Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Ephesians -- 046 (What does the whole armor of God look like?)

This page in: -- Arabic -- English -- German -- INDONESIAN -- Turkish

Previous Lesson -- Next Lesson

EFESUS - Hendaklah Kamu Penuh dengan Roh
Meditasi, Renungan, Doa dan Pertanyaan Seputar Surat-surat kepada Gereja di Efesus

Bagian 3 - Pendahuluan Kepada Etika Menurut Sang Rasul (Efesus 4:1 – 6:20)

Seperti apakah perlengkapan senjata Allah itu? (Efesus 6:14-18)


Efesus 6:14-18
"Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus"

Dalam masa pemenjaraannya, Paulus dijaga oleh beberapa prajurit, yang tugasnya adalah memeriksa tamu yang masuk dan keluar dari sana, serta memperhatikan percakapan mereka dengan sang tawanan. Karena itu, Paulus bisa mendapat kesempatan mengamati dengan teliti perlengkapan yang dipakai oleh para penjaganya. Pengamatan ini membawanya untuk memberi nama yang baru untuk semua perlengkapan senjata yang ada, memasukannya ke dalam suratnya, tanpa menimbulkan kecurigaan di antara para penjaganya bahwa ia akan melakukan perlawanan. Setelah pengamatan itu Paulus menuliskan ada tujuh perlengkapan senjata rohani, yang dijelaskannya sebagai keseluruhan senjata dari seorang hamba Kristus. Empat atau lima senjata perlengkapan itu merupakan bagian pertahanan dan perlindungan bagi prajurit itu dan juga rekan-rekannya, sementara dua atau tiga lainnya berfungsi untuk menyerang dan menyebarkan kerajaan Allah.

Sangat menarik bahwa “berikatpinggangkan kebenaran” disebutkan pertama kali, karena ikat pinggang memang mengencangkan pinggang, mengikat seragam dan senjata prajurit itu dengan kuat. Dusta adalah dosa asal dari Iblis. Dusta juga menjadi senjata yang paling sering dipakai dan juga sangat ampuh. Namun sebaliknya, kebenaran yang sejati dilambangkan sebagai kelengkapan kekuatan yang dari Allah. Di dalam kebenaran tidak ada dusta, kelicikan atau penyimpangan. Yang ada hanya keterbukaan, kelurusan dan bisa dipercaya. Kebenaran ini bukan hanya bisa didengar atau bisa dilihat, tetapi juga merupakan sesuatu yang datang dari dalam, dari hati orang yang memberkan kesaksian itu. Orang-orang yang memberitakan kebenaran tidak dikuasai oleh dusta atau tipu daya, dan di dalam mata mereka sama sekali tidak ada pancaran keraguan. Saksi-saksi yang demikian adalah saksi yang bisa dipercaya.

Kemudian, kata “kebenaran” dalam bahasa Semitis juga berarti “kenyataan.” Itu berarti bahwa seorang saksi Kristus juga bisa memandang kenyataan yang ada di dalam dunia dan umat manusia. Kalau ia berbicara tentang keberdosaan manusia, itu memang nyata demikian. Ketika ia berbicara tentang kebangkitan dan kenaikan Kristus, ia berbicara tentang kejadian yang nyata, dan kalau ia berani menjelaskan tentang Allah, maka Dia yang Kudus itu adalah Tritunggal. Seorang hamba Kristus memiliki cara pandang yang benar dan bisa dipercaya mengenai kebenaran.

Kalau kata “kebenaran” dipahami sebagai “kebenaran yang mendasar,” itu berarti bahwa kasih Allah yang kudus itu adalah kebenaran yang paling dasar. Segala sesuatu yang tidak cocok dengan kasih Allah yang kudus ini tidak mengandung kebenaran, dan hanya berisi kesalahan, dosa dan kekeliruan. Pengajaran tentang pembenaran oleh iman adalah dasar dari rencana Allah untuk keselamatan. Penggenapan hukum Kristus melalui kuasa Roh Kudus memiliki prioritas, sebagaimana yang dikatakan Paulus, “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Roma 8:2).

