Home -- Indonesian -- Colossians -- 010 (Greeting)
Previous Lesson -- Next Lesson
Latar Belakang 1 - Berkat kerasulan
Dari Allah, Bapa kita
Paulus, mantan ahli Hukum Taurat, mengucapkan salam kerasulan yang menembus tembok ketidaktahuan manusia akan Allah. Sebenarnya, tidak ada manusia dan agama yang benar-benar mengenal Allah. Paling-paling mereka tahu atau menduga bahwa Allah itu ada, tetapi siapa Dia tidak ada seorang pun yang tahu! Yohanes bersaksi tentang hal ini: “Tidak ada seorang pun pernah melihat Allah. Namun, Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yohanes 1:18). Yesus lebih lanjut menyatakan: “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyingkapkan-Nya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:27-28).
Paulus menerima kesaksian diri Yesus dan mengakui, meskipun ada penganiayaan dari orang-orang Yahudi, Allah yang tidak dikenal, yang agung dan yang ditakuti adalah: “Bapa kami!” Dia yang Kekal menghidupkan manusia yang fana; Dia yang Kudus menerima orang-orang berdosa; Dia yang Sabar menanggung anak-anak yang sulit diatur, dan Dia yang Benar membenarkan orang-orang yang tidak benar! Semua itu bukanlah sesuatu yang logis, tetapi rohani. Kasih Allah Bapa kita jauh lebih besar dan lebih luas daripada yang dapat dipahami oleh akal budi kita. Kapankah kita akan dengan penuh sukacita menundukkan diri kita kepada kemahakuasaan dan kebaikan-Nya? Kapankah kita akan memuji Dia atas nama-nama-Nya yang baru, yang dinyatakan kepada kita oleh Yesus? Mengapa kita sering berdoa kepada “Tuhan” yang tidak didefinisikan dan bukan kepada “Bapa kami”?
Siapa pun yang ingin merenungkan misteri nama Allah Bapa dalam kata-kata tertulis Yesus akan menemukan bahwa Dia berbicara tentang Bapa-Nya sekitar 200 kali dalam Perjanjian Baru. Dengan penuh penghormatan Dia memanggil-Nya “sang Bapa” (80 kali), dengan rasa syukur yang tulus “Bapa-Ku” (59 kali), dan dengan doa yang penuh keyakinan “Bapa” (10 kali). Hanya sekali Dia memanggil Allah yang ditinggikan dalam bentuk “Bapa Kami”, dalam Doa Bapa Kami (Matius 6:9; Lukas 11:2). Dalam formulasi ini, yang penuh dengan kasih karunia, Dia membagikan hak pribadi-Nya kepada para pengikut-Nya. Mereka menjadi anak angkat dan dilahirkan kembali secara rohani. Melalui pengorbanan Yesus sebagai korban penebusan dan pemberian Roh Kudus, mereka menjadi anak-anak Allah, diterima ke dalam keluarga-Nya. Barangsiapa yang memahami kebenaran-kebenaran ini dengan segala kedalamannya akan menyembah Bapa dan Anak melalui Roh Kudus. Sebuah pelayanan sukacita dan perayaan seumur hidup mengikutinya. Oleh karena itu, Yesus menyebut Bapa-Nya juga sebagai “Bapamu” (21 kali dalam bentuk jamak dan lima kali ketika Ia berbicara kepada individu-individu).
Dengan penuh kerendahan hati, kita perlu menyadari bahwa Yesus berbicara enam kali lebih sering tentang “sang Bapa” dan “Bapa-Nya” daripada tentang “Bapa murid-murid-Nya”. Bukan hubungan kita dengan-Nya sebagai anak-anak yang merupakan misteri Allah Bapa, melainkan ke-Anak-an Yesus. Karena Allah yang mahakuasa menyatakan diri-Nya sebagai Bapa dari Yesus Kristus dan secara terbuka bersaksi tentang Anak-Nya yang terkasih (Matius 3:17; 17:5), kita menerima, melalui hubungan iman kita dengan Anak-Nya, hak istimewa untuk mengambil bagian dalam ke-Anak-an-Nya. Kita juga memiliki tugas untuk menundukkan diri kita di bawah otoritas Bapa kita. Allah bukanlah Bapa kita secara langsung, tetapi Bapa dari Yesus Kristus. Hanya melalui Dia dan di dalam Dia, kita menjadi anak-anak Allah. Semua doa kita kepada Bapa kita di surga, serta semua aktivitas kita, harus dilakukan di dalam nama Yesus. Bukan kita yang penting, melainkan kepada Dialah segala kuasa di surga dan di bumi telah diberikan (Matius 28:18).
Yesus tidak meletakkan beban yang tak tertanggungkan kepada kita dengan perintah-Nya untuk taat dengan setia; sebaliknya, Dia mencurahkan Roh Kudus-Nya sendiri, sebagai “kuasa dari atas”, kepada para pengikut-Nya. Paulus kemudian menulis, “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, "Ya Abba, ya Bapa!" Roh itu sendiri bersaksi bersama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Jika kita adalah anak, kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama Kristus, yaitu jika kita menderita bersama Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama Dia.” (Roma 8:15-17). Calvin, sang reformator, dilaporkan pernah berkata bahwa seruan purba dari Roh Kudus di dalam diri para pengikut Kristus adalah bukti keaslian mereka. Melalui seruan Roh Kudus di dalam hati kita, kita menerima wahyu langsung dari Allah, sehingga kita tidak memiliki keraguan akan ke-Bapaan-Nya.
