Waters of LifeBiblical Studies in Multiple Languages |
|
Home Bible Treasures Afrikaans |
Home -- Indonesian -- Do we Know the Holy Spirit? -- The Holy Spirit and the Apostles of Christ
TOPIK 1: Apakah Kita Mengenal Roh Kudus?
Short explanations to 335 Bible texts that speak of the Holy Spirit
III. Roh Kudus dan Para Rasul Yesus Kristus
1. Roh Kudus di dalam Kitab Kisah Para Rasul
(dituliskan sekitar tahun 60-62 MD.)
PAULUS dan Kuasa Roh KudusPengkhususan Barnabas dan SaulusKISAH PARA RASUL 13:2-4 Pada persimpangan kisah di dalam Kisah Para Rasul ini kita membaca dua kali tentang adanya doa puasa di Antiokhia. Berpuasa bukanlah tugas bagi orang Kristen, tetapi sebuah kesempatan, karena melalui puasa maka intensitas doa bisa ditingkatkan. Orang-orang yang bertanggungjawab atas jemaat mau memuji Allah, Bapa dan Putera, dari kedalaman hati mereka. Mereka ingin memahami kehendak-Nya berkaitan dengan pelayanan gereja, sesuai dengan janji-Nya, Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku. (Yeremia 29:13-14) Ketika para penatua terus berdoa, Roh Kudus berbicara kepada mereka. Doa yang tulus adalah cara yang paling baik untuk mengalami kehendak Allah. Roh Kudus berbicara kepada mereka memakai perkataan dalam bentuk “Aku”, sebagai Pribadi yang secara independen membuat rencana dan bertindak. Jemaat langsung bisa memahami suara-Nya, karena mereka terbiasa berbicara dengan Allah yang hidup—mendengar, taat dan memahami Dia. Roh Allah menghendaki adanya pengorbanan dari jemaat! Mereka harus mengkhususkan dua dari pemimpin-pemimpin terbaik mereka, Barnabas yang sudah berpengalaman dan Saulus yang ahli Taurat, untuk melaksanakan rencana kekal dan berkelanjutan-Nya. Panggilan ini menunjukkan kesempurnaan kesatuan dari Roh Kudus dengan kehendak Tuhan Yesus, yang memang sudah, di dekat pintu gerbang kota Damsyik, berkehendak untuk memanggil Saulus kepada pelayanan missi ke seluruh dunia. Jemaat berdoa, berpuasa, dan menumpangkan tangan mereka kepada orang-orang yang terpilih itu, sebelum melepaskan mereka pergi. Pada awalnya keduanya tidak tahu kemana mereka harus berangkat, tetapi percaya kepada Tuhan yang sudah memanggil mereka. Mereka tidak mengambil asuransi untuk jaminan hari tua, dan tidak mendapatkan janji tentang gaji dalam jumlah tertentu. Mereka berangkat dengan ketaatan penuh iman, karena tahu bahwa mereka secara pribadi sudah diutus oleh Roh Yesus Kristus. Ia sudah mengambil tanggungjawab atas mereka. Hari ini kita bersyukur kepada Tritunggal yang Kudus bahwa dengan penugasan dan pengutusan Barnabas dan Saulus maka jaman missi ke seluruh dunia sudah dimulai! Barnabas dan Saulus di SiprusKISAH PARA RASUL 13:6-12 Barnabas, seorang keturunan Yahudi yang berasal dari Siprus, ingin menginjili penduduk di pulaunya. Namun kedua saksi Yesus itu berkeliling pulau besar itu dari timur ke barat tanpa menemukan ada orang yang tertarik kepada berita Injil. Hanya di Pafos gubernur Romawi ingin mendengar tentang ajaran baru yang mereka sebarkan di wilayahnya. Namun, ada seorang tukang sihir Yahudi yang bernaa Baryesus, yang artinya “Yesus yang saleh” menyertai gubernur pulau itu. Ia melawan dengan kuasa dan kecurangannya terhadap usaha penginjilan dari dua pemberita itu dan secara memberikan pengaruh negatif kepada gubernur itu. Saulus jatuh ke dalam kemarahan kudus, dipenuhi dengan Roh Kudus, dan membongkar kuasa si jahat di dalam diri tukang sihir itu. Saulus mengatakan kepada tukang sihir itu bahwa tangan Tuhan