Ketika kebenaran dimaknai sebagai salah satu sifat Allah, maka Kristus adalah kebenaran yang menjadi manusia (Yohanes 14:6), Roh-Nya adalah “Roh kebenaran” (Yohanes 14:17; 15:26; 16:13), dan Allah Bapa adalah sumber dari kebenaran (Yohanes 17:17, 19). Barangsiapa berasal dari kebenaran akan mendengar suara-Nya (Yohanes 18:37) dan menjadi benar.

Senjata rohani kedua yang disebutan oleh Paulus adalah “Baju zirah keadilan,” yaitu baju zirah perlindungan yang melindungi organ-organ penting sang prajurit. Perlengkapan senjata ini juga menjadi kesaksian bahwa Allah yang kudus juga bersikap adil ketika Ia membenarkan orang-orang berdosa yang cemar melalui kematian Anak-Nya sebagai pengganti (Roma 1:17; 3:23-24; 5:1; 2 Korintus 5:21). Ia tetaplah kudus dan adil ketika Ia mengeraskan hati bangsa terpilih yang memberontak, yaitu bangsa Israel, dan kemudian memutuskan untuk menyelamatkan semua orang dari antara bangsa-bangsa yang dianggap najis, yang memberikan diri mereka diselamatkan melalui anugerah kebenaran-Nya. Barangsiapa mencari perlindungan di dalam kebenaran Allah yang tak tertandingi ini akan memahami hal itu sebagai kebenaran iman, dan kebenaran yang menguduskan semua orang yang mengimaninya. Semua serangan dan senjata dari sang seteru akan menjadi sia-sia, mental dan tak berguna ketika diperhadapkan kepada keadilan Allah ini.

Perlengkapan senjata ketiga yang dituliskan oleh rasul yang sedang dipenjarakan itu adalah “kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera.” Kalimat ini menunjuk kepada missi kepada dunia, membuat keselamatan yang disempurnakan oleh Kristus di kayu salib itu dikenal. Ini menunjukkan kemenangan atas semua pandangan dunia yang lain. Formulasi ini juga mengandung makna kesiapan untuk menghadapi serangan, pikiran yang siap untuk terus maju, tanpa takut menghadapi perlawanan dari pihak manapun yang memusuhi. Para prajurit yang menjaga Paulus, ketika mendengar perkataan yang demikian bisa saja menganggapnya sebagai sebuah persiapan untuk pemberontakan. Karena itu Paulus dengan cerdik menambahkan kata-kata, “kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera.” Pada saat itu, kata “Injil” mengandung makna yang positif, yaitu pengumuman kabar baik dari tahta Kaisar sendiri. “Injil damai sejahtera” bagaikan kata-kata yang menjadi obat bagi semua prajurit, karena setelah pengumuman itu, mereka tidak lagi harus kembali melakukan perjalanan panjang melalui berbagai cuaca yang berat, dan tidak lagi harus berhadapan dalam peperangan bersenjata melawan musuh, dan terutama sekali, tidak harus berhadapan dengan bahaya maut lagi. Melalui kata “Injil damai sejahtera” maka persiapan untuk menjalani kerasnya peperangan diredakan.

Kita perlu membiasakan diri mendengar perkataan yang sangat khusus dari sang rasul ini, yang mengandung makna bahwa kehidupan Kristen selalu berkaitan dengan keadaan yang tetap waspada, sehingga kita senantiasa siap untuk membawa Injil kepada orang-orang belum percaya yang belum memahaminya. Keselamatan kita adalah anugerah karena kasih karunia Allah, namun kita harus “memasang kaki” agar kita bisa memberikan keberanian kepada mereka yang masih terhilang dan tanpa harapan itu untuk mencari kehidupan kekal. Keselamatan dari Yesus Kristus disiapkan untuk semua orang. Yesus tidak perlu mati yang kedua kali utuk orang-orang Turki, untuk para imigran dari yang bekerja di negara-negara lain, untuk para pelajar dari luar negeri yang sedang belajar di negara-negara Kristen. Kematian Yesus juga membenarkan mereka, namun mereka tidak mengetahui betapa beruntungnya diri mereka atau bahkan dengan keras menolak kematian Yesus Kristus yang menjadi pendamaian bagi mereka. Kebanyakan di antara orang-orang asing yang ada di Eropa ketika mendengar kabar keselamatan itu menjawab, “Belum pernah ada orang yang menceritakan kepadaku tentang Kristus di sini!” Apakah kita masih mau mengabaikan tanggungjawab itu?

