Previous Lesson -- Next Lesson
7. Matahari Menyerakkan Awan-Awan yang Tebal
Empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya dari kematian, Kristus naik ke surga kepada Allah Bapa-Nya dan mengambil kemuliaan yang layak bagi-Nya, yang telah di kesampingkan ketika demi kebaikan kita, Dia menjadi manusia
Sebelum Dia disalibkan, Yesus membawa tiga murid-Nya dan mendaki Gunung Hermon. Dia ingin memperlihatkan kejayaan dari kemuliaan-Nya yang kekal dan menyatakan kebesaran-Nya jati diri-Nya yang abadi. Hal itu untuk mengkonfirmasi mereka atas iman mereka dan memastikan agar mereka tabah untuk menghadapi saat pencobaan dan pembelotan yang menjelang. Untuk itulah, Dia mengungkapkan dengan terang-terangan kemuliaan-Nya sehingga para murid itu jangan menjadi tertekan atau meragukan Ke-Illahian-Nya.
Adapun ke duabelas murid-murid Yesus are orang-orang muda dari keluarga yang sederhana; enam dari mereka adalah nelayan. Mereka telah mengaku dosa-dosa di hadapan Allah di padang belantara di muka umum dan telah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan sebagai pertobatan mereka.
Ketika para murid mendengar tentang Yesus dari Yohanes Pembaptis, bahwa Dialah Domba Allah, yang akan mengambil dosa dunia, beberapa dari mereka langsung pergi meninggalkan Yohanes Pembaptis untuk mengikuti Yesus. Mereka mulai menghargai kekuatan dari kasih-Nya dari firman-Nya dan perbuatan-Nya. Tetapi terang dari kemuliaan-Nya belum disingkapkan dari mata mereka hingga saat ke tiga orang murid-Nya bersama dengan-Nya di puncak gunung yang tinggi itu.
Yesus melarang ke tiga murid pilihan-Nya untuk membahas perubahan rupa-Nya sebelum Dia naik ke surga kepada Bapa-Nya, karena pengertian atas kemuliaan-Nya tidaklah sesuai logika ataupun filosofi, tetapi harus diterima dengan mata iman setelah berserah diri sepenuhnya pada-Nya. Pelajarilah tentang perubahan fisik Kristus sehingga anda menyadari betapa Yesus hidup hari ini, dan lihatlah kemuliaan dari Dia yang sudah dibangkitkan dari antara orang mati dan kuasa-Nya yang memerintah selamanya.
Wajah Yesus bersinar seperti matahari, dan kemuliaan-Nya yang hakiki pun terungkap. Para murid-Nya barulah menyadari bahwa Dia bukanlah orang biasa, tetapi sungguh adalah terang dunia dalam tubuh manusia: Anak dari Allah yang Maha Tinggi. “Terang dari Terang, Allah sejati dari Allah yang sejati, dilahirkan bukan diciptakan, dari hakekat yang sama dengan Allah Bapa.” Saat kebenaran ini tersingkap bagi mereka, mereka tersungkur ke tanah seperti orang mati, karena tubuh manusia mereka tidak dapat bertahan akan kemuliaan Allah. Lalu Yesus membangunkan mereka dan memerintah mereka untuk tidak takut.
Setelah Yesus mati dan bangkit dari kubur-Nya dan naik dalam kemuliaan kepada Allah Bapa, neraka menjadi gusar. Si jahat membalas dendam pada para pengikut Yesus melalui Saulus seorang pengikut Yahudi yang fanatik. Dengan nama Allah, dia mulai menghukum para pengikut Kristus. Dengan kejam, dia memaksa agar mereka menyangkal iman mereka. Mereka yang bersikukuh dengan iman mereka akan dihukum mati. Karena kesetiaannya, imam-imam kepala di Yerusalem memberi mandat pada Saulus untuk menyita harta benda mereka dan berkuasa untuk menganiaya dan menghukum orang-orang kristen di Damsyik.
Saat Saulus mendekat Damsyik, Tuhan Yesus menghentikannya dan menampakan kemuliaan-Nya pada si fanatik yang saleh itu. Dalam sekejap, Dia menyatakan kepadanya bahwa Yesus yang disalibkan, yang sedang dia aniaya, hidup. Dia tidak tetap tinggal dalam kubur-Nya, dan sekalipun Dia ditolak oleh bangsa-Nya, Dia sesungguhnya adalah Terang bagi dunia.
