Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Revelation -- 041 (Worshiping the One That Sits on the Throne)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Bulgarian -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Polish? -- Portuguese -- Russian -- Yiddish

Previous Lesson -- Next Lesson

WAHYU - Lihatlah, Aku datang segera
Pelajaran dari Kitab Wahyu
BUKU 2 - PENOBATAN YESUS KRISTUS (WAHYU 4:1 - 6:17)
BAGIAN 2.1 ALLAH, KUDUS DAN MAHAKUASA DI SURGA (WAHYU 4:1-11)

3. Menyembah Dia yang Duduk di Tahta (Wahyu 4:8-11)


Penyembahan oleh Dua Puluh Empat Tua-Tua

WAHYU 4:11
11 “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”

Pujian yang dinaikkan oleh keempat penjaga tahta itu adalah kesaksian dan pujian akan kekudusan penghakiman Allah Yang Mahakuasa. Makhluk itu tidak berbicara mengenai kemuliaan, kebenaran dan kasih Allah. Mereka memberikan kesaksian tentang apa yang ada di depan mata mereka dengan mengatakan, Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah yang Mahakuasa.

Namun kedua puluh empat tua-tua itu memuji kepenuhan terang kemuliaan Yang Kudus yang dinyatakan kepada mereka. Mereka memiliki kesempatan untuk melihat kemegahan yang tersembunyi, kebesaran dan keindahan Allah dan mereka memuji kekudusan yang sebenarnya yang terselubung bagi mereka yang jauh. Mereka langsung menghadap pancaran kemuliaan Allah.

Kepenuhan yang tak terbatas dari keagungan karakteristik Allah dinyatakan melalui 347 naa dan gelar di dalam Alkitab dan menjelaskan kemuliaan-Nya. Kedua puluh empat tua-tua itu menyembah dengan mengatakan, “Engkau layak menerima segala kemuliaan!” Dengan itu mereka menyaksikan bahwa mereka sendiri dan semua makhluk tidak layak untuk diberkati dengan hakekat keilahian. Hanya Sang Pencipta segala sesuatu yang memiliki hak untuk menerima kemuliaan, hormat dan kuasa.

Mungkin bisa dilihat juga bahwa kedua puluh empat tua-tua itu memanggil Allah Yang Mahakuasa secara pribadi. Mereka adalah milik-Nya dan berhak untuk memakai bentuk panggilan yang lebih akrab. Mereka menyebut Dia “Allah kami.” Ia membuat perjanjian yang kekal dengan mereka dan menyerahkan diri-Nya bagi mereka. Ia sudah menyebut diri-Nya sejak awal, “Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub” (Keluaran 3:6,13,15). Mereka bukan hanya memanggil Dia sebagai “Allah” memakai kata Allah (Elohim) yang adalah istilah yang umum untuk roh dan Pribadi Ilahi, tetapi mereka terutama sekali memanggil Dia sebagai “Yahweh,” sebagaimana yang dinyatakan-Nya sendiri tentang nama-Nya sebagai Allah perjanjian (Keluaran 3:14). Mereka mengenal siapakah Allah merekam yaitu yang Setia sampai selamanya, Allah Yang Mahakuasa yang tidak pernah berubah. Mereka adalah imamat rajani yang menjalin perjanjian dengan Dia. Mereka bukanlah orang-orang asing (Keluaran 19:5-6). Mereka memiliki hak untuk berbicara secara langsung dengan Dia. Ia mendengar seruan mereka (Mazmur 50:15) dan melindungi mereka.

Pengakuan dari kedua puluh empat tua-tua di surga adalah untuk menguatkan iman dari jemaat-jemaat yang teraniaya di Asia Kecil dan untuk mencegah agar mereka jangan menjauh dari Allah. Kaisar Romawi menuntut penyembahan dan ketundukan dari semua warga negara Romawi maupun yang bukan, yang tinggal di wilayah yang dikuasai olehnya dengan memakai kata-kata penyembahan yang sama. Mereka harus berdiri di depan patung Kaisar dan memberikan pengakuan, “Kaisar Domitianus, engkau yang layak, engkaulah tuhan dan allah kami!” Semua orang di segala tempat harus melemparkan mahkota kehormatan mereka dihadapan tahta kaisar yang kosong sebagai tanda bahwa hanya kaisar saja satu-satunya yang layak menerima hormat, kepercayaan, ketaatan dan ketundukan.