Dalam penjelasan tentang perlengkapan senjata Allah, Paulus melanjutkan lagi dengan menuliskan perlengkapan yang keempat, “Perisai iman,” yang akan bisa menghentikan dan memadamkan panah api dari si jahat. Barangsiapa melayani Yesus sebagai seorang saksi, penatua atau pemimpin pujian, harus selalu mengingat kenyataan bahwa ia akan senantiasa diperhadapkan kepada serangan dan fitnahan dari si jahat, sementara pada saat yang sama ia juga harus berjuang melawan penyimpangan dan kebohongan manusia. Dalam banyak peristiwa, rekan-rekan sekerja yang semula sangat bersahabat kemudian berubah menjadi orang-orang yang meragukan kita. Kemudian, ada juga serangan yang ditujukan kepada Yesus, kepada iman kita dan kepada gereja kita atau kelompok sel kita. Kita tidak selalu memiliki jawaban yang logis atau memuaskan yang sudah disiapkan sebelumnya. Namun dengan iman dan dengan doa yang secepat kilat, kita selalu bisa menyerahkan permasalahan itu kepada sang Juruslamat yang bangkit itu. Kita akan melihat bahwa Dia sering memberikan inspirasi bahkan kepada orang-orang yang sederhana denga jawaban yang tepat. Iman kepada Kristus, sang Anak Domba Allah, tidak hanya memadamkan semua permusuhan terhadap kita, tetapi juga semua serangan yang melawan kekristenan dari si Iblis yang menentang kebenaran Injil. “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita” (1 Yohanes 5:4). Orang-orang yang percaya kepada Kristus, sang Anak Allah, akan mengalami Roh Kudus sebagai kehidupan kekal baginya (Yohanes 3:15-16). Sebuah syair dalam bahasa Jerman menyatakan demikian:

Kalau orang bisa lebih dari beriman,
Maka dia bisa melakukan segalanya,
Semua kekuatan dunia akan diraihnya
Dan semua menjadi tak berarti baginya!

Kita jangan sampai hanya memiliki iman untuk diri kita dan keselamatan kita sendiri di dalam Kristus, tetapi kita juga perlu memiliki iman bersama dengan saudara-saudara seiman kita. Tiga pernyataan iman dari Gereja Lutheran Injili beserta dengan penjelasannya di dalam katekismus gereja mereka sangat tegas dan padat bisa dirasakan bagaikan sebuah perisai, yang menahan dan memadamkan panah api dari si jahat. Kita perlu mempelajari dan mengulangi isi teks itu, sehingga kebenarannya bisa tetap bertahan di dalam pikiran kita dan mengalahkan semua godaan ajaran dunia ini. Barangsiapa mau melihat lebih jauh lagi tentang perisai yang melindungi orang-orang percaya, akan sampai kepada janji Allah kepada Abraham: “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar." (Kejadian 15:1). Pemahaman, keyakinan dan penerapan akan janji ini akan mendatangkan ketenangan dan damai sejahtera, bahkan di tengah peperangan yang paling keras sekalipun.

Paulus meneruskan penjelasan tentang perlengkapan senjata rohani bagi para hamba Allah, dengan menyebutkan perlengkapan yang kelima, “ketopong keselamatan”. Di jaman ini bahkan orang-orang yang naik sepeda juga memakai helm pelindung, untuk menghindarkan cedera pada kepala jika mereka terjatuh. Orang-orang yang bekerja sebagai tukang bangunan yang membangun gedung-gedung tinggi juga mengenakan helm untuk melindungi kepala mereka dari reruntuhan yang bisa menimpa kepala mereka. Bahkan di beberapa negara tropis ada helm yang dibuat khusus untuk melindungi pemakainya dari radiasi sinar ultraviolet matahari, dan di dalam peperangan helm topi baja sering menyelamatkan nyawa prajurit yang mengenakannya. Mungkin kita pernah menyaksikan di dalam film bagaimana seorang prajurit memeriksa keberadaan musuh mereka dengan memasang topi baja mereka di atas sebuah tongkat dan kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi, jika topi baja itu ditembaki berarti ada musuh di dekat mereka.