akan menimpanya dan bahwa ia akan menjadi buta untuk sementara waktu. Saulus sendiri pernah mengalami hukuman dari Yesus yang demikian ke atas tubuhnya, tetapi kemudian ia bertobat, sesuatu yang tidak dilakukan oleh tukang sihir Yahudi itu. Gubernur pulau itu, yang namanya Paulus, menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Sejak peristiwa itu, Saulus tidak lagi dipanggil dengan nama Ibraninya di dalam kitab Kisah Para Rasul. Selanjutnya, ia menerima nama Romawi-Yunani yang diberikan kepadanya. Karena itu, ia menjadi orang percaya yang pertama yang diberi nama Paulus, yang artinya “yang kecil.” Ia dengan senang menerima nama itu, karena di dalam mengikut Yesus, maka “yang terbesar” adalah “yang terkecil.” (Matius 18:4; 20:26; Markus 9:34; 10:43; Lukas 9:48; 22:24-27). Paulus dan Barnabas di Antiokhia dan PisidiaKISAH PARA RASUL 13:46-52 Agak dramatis melihat kenyataan bahwa dari semua kejadian-kejadian berkaitan dengan perjalanan missi Paulus dan Barnabas yang pertama, hanya ayat ini yang berbicara tentang Roh Kudus. Hal ini cukup mengejutkan karena kenyataan bahwa Dialah, sang Roh Kudus, atas perintah Yesus dan kesepakatan penuh dengan-Nya, yang sudah merencanakan, memimpin, dan memberkati perjalanan pelayanan itu. Kedua penginjil itu mengadakan perjalanan dari melalui Antalya (di Turki modern) memasuki daerah pedalaman pegununungan Anatolia di Pisidia, dan dari sana ke Ikonium (sekarang dikenal dengan naa Konya), dan juga ke Listra dan Derbe, memberitakan bahwa Yesus adalah Dia yang sudah Bangkit dari kematian. Barangsiapa percaya kepada-Nya akan dibenarkan. Kemudian mereka mengadakan perjalanan kembali melalui jalan yang sama untuk menguatkan jemaat-jemaat yang mulai tumbuh. Berkaitan dengan semua pemberitaan, kesembuhan, penganiayaan dan pemeliharaan di dalam perjalanan ini, tetap tidak ada penyebutan mengenai Roh Allah. Hanya disebutkan bahwa orang-orang yang baru percaya itu, sebagai “murid-murid Yesus”, dipenuhi dengan sukacita Roh Kudus. Bukannya sang missionaris, perjalanan mereka, pemberitaan atau penderitaan mereka yang menjadi tujuan dari Roh Yesus, tetapi pertobatan pribadi-pribadi dan peneguhan gereja-gereja baru. Yang sangat penting adalah bahwa mereka tetap berpegang teguh kepada Injil. Karena itulah maka Roh Allah lebih sering menahan diri, agar Yesus sajalah yang dimuliakan di dalam gereja-Nya. Sidang Rasuli Pertama di YerusalemKISAH PARA RASUL 15:6-29 Ketika Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia dari perjalanan missi mereka yang pertama orang-orang yang sudah berdoa di dalam jemaat merasa sangat bersukacita, karena Yesus juga sudah memberikan keselamatan dan karunia Roh Kudus kepada orang-orang yang bukan Yahudi. Namun, orang-orang Kristen Yahudi yang berlatar belakang Farisi, datang dari Yerusalem dan menuntut agar semua orang yang baru menjadi percaya dari antara bangsa-bangsa bukan Yahudi itu untuk disunatkan, dan juga mentaati seluruh hukum Taurat Musa, beserta dengan 248 perintah dan 365 larangannya. Kalau tidak maka bangsa-bangsa bukan Yahudi itu dianggap tidak diselamatkan. Kemudian muncul perdebatan yang sangat keras, dimana Paulus dan Barnabas di satu pihak, dan kemudian orang-orang yang menunjung tinggi hukum Taurat di sisi lainnya. Gereja tidak melihat ada jalan keluar terbaik untuk masalah ini selain dengan membawanya ke hadapan para rasul di Yerusalem untuk mendapatkan sebuah keputusan (Kisah Para Rasul 15:1-8). Kemudian, terjadilah sidah