Siapakah yang karenanya syukur kepada Bapa kita di surga atas pemeliharaan dan kasih-Nya, atas keselamatan yang Ia sediakan melalui kematian pendamaian Anak-Nya yang tunggal, atas pelatihan dan pembentukan kita dalam kebenaran, atas warisan-Nya dalam diri kita melalui kehadiran Roh-Nya di hati kita, dan atas janji kemuliaan yang akan datang? Semua ini telah kita klaim sebagai milik kita dalam nama Kristus. Di manakah rasa syukur kita atas segala yang telah Ia lakukan? Roh Kudus mengajar kita untuk berdoa dan bernyanyi: "Terima kasih, Bapa, atas segala yang Engkau lakukan!" (Catatan penerjemah: Kalimat terakhir berasal dari sebuah lagu pujian syukur yang terkenal dalam bahasa Jerman)
Doa Bapa Kami, yang disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya, adalah doa utama dalam Kekristenan. Melalui doa ini, Dia mengajarkan kita bahwa nama Bapa harus dikuduskan di dalam dan di sekeliling kita, bahwa kerajaan-Nya sebagai Bapa datang bersama dan melalui kita, dan bahwa kehendak-Nya sebagai Bapa harus digenapi di dalam dan melalui kita, sama seperti yang ada di surga. Sang Bapa memberi kita makanan yang cukup untuk setiap hari dan bukan untuk kita sendiri, tetapi untuk semua anggota gereja Anak-Nya. Apakah kita mengucap syukur kepada-Nya untuk itu? Lebih jauh lagi, kita berdoa agar Bapa setiap hari dengan berlimpah mengampuni kita atas segala dosa, kesalahan, dan kelalaian kita, sama seperti kita yang dengan bebas dan sepenuhnya mengampuni musuh-musuh kita, melupakan kesalahan mereka, dan mengasihi mereka. Kita berdoa agar Bapa menjaga kita dari setiap godaan untuk meninggalkan ke-Bapa-an-Nya dan menebus kita dari kelicikan dan kuasa si jahat, yang terjadi ketika Ia meneguhkan, memelihara dan melindungi kita di dalam Yesus Kristus untuk selama-lamanya (Matius 6:9-13). Betapa luar biasanya hak istimewa yang kita miliki, bahwa Yesus menyatakan kepada kita Bapa-Nya, dan Paulus meyakinkan kita akan kasih karunia, pengampunan, hidup dan damai sejahtera dari-Nya! Apakah kita masih lamban dalam hal menyembah dan bersyukur kepada-Nya?
Namun, Allah bukan hanya Bapa bagi semua pengikut Kristus, tetapi juga Bapa bagi putra-putri-Nya yang terhilang, khususnya anak-anak Abraham! Ia menantikan mereka untuk berbalik dari dosa dan dengan penuh kerinduan memperhatikan mereka. Begitu Dia melihat salah satu dari mereka kembali dengan pakaian compang-camping, Dia bergegas keluar untuk menemuinya, sehingga anak-Nya yang hilang tidak perlu mengambil langkah terakhir sendirian. Akan tetapi, Bapa bukanlah yang pertama berbicara, tetapi menunggu pengakuan dosa dari orang yang bertobat dan permintaannya untuk bekerja dan berbelas kasihan (Lukas 15:20-21). Setelah itu Bapa mengenakan jubah kebenaran-Nya di sekelilingnya, menghiasi dia dengan cincin bermeteraikan Roh-Nya, dan memanggilnya untuk memakan daging “kurban yang terbaik”, yang telah dipersiapkan-Nya baginya. Bapa memanggil semua penghuni rumah-Nya untuk berkumpul sehingga mereka juga dapat bersukacita atas kembalinya anak yang hilang, yang dahulu telah mati, tetapi sekarang telah hidup kembali melalui anugerah. Anak yang saleh, yang tetap tinggal di rumah dan masih bergumul dengan kebenaran diri sendiri, ditinggalkan dengan kebutuhan untuk mengalahkan dirinya sendiri, sehingga ia juga dapat menyambut pulang saudaranya yang telah binasa.
Lukas mencatat dalam “pasal emas” Alkitab ini penyataan Yesus Kristus mengenai karakter dan tindakan Dia dan Bapa kita di surga (Lukas 15:11-32). Jika saja saudara-saudara yang setia mau memahami bahwa Paulus juga berseru kepada orang-orang berdosa yang tidak mengenal Allah: “Anugerah dan damai sejahtera menyertai kamu dari Allah, Bapamu!” Kasih Bapa yang kudus jauh lebih besar daripada pemahaman dan tradisi kita. Di dalam kasih-Nya kepada yang terhilang, kita dapat memahami belas kasihan Bapa yang tak terbatas.
DOA: Bapa, kami menyembah Engkau, karena Engkau tidak membuang kami karena kebohongan, kenajisan, dan kecongkakan kami. Sebaliknya, Engkau telah mengadopsi kami demi kematian Yesus yang menebus kami. Engkau telah mencurahkan Roh Kudus-Mu di dalam diri kami sehingga kami dapat berseru, “Abba, Bapa yang terkasih!” dan dapat berseru, “Haleluya!” Biarlah semua permohonan kami dalam “Doa Bapa Kami” diwujudkan dalam hidup kami. Amin.
PERTANYAAN:
- Mengapa kita diberi wewenang untuk mengakui: “Allah yang maha kuasa adalah Bapa kita”?
(Salam kerasulan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose berakhir di sini, karena mereka masih berada pada masa pertumbuhan iman mereka. Tetapi dalam surat-suratnya yang lain, berkat dan salamnya terus berlanjut.)