Beberapa jenis helm dibuat secara khusus untuk parade, sehingga helm itu berkilauan ketika sedang berbaris rapi di depan tribun kehormatan. Ketopong keselamatan kita adalah pujian atas keselamatan yang cuma-cuma bagi orang-orang berdosa di hadapan penghakiman Allah. Di dalamnya juga terkandung pengakuan akan perubahan yang terjadi di dalam kehidupan seorang yang terhilang melalui kasih karunia yang ajaib dari Sang Penebus. Keselamatan dari Yesus Kristus selalu memiliki dua sisi: sisi pertama adalah sisi mengenai kasih karunia yang lengkap yang menyelamatkan kita dari dosa, Iblis, maut, dan murka Allah. Dan yang kedua adalah sisi pembenaran oleh iman, damai dengan Allah, kelahiran kembali dengan buah-buah Roh Kudus dan kepastian pengharapan akan kehidupan kekal. Keberadaan rohani kita di dalam Kristus dan panggilan kita menjadi anak-anak Bapa kita yang ada di surga adalah kemuliaan yang sangat agung, yang terjadi karena pengakuan bahwa keselamatan adalah karena iman. Apakah anda sudah mengenakan ketopong keselamatan ini secara terbuka dan membiarkan pancaran kemilaunya dinyatakan dengan penuh kemuliaan? Atau apakah anda mengenakan ketopong yang sangat indah itu tetapi justru menutupi dan menyelubunginya dengan kain, sehingga tidak ada seorangpun yang melihat apa yang sudah dilakukan Allah di dalam kehidupan anda?

Paulus masih memiliki perlengkapan senjata rohani yang dinyatakannya kepada para hamba Allah! Sebagai perlengkapan yang keenam, ia meletakkan ke dalam tangan anda, “pedang Roh!” Pedang ini bukan pedang panjang milik algojo yang tidak praktis untuk dipakai di dalam peperangan, tetapi pedang pendek yang mudah dipakai di dalam peperangan. Paulus tidak sedang berbicara tentang sebuah perang agama, seperti yang dilakukan oleh para prajurit Perang Salib yang sebenarnya melawan perintah Kristus. Namun, ia sedang berbicara tentang pedang Roh, firman Allah yang bisa menembus roh orang berdosa yang paling bebal sekalipun. Penulis surat Ibrani dengan jelas menuliskan apa yang bisa dilakukan oleh pedang ini, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibrani 4:12).

Namun, sebelum anda memutuskan untuk menghakimi atau menusuk seseorang dengan firman Allah, anda harus terlebih dahulu menusuk jiwa anda dengan pedang ini, sehingga semua kekecewaan dan kesombongan anda bisa dimatikan. Pada akhirnya tidak akan ada lagi yang tersisa selain dari kasih karunia Allah saja. Kalau anda sudah mempraktekkan hal ini terhadap diri anda sendiri, kemudian dengan kasih anda akan bisa membuat tetangga dan sahabat-sahabat anda menyadari tentang tajamnya kuasa firman Allah. Anda akan bisa menyaksikan secara pribadi apa yang sudah dilakukan frman itu di dalam kehidupan anda sendiri.

Suatu saat kami pernah melihat di sebuah tempat parkir terbuka di Swis, seorang yang sudah lanjut usia yang meletakkan traktat di setiap mobil yang parkiri di sana. Ia adalah seorang pensiunan missioaris yang kembali ke negara asalnya, dan di tengah-tengah hujan salju yang sangat deras itu, ia membagikan firman kehidupan. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa di dalam keadaan hujan salju dan es yang membeku itu, jari-jari kakinya menjadi beku. Ia sangat bersemangat untuk menusukkan pedang Roh ke dalam hati semua orang yang memarkirkan mobil mereka di tempat parkir itu.

Pedang Roh bukan hanya menyucikan hati nurani, tetapi juga membangun “manusia baru” di dalam kehidupan orang-orang yang sudah dibenarkan oleh darah Yesus Kristus. Alat dari kasih karunia Allah ini juga mengawasi kebenaran dari pengajaran Injil. Pedang Roh ini akan memangkas semua kotoran yang menyusup yang berasal dari hikmat manusiawi.