Ketika anda mempelajari kesaksian Paulus dengan teliti, anda akan mengerti bagaimana Allah yang hidup, hingga hari ini, masih bertemu secara pribadi dengan banyak orang, menyucikan, memenuhi dan mengirim mereka kepada bangsa-bangsa untuk membagikan terang-Nya kepada mereka yang masih tinggal dalam kegelapan. Inilah yang dijabarkan oleh Paulus (sebelumnya adalah Saulus) penampakan Kristus padanya, ketika Paulus sedang membela dirinya di hadapan Raja Agripa:
Peristiwa sejarah ini memperlihatkan kepada kita secara jelas bahwa kesetiaan dan fanatisme untuk sebuah agama tidak dapat membenarkan seseorang, tetapi hanya oleh belas kasihan Yesus sang penebus dosa yang dapat menyelamatkan para pendosa dan menyucikan hati mereka.
Kristus dalam kebesaran-Nya tidak membunuh Saulus, penganiaya gereja-Nya. Sebaliknya, Dia menaruh kasihan padanya dan berbicara padanya secara pribadi. Dia mengampuni dosa-dosany dan membebaskan dia oleh karena anugerah-Nya. Yesus menyatakan kepadanya bahwa Dia dan semua anggota dari gereja-Nya adalah satu selamanya. Bahwa Yesus menderita saat gereja-Nya dianiaya, seperti Dia yang menderita juga secara personal. Kasih-Nya meliputi mereka dan Roh-Nya memiliki hidup mereka. Kebenaran ini, disebut Kesatuan Kristus dan gereja-Nya, adalah rahasia yang menembus pikiran Rasul Paulus. Inilah yang menjadi pesan baru dalam khobah-khobahnya.
Ketika jumlah orang kristen makin banyak dan berlipat ganda, setan berusaha untuk menghabisi gereja untuk selamanya. Pada masa penganiayaan ini, Rasul Yohanes, murid yang dikasihi Yesus, diasingkan di pulau Patmos. Dia dibiarkan sendirian supaya mati karena kelaparan dan kehausan. Di saat yang bersamaan, banyak dari pengikut Kristus ditangkap, disiksa dan dibunuh.
Tuhan Yesus mengawasi hamba-Nya Yohanes ketika dia berdoa sendirian, menyatakan diri-Nya kepadanya dan menyakinkan dia bahwa pintu neraka tidak dapat menang melawan gereja-Nya karena Dialah Tuhan yang hidup. Rasul Yohanes mencatat pengalaman yang uniknya dibawah ini:
Yesus Kristus hidup dan segala kuasa di surga dan di bumi ada pada tangan-Nya. Wajah-Nya bersinar seperti matahari dalam kemuliaannya. Cahaya dari kesucian-Nya menyinari dan menerangi kehidupan dari semua orang kudus-Nya, juga bagi dia yang tersungkur di tanah karena arti dari penghakiman-Nya meliputinya. Kristus adalah kasih dan kehidupan dan Dia tidak menginginkan kematian dari pendosa, tetapi sang pendosa harus bertobat dan dalam doa-doanya, perkataannya dan perbuatannya haruslah membawa terang surgawi kepada orang lain. Demikianlah, Yesus menyelamatkan Rasul Yohanes dari kematian dan memampukan dia untuk berdiri tegak dan melanjutkan menyaksikan kemuliaan sejati dari Yesus.
Para pembaca terkasih, jika anda mempelajari kelahiran Yesus Kristus, kehidupan-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya dan menyadari bahwa Dia hidup di surga dalam keagungan-Nya yang abadi, maka anda akan mengerti arti dari perkataan Yesus: “Akulah Terang Dunia.” Kebesaran-Nya yang tidak terbatas lebih kuat dari pada semua kekuasaan dan keagungan di dunia ini, maka dia yang percaya pada Kristus, pada kematian-Nya dan kebangkitan-Nya akan dipenuhi dengan damai sejahtera dari Allah. Kristus yang hidup memberikan damai surgawi kepada setiap orang yang percaya pada-Nya.