Home
Links
Bible Versions
Contact
About us
Impressum
Site Map


WoL AUDIO
WoL CHILDREN


Bible Treasures
Doctrines of Bible
Key Bible Verses


Afrikaans
አማርኛ
عربي
Azərbaycanca
Bahasa Indones.
Basa Jawa
Basa Sunda
Baoulé
বাংলা
Български
Cebuano
Dagbani
Dan
Dioula
Deutsch
Ελληνικά
English
Ewe
Español
فارسی
Français
Gjuha shqipe
հայերեն
한국어
Hausa/هَوُسَا
עברית
हिन्दी
Igbo
ქართული
Kirundi
Kiswahili
Кыргызча
Lingála
മലയാളം
Mëranaw
မြန်မာဘာသာ
नेपाली
日本語
O‘zbek
Peul
Polski
Português
Русский
Srpski/Српски
Soomaaliga
தமிழ்
తెలుగు
ไทย
Tiếng Việt
Türkçe
Twi
Українська
اردو
Uyghur/ئۇيغۇرچه
Wolof
ייִדיש
Yorùbá
中文


ગુજરાતી
Latina
Magyar
Norsk

Home -- Indonesian -- Matthew - 173 (Abstention from Marriage)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Hausa -- Hebrew -- Hungarian? -- Igbo -- INDONESIAN -- Javanese -- Latin? -- Peul? -- Polish -- Russian -- Somali -- Spanish? -- Telugu -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

MATIUS - Bertobatlah, Kerajaan Kristus Sudah Dekat!
Belajar dari Injil Kristus menurut Matius
BAGIAN 3 – Pelayanan Yesus di Lembah Yordan dalam Perjalana nya ke Yerusalem (Matius 19:1 - 20:34)

3. Hidup Tidak Menikah Demi Pelayanan Kepada Kristus (Matius 19:10-12)


MATIUS 19:10-12
10 Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." 11 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. 12 Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.”
(1 Korintus 7:7)

Para murid begitu ketakutan dengan perkataan Yesus mengenai kekudusan dan tanggungjawab perkawinan sampai mereka berpikir lebih baik tidak kawin. Yesus tidak mengijinkan suami memperlakukan istrinya sekehendak hatinya, tetapi menuntut dari suami itu kesetiaan, kesabaran, hikmat, dan kasih. Perkawinan menuntut adanya tanggungjawab, sabar, dan pengorbanan tanpa ada hak untuk perpisahan atau perceraian.

Yesus menunjukkan kepada para pengikut-Nya kemungkinan mengenai hidup membujang, bukan sebagai pelarian dari perkawinan, tetapi seseorang bisa melayani Allah. Harus dicatat bahwa membujang tidak lebih suci dibandingkan dengan kawin, karena keduanya hidup dari pengampunan dan kebenaran Kristus. Tetapi kalau, karena kasihnya kepada Juruselamat, seseorang mendengar panggilan untuk hidup membujang, biarlah ia sungguh-sungguh menguji dirinya apakah ia mau menyerahkan dirinya kepada panggilan Roh Kudus sehingga ia tidak akan dicobai untuk menyerahkan tubuhnya kepada dosa. Yohanes Pembaptis dan Rasul Paulus memilih untuk membujang, karena mereka tidak hidup bagi dirinya sendiri, tetapi menyerahkan hidup mereka sebagai korban syukur kepada Kristus. Jangan ada seorangpun yang memilih jalan ini kecuali karena panggilan Allah. Hukum alam adalah untuk kawin di dalam pengampunan dan pelayanan bersama dengan dasar kasih, kuasa dan pengampunan dari Kristus.

Kristus mengijinkan apa yang dikatakan oleh para murid-Nya, “Lebih baik jangan kawin,: bukan sebagai keberatan atas larangan perceraian, tetapi sebagai aturan bahwa orang-orang yang memiliki karunia pengendalian diri dan tidak berada di di bawah kebutuhan untuk kawin, lebih baik terus membujang. Mereka yang membujang memiliki kesempatan, kalau mereka mau, untuk lebih “memperhatikan memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus” (1 Korintus 7:32-34), karena tidak terlalu dibebani oleh perhatian kepada kehidupan ini. Mereka memiliki lebih banyak kesempatan dalam hal pemikiran dan waktu untuk memperhatikan perkara Allah. Berkembangnya anugerah lebih baik dibandingkan dengan berkembangnya keluarga, dan persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya Yesus Kristus jauh melebihi semua jenis persekutuan yang lain.

Kristus menolak melarang perkawinan dan menganggapnya sebagai sesuatu yang jahat, karena “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu.” Memang hanya sedikit yang bisa, dan karena itu kesempatan untuk mengadakan perkawinan merupakan sesuatu yang harus dihargai, “Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu” (1 Korintus 7:9).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kami memuji Engkau karena Engkau tetap membujang di sepanjang kehidupan-Mu, senantiasa hidup dalam pengendalian diri, dan memberikan kehidupan-Mu menjadi tebusan bagi banyak orang. Ampunilah kami atas setiap kecemaran dan kecondongan kepada hawa nafsu. Ajarlah kami tentang kekudusan dan kesiapan untuk perkawinan yang terhormat sehingga kami bisa hidup di dalam pengudusan darah-Mu, saling melayani dengan sukacita, dan tidak pernah membenci atau bercerai. Peliharalah di dalam nama-Mu semua perkawinan yang dilakukan di dalam nama-Mu.

PERTANYAAN:

  1. Apakah makna pertarakan (hidup selibat) bagi pelayanan kerajaan surga?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on July 28, 2023, at 05:41 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)