Jadi Paulus berperang dengan menggunakan pedang Roh melawan semua bentuk kebenaran yang didasarkan kepada hukum Taurat, yang membuat manusia berpikir bahwa dengan kekuatan mereka sendiri, mereka bisa menjadi benar karena “perbuatan baik” mereka. Pedang keselamatan kemudian menyatakan bahwa hanya darah Kristus, yang mengalir di dalam kematian-Nya sebagai pengganti manusia, yang mampu menjadikan kita benar dan kudus di hadapan Allah.

Pedang kebenaran ini juga memangkas pemujaan kepada Bunda Maria yang dianggap sebagai tuhan, karena ia melahirkan Yesus Kristus. Maria adalah manusia biasa, yang lahir dari seorang ayah dan seorang ibu duniawi, yang kemudian menuliskan lagu pujian yang sangat luar biasa dan indah ini,

Lalu kata Maria:
Jiwaku memuliakan Tuhan,
dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan
kerendahan hamba-Nya.
Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku
dan nama-Nya adalah kudus”
(Lukas 1:46-49).

Bahkan anak dara Mara menyebut Tuhan yang diagungkan dari Perjanjian yang Lama sebagai Juruselamat dan Penebusnya, yang sudah memilihnya untuk menjadi ibu dari Yesus Kristus. Anak-Nya dikandung melalui Roh Kudus. Dia adalah “Allah sejati dan manusia sejati,” yang dilahirkan tanpa dosa dan menjalani kehidupan tanpa dosa, dan di dalam Dia Roh Kudus sudah mengatai semua tuntutan sifat yang diwariskan dari leluhur manusia. Yesus adalah satu-satunya manusia yang berada dalam keadaan yang tepat untuk mati, sebagai pengganti yang tak bercacat, dan menggantikan manusia yang berdosa. Maria tidak ikut di dalam karya penebusan dan bukan juga ibu dari keilahian Allah. Maria juga dalam beberapa kesempatan, mengalami penderitaan ketika pedang Roh menembus hatinya,

Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau." Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.:”

Mungkin keluarga-Nya ingin menahan Yesus dari pelayanan-Nya dan dengan itu menyelamatkan diri mereka dan kerabat mereka, karena Mahkamah Agama (Sanhedrin) di Yerusalem memang sedang berusaha untuk menghukum dan membunuh Yesus (Matius 12:14; Yohanes 5:16-18). Namun, Yesus mengikuti jalan-Nya ke kayu salib sampai selesa. Di kemudian hari ibu-Nya harus berdiri di bawah kayu salib yang terhina itu dan menerima perhatian serta dukungan dari Yohanes sang murid Yesus, sebagaimana yang dikehendaki oleh Dia yang disalibkan itu (Yohanes 19:26-27). Karena itu beberapa gereja mengatakan bahwa kemungkinan Maria ikut serta dengan Yohanes sang Bapa Gereja itu pindah ke Efesus dan kemudian juga wafat di sana. Namun, sebenarnya pandangan itu tidak tepat, karena penjelasan terakhir di dalam Alkitab tentang Maria tertulis di dalam Kisah Para Rasul: “Mereka semua (para murid Yesus) bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus” (Kisah Para Rasul 1:14). Jadi kemungkinan besar Maria hadir juga pada Haru Pentakosta ketika Roh Kudus turun dan para murid menerima Roh Kudus. Namun setelah itu Lukas tidak menuliskan lagi tentang nama Maria, karena dia memang tidak menjadi pengantara bagi keselamatan manusia.

Pedang Roh juga menyatakan dirinya dalam peperangan-peperangan rohani yang lain. Bagi orang-orang yang memeluk agama Islam, mereka mengatakan bahwa meskipun Firman Allah memang diwahyukan oleh Allah baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, namun Alkitab yang ada sekarang sudah diwarnai dengan pemalsuan. Yesus dengan sangat tegas menyangkal tuduhan yang sangat keji itu dan mengatakan,

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Matius 5:17-18). Dengan kesaksian-Nya ini, Yesus tidak hanya menjamin kebenaran teks Taurat, Mazmur dan Kitab para Nabi, tetapi juga menempatkan pengajaran-Nya sendiri di atas semua perkataan dan tuduhan manusia: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Matius 24:35; Markus 13:31; Lukas 21:33). Kemudian, di dalam doa-Nya sebagai Imam Besar untuk para murid-Nya, Yesus meminta kepada Bapa “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17). Dengan mengakui bahwa semua firman Allah adalah kebenaran, Yesus menghapuskan semua perkataan kosong mengenai Alkitab sudah dipalsukan, atau bahwa pengajaran atau pandangan agama-agama dunia ini juga berasal dari wahyu Allah. Hanya ada satu kebenaran yang berkemenangan karena kuasa pedang Roh, yaitu Firman Allah sendiri, yang menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14).

