untuk menyatakan kerajaan Bapa-Nya.

Siapa bertelinga, hendaklah dia mendengar apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat. Bukan hanya jemaat utama di Efesus yang disebutkan di sini, tetapi semua jemaat di Asia Kecil dan seluruh jemaat yang ada di seluruh dunia. Apa yang dikatakan oleh Roh Kudus kepada para pengikut Kristus di jaman ini?

Barangsiapa Menang, Dia Akan Kuberi Makan Dari Pohon Kehidupan Yang Ada Di Taman Firdaus Allah: Orang-orang Kristen sudah dilahirkan kembali ke dalam kemenangan (1 Yohanes 4:4-6). Segala kuasa yang melawan Allah akan dikalahkan melalui iman, kasih dan pengharapan dari orang-orang yang mengikut Yesus. Masing-masing dari ketujuh jemaat di Asia ini dipanggil untuk menang, sebagaimana Yesus Kristus sendiri sudah menang (Wahyu 3:21; 5:5). Di dalam kitab Wahyu dengan jelas ditunjukkan siapa yang berusaha mengalahkan Gereja: Iblis, sang pendakwa (Wahyu 13:1) dan binatangnya (Wahyu 15:2). Namun, mereka akan dikalahkan secara hukum (Wahyu 12:10) dan juga melalui keberanian di dalam peperangan rohani (Wahyu 17:14). Kemenangan seringkali akan diperoleh melalui kematian, sebagaimana Yesus sendiri sudah mengalahkan dosa, Iblis, maut, dan murka Allah melalui kemenangan-Nya menggantikan kita. Keselamatan penuh dijanjikan kepada orang yang menang sebagai warisan mereka.

Kita bisa menghubungkan “menang” itu dengan kehidupan pribadi mereka ketika kita menerapkannya dalam penyangkalan diri, mengangkat salib kita setiap hari, dan mengikut Yesus. Ini tidak salah, karena Yesus pernah mengatakan, “Barangsiapa mengasihi Aku, mentaati perintah-Ku.” Ketaatan di dalam iman ini mencakup juga mengalahkan keinginan, kehendak, kelemahan dan kecenderungan diri kita sendiri. Tujuan dari kehidupan kita bukanlah menyatakan diri sendiri, tetapi, untuk mempermuliakan Kristus di dalam kita.

Kemenangan yang dijanjikan oleh Yesus kepada Yohanes melalui Roh-Nya adalah sesuatu yang lebih dalam dibandingkan sekedar menyangkali diri. Kemenangan itu berkaitan juga dengan kekuatan dan kuasa di masa akhir jaman, yang akan ditaklukkan oleh Gereja Kristus melalui kekuatan-Nya di dalam iman, penderitaan dan kematian. Namun, tidak seorangpun bisa melakukan hal itu di dalam dan dari kekuatan dirinya sendiri. Paulus sudah menuliskan kepada jemaat Efesus bahwa semua orang Kristen harus mengenakan perlengkapan senjata Allah. Kita harus sungguh-sungguh mempelajari perintah ini dan mentaatinya (Efesus 6:11-12).

Yesus memiliki kedaulatan untuk memberikan kasih karunia kepada mereka yang menang pada masa akhir jaman, dan kasih karunia yang demikian jauh melampaui kemampuan pemahaman kita. Yesus sendiri sudah menjadi karunia yang terbesar bagi kita. Tetapi Ia juga yang berdiri di hadapan kita sebagai Dia yang memberikan kepada setiap orang segala sesuatu yang sudah dijanjikan-Nya. Di dalam surat kepada ketujuh jemaat ada dua belas janji, yang merupakan mahkota yang akan diberikan kepada mereka yang mengasihi Yesus lebih dari kehormatan dan kekuatan, yang memilih untuk mati dibandingkan menyangkal Tuhan mereka.

Apakah Pohon Kehidupan di Taman Firdaus Allah? Kita membaca di dalam Kejadian 2:9 bahwa pohon kehidupan itu berada di tengah-tengah Taman Eden. Barangsiapa memakan buah dari pohon ini akan hidup selamanya. Janji ini, disebutkan lagi di dalam Wahyu 22:2,14,19, adalah janji yang terakhir dan yang terbesar, karena janji ini menyelesaikan masalah kekekalan, salah satu karakteristik Allah sendiri. Barangsiapa membasuh pakaian mereka sampai tak bernoda dengan darah Anak Domba akan menerima kehidupan kekal—bahkan sekarang ini juga (Yohanes 3:15-18).

Janji kepada jemaat di Efesus ini cukup kuat untuk mengalahkan ketakutan para anggota jemaat terhadap kemartiran. Jemaat akan dipersiapkan untuk penganiayaan yang tak berbelas kasihan yang akan terjadi di akhir jaman. Inilah sebabnya Yesus menarik perhatian mereka, mendorong mereka untuk menang dengan iman dan mendapatkan kehidupan kekal yang menantikan mereka.

Sebuah pohon kehidupan di dalam Taman Firdaus Allah* juga disebutkan di dalam alam Wahyu 2:7. Menurut Wahyu 22:2, pohon yang demikian berada di tengah-tengah Yerusalem Baru. Ini berarti bahwa kehidupan kekal akan didapatkan dimanapun kehadiran Allah ada di tempat itu. Dari atas kayu salib, Yesus, yang menjadi wakil manusia, memberikan jaminan kepada penjahat yang disalibkan di sebelah-Nya bahwa ia akan berada bersama-sama dengan Dia di Taman Firdaus pada hari itu juga (Lukas 23:43). Yesus dan Allah Bapa akan hadir di Firdaus. Orang-orang Kristen tidak menantikan kesenangan duniawi akan mereka dapatkan di Firdaus, sebagaimana yang dijanjikan kepada orang-orang Muslim di dalam Al-Quran; namun, mereka menantikan saatnya mereka kembali kepada Bapa dan Juruselamat mereka. Mereka adalah anggota keluarga Allah, yang menjadi tamu dan anak-anak Allah sendiri. Yesus berjanji kepada mereka, “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada” (Yohanes 14:2-3). Kemudian, Yesus menaikkan doa ini di dalam doa-Nya sebagai imam besar, “Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan” (Yohanes 17:24).

* Dalam bahasa Persia kata Firdaus berarti sebuah taman yang kecil dan dikelilingi pagar.

DOA: Kami malu untuk mengangkat wajah kami dan memandang Engkau, wahai kasih yang menjadi manusia, karena Engkau begitu mengasihi kami sehingga mati di kayu salib, sementara kami hanya bisa mengasihi diri kami sendiri dan keluarga kami dan tidak merasakan apapun mengenai kaum janda, anak-anak yatim, mereka yang miskin dan belum mengenai Engkau. Ampunilah kami akan sikap kami yang mementingkan diri kami sendiri dan penuhilah hati kami dengan kasih Ilahi sehingga kami bisa memuliakan Engkau, dan mengalahkan kelemahan kami dengan kuasa Roh Kudus.

PERTANYAAN:

  1. Apakah kelemahan dari gembala jemaat di Efesus dan apakah janj-Nya kalau ia menaklukkan dirinya sendiri dengan kuasa Roh Kudus?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on August 14, 2013, at 10:16 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)