gereja rasuli yang pertama di Yerusalem pada sekitar tahun 51 Masehi. Petrus mengangkat mengenai pertobatan dan kelahiran baru dari seorang perwira pasukan Romawi di kaisarea. Di sana Tuhan sendiri yang turun tangan dan memberikan Roh Kudus kepada kelompok orang yang mencari Tuhan itu, setelah mereka disucikan oleh iman tanpa memiliki pemahaman sebelumnya mengenai Hukum Musa. Lebih lagi, tidak ada seorangpun dari antara orang Kristen berlatar belakang Yahudi saat itu yang mengikuti seluruh isi hukum Taurat Musa. Dan juga, mereka semua berharap untuk diselamatkan karena iman kepada Yesus Kristus saja! Yakobus, saudara Yesus, juga bergabung di dalam kedaulatan karya Allah ini, dengan menyebut referensi kepada janji di dalam Amos 9:11-12. Pada akhirnya dikeluarkanlah sebuah pernyataan tertulis dengan formulasi yang sangat menakjuvkan, “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada para petobat baru dari bangsa-bangsa lain jangan ditanggungkan lebih banyak beban selain dari iman pribadi mereka kepada Kristus.” Demi persekutuan yang ada di meja perjamuan bersama-sama dengan orang-orang Kristen Yahudi maka perlu menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Dalam penjelasan yang sangat luar biasa ini para rasul berdiri selaras dengan Roh Kudus, sesuatu yang, secara manusia sangat tidak terbayangkan. Formulasi ini menunjukkan bahwa Roh Allah bukanlah diktator, tetapi Ia memberikan kepada gereja kewenangan dan tanggungjawab penuh untuk mengkoreksi pengajaran dan mengadakan sidang rohani. Kalau Paulus dan Barnabas tidak berhasil di dalam perjuangan iman rohani di bawah tuntunan Roh Kudus ini, maka hari ini kita semua akan menjadi orang-orang Yahudi Kristen yang hidup di bawah hukum Taurat Musa! Paulus dan Pimpinan Roh Kudus di AnatoliaKISAH PARA RASUL 16:6-9 Maksud awal Paulus untuk perjalanan missinya yang kedua adalah untuk menguatkan jemaat-jemaat yang baru didirikan di Anatolia. Namun, sebelumnya ia sudah berpisah dari Barnabas, karena perbedaan pandangan tentang Yohanes Markus, dan memilih Silas, seorang nabi Perjanjian Baru, untuk menyertai dia dan menjadi penulis baginya. Setelah menguatkan jemaat-jemaat, Paulus berharap untuk mengadakan perjalanan ke Efesus, ibukota propinsi Asia Romawi, untuk melanjutkan usaha penginjilan. Namun, Roh Kudus melarang dia untuk menjalankan rencananya, dan kemudian memimpin Paulus untuk pergi ke Galatia yang keras (daerah Ankara modern). Dari sana mereka mau melanjutkan perjalanan melalui pantai Laut Hitam, tetapi Roh Kudus sekali lagi mencegahnya, sehingga mereka harus mengambil rute perjalanan tengah melalui Troas di sebelah barat. Di sana Paulus mendapatkan penglihatan dan panggilan untuk melayani di Makedonia, yang bermakna panggilan untuk mengembangkan ladang missi pelayanannya ke Eropa! Namun sang rasul masih tetap harus belajar mengenai apa artinya membiarkan Allah mengatur. Dalam penolakan kepada rencana Paulus ini, kita melihat bahwa strategi missi terletak sepenuhnya di tanan Roh Kudus. Berbahagialah orang yang siap untuk mendengar dan taat kepada tuntunan Roh Yesus, bahkan ketika tuntunan itu berbeda dengan rencana pribadinya. Apolos di EfesusKISAH PARA RASUL 18:24-26 Pada saat perjalanan missi Paulus yang ketiga, ketika ia kembali melakukan perjalanan melalui Anatolia dan daerah yang sulit di Galatia, Apolos yang fasih berbicara datang ke Efesus dari Aleksandria. Dari asalnya bisa dilihat bahwa Apolos tumbuh di kalangan gereja-gereja Mesir