Paulus adalah seorang yang sangat pragmatis dan ia mengenal para penerima suratnya. Karena itu, ia kemudian meletakkan perlengkapan rohani yang ketujuh ke dalam tangan mereka, yang mendorong mereka untuk melatih “permohonan yang tak puutus-putusnya untuk segala orang kudus.” Dengan perkataan yang sungguh-sungguh, sang rasul memasukkan bagian ini ke dalam perlengkapan senjata rohani, karena ia tahu bahwa masalah kehidupan yang tak terhingga banyaknya bisa menghambat orang-orang percaya dari doa syafaat yang reguler. Di sisi lain, jelas sekali juga bagi dia bahwa doa permohonan untuk semua orang kudus adalah sesuatu yang sangat mendesar, karena mereka adalah orang-orang yang secara khusus menjadi sasaran serangan Iblis.

Karena itu Paulus kemudian bisa menulis bahwa para pemimpin jemaat harus belajar, dengan doa dan permohonan yang dilakukan di bawah pimpinan dan kuasa Roh Kudus, agar mereka terus waspada dan bertekun dalam doa mereka bagi anggota-anggota jemaat mereka. Semua orang yang merenungkan tentang pentingnya doa syafaat akan bisa merasakan kegelisahan di dalam hatinya. Alasannya adalah karena mungkin saja kita sudah tekun dalam menaikkan doa syafaat kita, tetapi tidak dengan segenap kesungguhan sebagaimana yang dituliskan oleh sang rasul untuk kita. Barangsiapa pernah terlibat di dalam peperangan akan memahami bahwa tidak ada yang bisa melalui masa peperangan itu dengan hati yang tenang; namun, semua orang akan selalu berpikir tentang dimana posisi musuh saat itu, terus berpikir dan terus waspada, karena ia tahu bahwa ia harus selalu bersiap untuk setiap kemungkinan. Kita perlu belajar berdoa sebagaimana yang dituliskan oleh penyair Friedrich Oser, yang menuliskan dalam lagunga, “Bangkit, Bangkit, Nyatakan Kekuatanmu Oh Senjata Allah,”

“Kita dalam peperangan siang dan malam
Oh Tuhan, ingatlah kami dalam kasih-Mu
Dan tetaplah berada di pihak kami.”

Hanya ketika kita sungguh-sungguh memahami bahwa kita, sebagai jemaat yang sudah diselamatkan melalui Kristus, adalah sasaran utama dari serangan Iblis, barulah kita akan bisa sungguh-sungguh memahami bahwa kita sedang berdiri di tengah-tengah medan perang, dan bahwa kita tidak memiliki kesempatan dan tidak bisa sama sekali memikirkan kesenangan pribadi kita sendiri saja. Doa syafaat untuk perlindungan dan pengudusan bagi setiap anggota jemaat, dan juga utuk semua pekerjaan missi, adalah tanggungjawab doa yang sangat mendesak yang dipersiapkan oleh Roh Kudus bagi kita.

Juga, dalam hubungannya dengan serangan ini, ada beberapa titik lemah di dalam kehidupan orang-orang kudus, dan Iblis sangat suka untuk menyiramkan bahan bakar ke titik lemah itu sehingga titik itu dengan cepat akan terbakar dan membawa: Pertama-tama berkaitan dengan kesombongan, ambisi pribadi dan arogan, yang mengalir di dalam darah semua manusia. Semua orang berpikir bahwa dirinya yang menjadi pusat dari keberadaan alam semesta. Sakit rohani yang sudah berabad-abad ini harus dimatikan di dalam kehidupan kita karena dosa itu adalah dosa Iblis. Sebagai gantinya kita harus menempatkan kerendahan hati dan kelemah-lembutan dari Yesus yang bertumbuh di dalam kehidupan kita. Ini membawa kita ke dalam peperangan rohani di dalam hati kita, dan karena itulah maka doa syafaat untuk semua orang-orang yang sudah dilahirkan kembali itu juga menjadi sesuatu yang mendesak. Semua orang harus belajar untuk menjadi kecil, sehingga Yesus bisa menjadi Tuhan atas dirinya dan memerintah atas semua masalah dan pertanyaannya.

