Previous Chapter -- Next Chapter
8. MENGHAKIMI DAN MENGHUKUM DALAM PERINTAH-PERINTAH YESUS
Ringkasan
Perbedaan yang jelas antara hukum Musa dan Muhammad di satu sisi, dan hukum Kristus di sisi lain, adalah bahwa dua yang pertama mengembangkan bagian yang berhubungan dengan penghakiman duniawi dan hukuman yang berat, sedangkan tidak ada penghukuman duniawi atau hukuman konkret yang dapat ditemukan dalam hukum Kristus. Perbedaan ini menandakan revolusi spiritual dalam peradilan. Dalam Islam, hukuman berat (hudud) ditetapkan untuk pelanggaran perdamaian, perzinahan, pencurian, fitnah, pembunuhan, dan pencederaan. Hukuman berat ini termasuk cambuk, penyaliban, potong tangan atau kaki, rajam, perseteruan darah, dan tebusan darah. Dalam hukum Kristus kita tidak menemukan jejak hukuman-hukuman duniawi seperti itu, meskipun bagi bangsa Yahudi Dia tidak menghapuskan 613 perintah Musa dengan hukumannya. Dengan demikian, sebuah hukum yang berbeda dengan roh yang secara fundamental berbeda berkuasa di antara para pengikut Kristus.
Tetapi karena pelanggaran-pelanggaran tertentu yang patut dicontoh juga terjadi di dalam persekutuan-persekutuan orang Kristen, Yesus memberi kuasa kepada para rasul-Nya dan para penatua yang sudah dewasa di dalam persekutuan-persekutuan Kristen untuk memegang kunci-kunci Kerajaan Surga. Ketika dua atau tiga orang dalam doa bersama mencapai kesepakatan tentang suatu kasus, Yesus hadir di tengah-tengah mereka dan bergabung dengan mereka untuk memutuskan apa yang harus mereka lakukan dan doakan. Dalam kasus-kasus yang ekstrim, anggota persekutuan yang bersalah, yang tidak mau bertobat, harus dikeluarkan dari persekutuan.
Sekarang, kunci-kunci kerajaan surga tidak hanya berlaku untuk kasus-kasus penghukuman atas pelanggaran rohani. Setiap khotbah yang didasarkan pada Injil memiliki otoritas untuk menyelamatkan manusia, jika mereka percaya kepada Yesus, atau mengeraskan dan mengikat mereka, jika mereka menolak Injil. Setiap khotbah yang berpusat pada salib akan menghasilkan pemisahan seperti itu. Roh Kuduslah yang menyelamatkan hati manusia dari rasa bersalah mereka dan menghibur mereka. Akan tetapi, Roh yang sama juga menutup dan mengikat mereka yang menolak kasih karunia Kristus melalui perkataan yang sama dari kesaksian-Nya. Setiap pemberita Injil memikul tanggung jawab yang besar atas perkataan yang diucapkannya. Dampak dari perkataannya menjangkau ke dalam kekekalan.
Lebih jauh lagi, ketika seseorang mulai percaya kepada Yesus Kristus, merasakan kuasa Roh Kudus yang penuh kasih karunia di dalam hati nuraninya, tetapi dengan ganas berpaling dan menghujat Tritunggal Kudus, ia melakukan dosa melawan Roh Kudus, yang tidak akan pernah diampuni. Dia, seolah-olah, dengan kekerasan dan kebencian melakukan aborsi terhadap janin rohani. Hal ini dapat terjadi ketika seorang anggota persekutuan yang sedang bertumbuh menolak untuk memutuskan hubungan dengan perzinahan, dengan kepercayaan pada kekuatan uang, atau dengan kecanduan kesombongan yang nyata, dan tidak mengatasinya di dalam nama Yesus.
Kristus menyarankan kepada murid-murid-Nya untuk lebih baik mencungkil mata atau memotong tangan atau kaki, daripada tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah karena dosa-dosa tertentu. Dia memerintahkan semua orang yang ingin mengikuti-Nya: untuk menyangkal diri, tidak lagi berpegang teguh pada hawa nafsu dan kepekaan, menghakimi diri mereka sendiri di hadapan Yesus dengan pengakuan yang jujur, dan memikul salib mereka sendiri sebagai hukuman bagi diri mereka sendiri. Para pengikut Kristus yang demikian telah mati bagi kesombongan mereka dan hanya hidup dari kasih karunia Yesus. Mereka memiliki hak istimewa untuk tidak dihakimi lagi, karena mereka menerima pembenaran oleh kasih karunia melalui kematian Yesus yang menebus dosa. Mereka tidak lagi dihakimi, tetapi telah berpindah dari kematian ke dalam kehidupan.
Barangsiapa yang telah menyadari kecemarannya sendiri dan telah sepenuhnya mengutuk dirinya sendiri, akan berbelas kasihan kepada sesamanya dan tidak akan menghakimi atau menghukum siapa pun, karena hanya Bapa dan Anaklah yang berhak untuk itu. Yesus mengasihi orang berdosa, yang bertobat, lebih dari orang munafik yang berpikir bahwa ia tidak perlu bertobat.
Siapa pun yang merenungkan prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran di dalam Kerajaan Allah dapat memahami bahwa kasih Kristus tidak memulai pekerjaannya melalui hukum dan hukuman, tetapi melalui belas kasihan yang tulus di dalam kuasa Roh Kudus. Bukan rasa takut dan gentar terhadap Allah yang menciptakan kehidupan yang baru, tetapi darah Yesus Kristus yang menebus dosa kita melalui kematian-Nya demi kita dan kuasa Roh Kudus yang memberikan kehidupan kekal kepada semua pengikut Kristus. Hukum Yesus Kristus terdiri dari kasih dan keselamatan dan bukan dari ketakutan dan hukuman.