yang belum pernah dikunjungi oleh Paulus. Beberapa anggota gereja di sana sudah menerima dan taat kepada panggilan missi ke seluruh dunia. Meskipun Apolos memiliki nama yang sama dengan salah satu dewa Yunani, kemungkinan besar ia adalah seorang Kristen berlatar belakang Yahudi, karena dengan bersemangat ia melawan orang-orang Yahudi yang ada di sinagog, membuktikan secara terbuka dari Perjanjian Lama bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan (Kisah Para Rasul 18:28). Nampaknya Apolos, yang belum menerima Roh Kudus, hanya mengajarkan tentang baptisan pertobatan dari Yohanes. Paul di EfesusKISAH PARA RASUL 19:1 – 21:1 Setelah Paulus melewati dataran tinggi (di wilayah Turki modern), ia “akhirnya” tidak di Efesus. Ia bekerja dan melayani di sana selama duatahun dan tiga bulan. Pada awalnya ia melayani orang-orang yang sudah berhubungan dengan Apolos, yang pada saat itu, sudah melakukan perjalanan ke Korintus. Dua belas orang yang sudah percaya kepada Yesus di sana belum mengenal Roh Kudus. Mereka menerima kuasa Allah melalui baptisan air di dalam nama Yesus dan penumpangan tangan Paulus. Setelah itu mereka memuji Allah di dalam bahasa-bahasa asing. Dalam laporan Lukas tentang pelayanan Paulus di mana selama dua tahun Paulus setiap hari mengajar di sekolah Tiranus, dan juga dalam tulisannya mengenai mujizat-mujizat yang ada, dan pengakuan dosa secara terbuka, dan juga tentang tindakan radikal berupa pembakaran buku-buku okultis, nama Roh Kudus juga tidak disebutkan. Meski tidak dituliskan, tetapi nampak jelas kenyataan bahwa Dia, sang Roh Kudus, adalah kekuatan dari Tuhan yang memungkinkan terjadinya kebangunan rohani yang ada di Efesus dan propinsi-propinsi lain di Asia. Bahkan dalam kerusuhan yang terjadi di kalangan para pembuat patung perak, Roh Kudus juga tidak disebutkan. Hanya ketika rencana dari sang rasul diperhatikan secara lebih mendalam sajalah kemudian Roh Kudus menjadi nampak jelas, ketika Paulus, menegaskan di dalam Roh Kudus dan mengatakan, “Aku harus mengunjungi Roma untuk memberitakan Kerajaan Allah di “kota besar” itu.” Pesan Perpisahan Paulus di MiletusKISAH PARA RASUL 20:18-28 Setelah kerusuhan yang terjadi di antara para pengrajin perak, Paulus mengadakan perjalanan ke Makedonia dan ke Yunani untuk menguatkan gereja-gereja yang didirikannya dalam perjalanan missinya yang ketiga. Dari sana ia kembali dengan berjalan kaki ke Makedonia, karena orang-orang Yahudi mungkin akan mengejarnya kalau ia naik kapal. Dimulai dari Troas, ia memulai perjalanan kembalinya keym. Ia tinggal selama beberapa waktu di Miletus, di sebelah selatan Efesus, dan meminta para pemimpin jemaat, penatua dan penilik jemaat dari Efesus dan propinsi Asia untuk datang dan menemuinya di sana. Lukas juga hadir ketika Paulus menyampaikan pidato perpisahan yang sangat dipenuhi dengan perasaan dan kemudian ia menuliskannya dengan terperinci. Laporan dari perjalanannya (yang dimulai sejak Kisah Para Rasul 20:5), ditulis dalam bentuk “kami.” Paulus berbicara sebanyak tiga kali mengenai Roh Kudus di dalam pesannya itu. Sejak awal ia mnegaskan bahwa ia tidak mengadakan perjalanan kembali ke Yerusalem atas dasar keinginannya sendiri, tetapi sebagai seorang yang “diikat di dalam Roh.” Ia kemudian menyaksikan bahwa Roh Kudus sudah membuatnya menjadi jelas bahwa cobaan, belenggu dan masa-masa pahit memang sedang menantikannya di Yerusalem. Akhirnya ia mendorong semua orang yang memegang tanggungjawab agar mereka