Sakit yang kedua yang kemungkinan menghinggapi orang-orang kudus adalah cinta mereka akan uang. Yesus mengatakan dengan jelas kepada para pengikut-Nya, “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Matius 6:24). Tetapi Iblis dengan giat membisikkan ke telinga orang-orang yang mengasihi Yesus: Engkau harus menyiapkan diri menghadapi berbagai kerusakan, kesakitan dan masa tua, dan pada saat yang sama engkau bisa tetap mengasihi Yesus. Banyak sekali orang yang terperdaya dan kemudian mengikatkan diri kepada dua tuan, meskipun Yesus sudah dengan sangat jelas memberikan peringatan kepada mereka: Tidak bisa demikian! Engkau hanya bisa sungguh-sungguh mengasihi satu tuan, dan tidak bisa dua-duanya! Doa syafaat untuk “semua” orang kudus, baik yang kaya atau yang miskin, akan menjadi kekuatan yang membebaskan mereka dari schizoprenia rohani yang berpikir bahwa mereka bisa mengasihi Allah dan mammon sekaligus. Dalam arti rohani, itu sangat berkaitan dengan pergumulan antara hidup dan mati.

Titik lemah sebagai cobaan yang ketiga adalah dorongan seksual mereka sendiri, yang pada awalnya sebenarnya merupakan karunia yang baik dan mulia dari Sang Pencipta kepada makhluk-Nya. Namun karena manusia mau bebas dan kemudian berusaha untuk hidup tanpa Allah atau bahkan melawan firman-Nya, maka bahkan bagian kehidupan seksual manusia juga sudah jatuh ke dalam roh pemberontakan dan mementingkan diri sendiri. Iklan-iklan modern berusaha untuk menarik dan menyalakan kelemahan manusia ini, sehingga bahkan anak-anak sekalipun sudah diajar tentang bagaimana mereka bisa melakukan dan memenuhi “lebih banyak seks.” Banyak orang-orang kudus juga menderita dan terikat dalam belenggu yang lebih besar daripada yang mereka bayangkan, bahkan ketika mereka nampak ada dalam keadaan baik-baik saja. Sekali lagi hal ini membutuhkan syafaat kita, khususnya bagi mereka yang masih muda baik secara jasmani maupun di dalam iman mereka. Budaya dan sistem pendidikan kita sudah mencemari kehidupan mereka. Sewaktu berada di Inggris, kami pernah mendapatkan pertanyaan yang agak aneh, apakah benar Goethe pernah memiliki 103 atau 104 anak yang tidak sah! Namun kebebasan seksual yang sekarang ini terjadi di banyak kota-kota besar di dunia tidak mengakibatkan ledakan jumlah penduduk karena kebanyakan mereka yang melakukannya sudah memakai alat kontrasepsi. Barangsiapa yang bertanggungjawab untuk persekutuan keluarga-keluarga harus memiliki kasih karunia dan tujuan yang jelas di dalam doa syafaat yang dinaikannya. Bukannya tanpa alasan bahwa Paulus, dengan teramat sangat bersungguh-sungguh, memanggil orang-orang yang percaya kepada Kristus untuk menaikkan syafaat untuk semua orang kudus di Efesus dan sekitarnya.

Prayer: Bapa surgawi, kami mengucap syukur kepada-Mu. Anak-Mu sudah mati menggantikan kami, mengampuni segala dosa, kesalahan dan pelanggaran kami. Kami menyembah Engkau, karena Engkau, melalui Anak-Mu dan kuasa Roh Kudus, sudah memelihara kami, sehingga di tengah-tengah peperangan rohani ini kami bisa bersikap secara rohani, berperang, percaya dan berdoa. Kami bukan siapa-siapa, tetapi di dalam jaminan dari Yesus, Engkau sudah memberikan masa depan yang cemerlang kepada kami. Amin.

Pertanyaan:

  1. Dari ketujuh perlengkapan rohani yang ada, yang mana yang paling anda perlukan?
  2. Apakah rahasia dan tujuan dari perelengkapan senjata Allah?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on March 09, 2018, at 10:08 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)