Perintah dari Kaisar ini sudah menjadi ujian yang sangat berat bagi orang-orang Kristen. Mereka tidak bisa memberikan segala hormat, kasih dan ketaatan kepada seorang pemimpin yang fana dan menyebut dia sebagai “tuhan dan allah.” Pengakuan yang demikian, “Engkau layak menjadi tuhan dan allah kami!” mereka anggap sebagai penghujatan, cobaan untuk bersikap munafik dan jebakan berbahaya yang akan berarti adanya mata-mata, penganiayaan dan kematian. Doa dari kedua puluh empat tua-tua di surga itu menguatkan jemaat yang sudah dianiaya di dunia ini di dalam roh mereka, untuk meyakinkan mereka bahwa mereka adalah anak-anak Allah dan untuk memusatkan perhatian mereka kepada Dia yang duduk di atas tahta dan yang satu-satunya yang pernah dan yang tetap layak untuk menerima semua perkataan itu.

Kedua puluh empat tua-tua itu juga memberikan alasan mengapa Tuhan, Allah mereka, yang menjadi satu-satunya yang layak untuk menerima kemuliaan, hormat, pujian dan penyembahan. Mereka menyembah dengan mengatakan, “Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu!” Tidak ada seorangpun yang bisa memunculkan sesuatu dari ketidak-adaan. Semua peneliti dan penemu tahu bahwa dia bisa menemukan atau mengembangkan sesuatu dari apa yang sudah ada sebelumnya. Tidak ada manusia yang menjadi pencipta dan hanya Tuhan saja. Keragaman pemikiran-Nya, keharmonisan di dalam keseimbangan tata alam, sistem reproduksi sel di dalam sebuah tumbuhan, keajaiban dari mata manusia, rahasia dari jiwa kita dan kehendak serta kesadaran pikiran manusia membuat kita harus menyembah Dia. Sampai saat ini tidak ada manusia yang bisa menciptakan kehidupan atau melenyapkan kematian. Kita semua hidup di dalam kasih karunia dan kebaikan Allah sang Pencipta kita.

Para tua-tua di ruangan tahta itu menambahkan dalam menjelaskan alasan mereka menyembah Tuhan mereka dengan mengatakan bahwa Ia merencanakan, menciptakan dan memelihara segala sesuatu, “karena kehendak-Nya.” Kejadian dari alam semesta ini bukanlah karena sebuah kebetulan. Tidak ada sebuah ledakan besar karena kesalahan dalam melemparkan jutaan bintang ke tempat mereka berada. Sebaliknya, Tuhan mengatakan, “Jadilah terang,” dan terang itupun ada (Kejadian 1:3). Perintah penciptaan ini didahului dengan proses perencanaan dan persiapan yang panjang. Roh Allah melayang-layang diatas permukaan air sampai semua keadaan siap untuk menjadi terang. Tuhan dengan sengaja menciptakan tumbuhan, binatang, dan manusia. Ia membentuk manusia sesuai dengan gambar-Nya. Dengan kehendak-Nya kita menerima keberadaan dan hakekat kita. Kita tidak hidup karena suatu kebetulan (Kejadian 1:27).

Alasan terakhir dari para tua-tua untuk penyembahan mereka di surga sangat lah sederhana, “Karena mereka sendiri juga diciptakan!” Penciptaan bukan hanya sekedar ide dan bukan hanya sebuah rencana belaka, tidak, tetapi Tuhan memang Mahakuasa sehingga sanggup menyatakan rencana-Nya itu. Ia memiliki kuasa untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Ia sendiri adalah kuasa, kehidupan, dan terang. Dari Dia mengalir segala kuasa, semua ciptaan dan terang di dalam dunia kita. Semua yang ada, terang, zat, tumbuhan, ikan, burung, binatang darat, manusia, malaikat, surga, tahta-Nya, semuanya menjadi ada karena kasih, kehendak dan kuasa-Nya.

Karena itu segala kemuliaan, hormat dan kuasa adalah milik Dia saja. Tidak satupun makhluk yang bisa melakukan apa yang dilakukan-Nya. Bagaimana dengan pengenalan kita akan hikmat, kuasa dan kemuliaan-Nya? Bagaimana kita menghormati sang Pencipta kita di jaman ini? Mengapa penyembahan kita kepada Allah tidak terucapkan?

Seorang bapa gereja yang bernama Bengel mengulangi doa dari dua puluh empat tua-tua itu di dalan catatan doanya di Gnomon sebagai dosanya sendiri. Ia tidak mengubah bahasa dan juga tidak menambahkan ataupun mengurangi kata-katanya. Kekaguman-Nya yang besar, hatinya yang penuh ketaatan, dan telinganya yang mendengarkan perkataan Roh Kudus menunjukkan bahwa ia masuk dalam golongan tua-tua di surga itu.

DOA: Engkau layak, Oh Tuhan, untuk menerima kemuliaan dan hormat dan kuasa, karena Engkau yang menciptakan segala sesuatu, dan karena Engkau semuanya menjadi ada dan diciptakan.

PERTANYAAN:

  1. Apakah isi dari penyembahan dua puluh empat tua-tua itu?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on August 14, 2013, at 11:21 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)