menjadi gembala yang baik, yang berjaga-jaga atas diri mereka sendiri dan atas jemaat yang dipercayakan kepada mereka, agar mereka jangan jatuh ke dalam pencobaan. Roh Kudus (dan bukannya Paulus) sudah menetapkan mereka menjadi para peniliki jemaat, menjadi para gembala di dalam gereja Allah yang sudah dipeoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri. Dengan mengatakan demikian, Paulus sedang menyebut darah Yesus Kristus sebagai darah Alah sendiri! Penjelasan bahwa Roh Kudus sendirilah yang sudah menetapkan para pemimpin gereja yang ada sangat menyentuh inti dari kenyataan itu, dan berbicara langsung tentang kepemimpinan gereja. Tidak ada gelar pendidikan, pemilihan demokratis atau karunia luar biasa lain yang bisa menjadi dasar pemilihan dari seorang penilik jemaat, gembala atau penatua jemaat lebih dari penetapan Roh Kudus itu. Penetapan itu adalah semata-mata kehendak dan keputusan dari Roh Kristus. Paulus menunjukkan bagaimana hikmat yang demikian bisa dinyatakan ketika ia bersujud dalam doa bersama-sama dengan semua pemimpin gereja itu, menyerahkan mereka kepada anugerah dan kuasa Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 20:17-38). Paulus di TirusKISAH PARA RASUL 21:2-5 Setelah penjelasan yang sangat terperinci mengenai rute perjalanannya, Paulus kemudian sampai di Tirus dan bertemu dengan perwakilan dari jemaat di Yunani, Makedonia, dan propinsi-propinsi Asia. Di sana mereka tinggal selama seminggu dan menjadi tamu dari anggota-anggota gereja lokal. Orang-orang yang mendapatkan karunia nubuatan sekali lagi mengatakan kepada Paulus bahwa penganiayaan dan penderitaan menantikannya di Yerusalem, dan menasehatkannya agar tidak pergi ke sana. Akan tetapi, Paulus berpegang teguh kepada keputusannya. Dalam keberangkatannya kali ini, seluruh jemaat, bersama-sama dengan semua tamu yang ada, berlutut di pantai itu dan berdoa. Kita, juga, perlu belajar untuk melakukan hal itu lagi ketika berada di stasiun, terminal, pelabuhan dan bandara! Pembelaan Paulus di Hadapan Raja AgripaKISAH PARA RASUL 26:12-18 Yang cukup aneh, sejak dari Tirus Lukas juga tidak menyebutkan mengenai Roh Kudus di dalam tulisannya sampai kedatangan Paulus di Roma beberapa tahun selanjutnya, ketika pelayanan missi itu menjadi genap, dan tuaian sudah dipanen. Ia tetap, senantiasa, teguh di dalam oelayanan kepada Tuhan. Suatu saat dalam pembicaraan di hadapan Raja Agripa, ia dengan jelas menyebutkan mengenai karya dan anugerah Roh Kudus. Yesus, Tuhan yang bangkit itu, mengutus Paulus kepada bangsa-bangsa, setelah Dia meyakinkan Paulus bahwa Ia akan melindunginya dari orang-orang Yahudi yang fanatik dan memeliharanya di dalam perjalanan yang berbahaya. Tugas Paulus adalah membuka mata bangsa-bangsa sehingga mereka bisa mengenali kenyataan akan Tritunggal dan memahami kesesatan mereka sendiri! Pemahaman ini akan menumbuhkan di dalam diri mereka keinginan yang kuat untuk berbalik dari kegelapan Iblis kepada terang Allah. Dengan itu, mereka akan menerima pengampunan atas dosa-dosa mereka melalui iman kepada Kristus, dan menerima semua bagian yang ditentukan bagi orang-orang kudus. Penjelasan tentang tugasnya sebagai “pembuka mata” dan penerimaan Roh Kudus sebagai bagian yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan adalah penjelasan yang penuh hikmat dari Paulus dalam berbicara kepada orang-orang bukan Kristen. Dengan cara itu mereka bisa memahami dengan lebih baik mengenai rahasia tentang Roh Kudus. Pertemuan