Previous Chapter -- Next Chapter
7. KEJUJURAN DAN SUMPAH DALAM HUKUM KRISTUS
Ringkasan
Yesus secara ringkas dan akurat menggambarkan pentingnya bersikap jujur ketika berbicara kepada orang lain. Dengan ini, Dia menusuk hati setiap orang yang melebih-lebihkan atau menyembunyikan kebenaran, yang berbicara untuk mencari-cari alasan atau berbohong dengan licik.
Tidak selalu mudah untuk mengatakan kebenaran, jika kita tidak memahami rincian persoalan, latar belakang masalah, atau kecenderungan turun-temurun dari orang-orang yang terlibat. Maka kita harus cukup berani dan berkata: "Saya tidak tahu", atau "Saya tidak mengerti orang ini, atau masalah ini." Kadang-kadang tampaknya terpuji bahwa kita tidak mengatakan seluruh kebenaran sekaligus kepada seseorang yang telah kehilangan orang yang dikasihi atau yang sedang dibebani dengan masalah-masalah yang berat. Roh Kudus mendorong kita dan kita harus belajar untuk mengatakan kebenaran di dalam kasih. Hal ini juga berlaku ketika kita harus menyalahkan seseorang, atau mengungkap ketidakadilan atau dalam diskusi dengan penganut agama lain. Kita membutuhkan bimbingan dari Roh Kudus yang adalah Roh Kebenaran dan yang adalah Kasih itu sendiri.
Kita menemukan banyak orang di sekitar kita bersumpah dalam percakapan sehari-hari untuk membuktikan kejujuran mereka. Namun, orang yang terlalu banyak bersumpah membuat orang lain meragukan kebenaran ucapannya. Selain itu, kita membaca dalam Al-Qur'an bahwa Allah telah menghalalkan sumpah-sumpah kaum Muslim (Surah al-Tahrim 66:2). Kita juga membaca dalam kitab yang sama bahwa Allah adalah penipu daya ulung (Surah Ali 'Imran 3:54) Jadi, bagaimana para pengikutnya akan berperilaku? Alkitab melangkah lebih jauh dan berkata: "Semua manusia pembohong." (Mazmur 116:11; Roma 3:4) Yesus melihat dengan jelas kekacauan ini dan menyatakan, bahwa Iblis adalah bapa dari segala dusta (Yohanes 8:44).
Kita bersyukur kepada Allah karena Yesus datang sebagai kebenaran yang menjadi manusia, dan telah menyatakan kepada kita kebenaran tentang Allah, Iblis, dan dosa. Dia secara terbuka menyatakan kebenaran dan disalibkan untuk itu. Manusia menyukai kebohongan bahwa "manusia itu baik" dan gagasan menggoda tentang "penebusan diri" lebih dari mereka menyukai mengakui dosa-dosa mereka dan percaya pada kasih karunia Allah yang cuma-cuma. Mereka adalah tawanan dari bapa segala dusta. Inilah sebabnya mengapa Bapa dan Anak mengutus Roh Kebenaran ke dalam dunia untuk menguduskan para pengikut Kristus yang bertobat, dan memampukan mereka untuk mengakui kebenaran. Roh Kebenaran tidak mentolerir segala kebohongan. Dia mendorong kita untuk mengakui ketidakbenaran kita. Roh Kebenaran ini tidak mentolerir distorsi Alkitab, seperti yang dituduhkan oleh beberapa orang kepada kita. Mereka mengatakan hal ini tentang kita karena mereka tidak mengenal Roh Kebenaran. Oleh karena itu, mereka menyebut kebenaran sebagai kebohongan, dan kebohongan sebagai kebenaran.
Budaya dibentuk oleh semangat agama yang dominan di dalamnya. Kita tidak lagi sadar akan fakta bahwa kebenaran Yesus Kristus telah melatih orang-orang di negara-negara yang dulunya mayoritas Kristen untuk menjadi orang yang jujur, lebih daripada di bagian lain di dunia ini. Kami menyesali ketidakpercayaan yang semakin berkembang dan bahasa yang rusak di beberapa negara ini. Namun demikian, orang yang tinggal untuk waktu yang lama di negara di mana roh Kristus belum menguasai sebagian besar masyarakatnya akan menemukan bahwa berbohong adalah hal yang tidak asing lagi bagi mereka. Budaya yang tidak didirikan di atas Kristus, yang adalah benar, dalam jangka panjang tidak akan terus berlanjut, atau bertumbuh, tetapi perlahan-lahan akan goyah karena kesepakatannya dengan dusta.
Sungguh tragis bahwa kebohongan semakin mendapat tempat di Eropa. Di sana mereka sekarang memiliki pepatah: "dia berbohong seolah-olah itu dicetak" yang mana mereka menunjukkan kurangnya kepercayaan mereka terhadap koran dan majalah cetak. Sekarang banyak CD dan kaset yang disalin secara ilegal (pembajakan perangkat lunak). Juga banyak yang mencoba menipu pemerintah untuk menghindari pembayaran pajak. Berbohong merusak rasa saling percaya. Kita harus merendahkan diri dan meminta pengampunan untuk setiap perkataan yang tidak benar yang kita ucapkan, meminta Roh Kebenaran untuk mengendalikan lidah dan hati kita dalam ketaatan kepada perintah Kristus: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius 5:37)