Paulus dengan Orang-orang Yahudi di RomaKISAH PARA RASUL 28:23-31 Barangsiapa yang membaca dengan seksama Kisah Para Rasul dari pasal 21:15 sampai pasal 28:17 dan membandingkannya dengan surat-surat yang dikirimkan oleh Paulus dari penjara akan bisa membayangkan bagaimana tokoh yang penuh dengan energi ini bergumul di dalam dirinya sendiri. Kita juga akan melihat bagaimana Roh Kristus menolong Paulus untuk menahan belenggu, sehingga Paulus sendiri menyebut dirinya orang yang dipenjarakan karena Tuhan Yesus (Efesus 3:1; 4:1; Filipi. 1:7, 17; Kolose. 4:18; 2 Timotius 1:8 dll.) Kesetiaannya di dalam doa untuk jemaat-jemaat yang baru didirikan sangat jelas terpancar di dalam surat-suratnya. Di Roma, sebagai seorang yang dituduh mencampuradukkan ajaran agama, ia diberi hak untuk menyewa rumahnya sendiri, bahkan meski ia harus berada di bawah pengawasan yang ketat. Di sana ia juga bisa menerima tamu pribadi. Ia menjelaskan kepada orang-orang yang datang dari kalangan sinagoh Yahudi di sana tentang rahasia mengenai Yesus Kristus dari dalam kitab-kitab Musa dan para nabi, sejak pagi sampai sore hari. Tetapi ketika para pendengarnya menjadi terbagi berkaitan dengan bukti-bukti Kitab Suci yang diberikan oleh Paulus, ia mengulangi lagi berita yang sangat penting tentang kekerasan hati yang dibuat oleh Roh Kudus sebagaimana yang sudah dinyatakan kepada Yesaya sekitar 700 tahun sebelumnya. Akan sangat baik bagi kita untuk memahami bahwa Roh Kudus bukan hanya menyelamatkan dan menyucikan, tetapi juga mengeraskan hati ketika manusia memang dengan sengaja menutup dirinya terhadap kebenaran dan kuasa Injil dan tidak mau mentaati Firman Tuhan (Yohanes 20:22, 23). Toleransi lintas budaya sama sekali tidak akan menyelamatkan, dan hanya pertobatan, iman dan doa yang tekun yang bisa menolong. Pada saat yang sama, orang-orang yang tidak mengenal Tuhan dan orang-orang berdosa bisa dan memang siap untuk mendengar Firman Allah dan membuka dirinya terhadap Roh Kudus-Nya. Dengan melakukan hal itu maka mereka bisa menjadi percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan mereka. Roh Kudus di dalam Surat Yakobus (dituliskan antara tahun 44 dan 49 Masehi) YAKOBUS 4:4-6 Yakobus, bersama dengan Petrus, adalah salah satu soko guru dari jemaat mula-mula. Ia tetap merasa skeptis mengenai semua iman teoritis yang tidak sungguh-sungguh bisa dinyatakan di dalam kehidupan (Yakobus 2:14). Khususnya dimana da pertengkaran, kebencian dan kesombongan menjadi nyata, lalu semua doa dan iman tidak akan menghasilkan apapun (Yakobus 4:1-3). Barangsiapa yang berusaha untuk bekerjasama dengan terlalu erat baik antara orang-orang percaya dengan orang-orang yang tidak percaya, bagi Yakobus, merupakan tindakan yang sesat. Persahabatan dengan dunia adalah perseteruan dengan Allah, tulisnya. TUHAN sendiri dengan cemburu memperhatikan melalui Roh Kudus, yang diberikan-Nya berdiam di dalam kehidupan para pengikut Kristus. Ia tidak berkenan akan adanya masyarakat yang kacau balau secara budaya dan menghendaki agar semua orang Kristen secara sukarela menundukkan diri ke dalam tangan-Nya yang penuh rahmat sebagai Bapa. Namun, kesombongan maupun kecurangan, tidak akan membawa hasil dan bahkan akan dihancurkan sepenuhnya oleh kekudusan Allah. Yakobus mati dirajam pada tahun 62 Masehi oleh orang-orang Yahudi fanatik setelah terjadinya Sidang Rasuli di Yerusalem. Jasadnya kemudian dilemparkan dari atas tembok Bait Suci untuk menjadi makanan anjing-anjing. |