Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Do we Know the Holy Spirit? -- The Holy Spirit and the Apostles of Christ
This page in: -- Arabic? -- English -- German -- INDONESIAN -- Portuguese -- Russian
TOPIK 1: Apakah Kita Mengenal Roh Kudus?
Short explanations to 335 Bible texts that speak of the Holy Spirit
III. Roh Kudus dan Para Rasul Yesus Kristus

7. Roh Kudus di dalam Surat-Surat yang Terkemudian

(dituliskan antara tahun 63-69 Masehi)


1 PETRUS 1:1-2
1 Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, 2 yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya.

Petrus, salah satu soko guru dari Gereja Mula-Mula di Yerusalem, harus melarikan diri dari kota itu pada saat pemerintahan raja Herodes dan keturunannya (Kisah Para Rasul 12:1-7) setelah ia secara ajaib dibebaskan dari dalam penjara oleh seorang malaikat. Untuk beberapa waktu, ia hidup di pantai Laut Tengah, di dekat jalan utama menuju ke Roma, sebuah rute yang terus dikendalikan oleh pasukan Romawi. Nampaknya ia kemudian pindah lebih jauh lagi ke dalam wilayah asing non Yahudi, mengikuti jejak Paulus. Ia masuk ke wilayah utara Ankara, dan juga daerah timur dan selatan dari wilayah itu. Bahkan di propinsi Asia ia juga terus mengembangkan banyak kontak, karena ia juga memiliki kerinduan untuk menguatkan jemaat-jemaat yang tertindas.

Ia mendorong mereka yang ada di perserakan untuk percaya kepada Allah, Bapa mereka, yang menyucikan mereka melalui Roh Kudus. Kemudian mereka, sebagai anak-anak-Nya, bisa hidup tak bercela, taat kepada tuntunan-Nya, dan tetap dibenarkan melalui darah Yesus Kristus. Roh Kudus tidak hanya kudus, tetapi juga menguduskan semua orang yang datang kepada Yesus. Ia menguatkan dan memotivasi mereka untuk meninggalkan semua dosa dan mengijinkan buah-buah Roh untuk menjadi matang di dalam dirinya (Roma 8:14).

1 PETRUS 1:10-12
10 Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. 11 Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. 12 Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.

Petrus berjanji bahwa mereka yang dicobai dan dianiaya bahwa akan menerima sukacita besar yang tak terkatakan, sukacita yang tak akan berakhir (1 Petrus 1:8). Pengharapan yang penuh sukacita sudah dinubuatkan sebelumnya oleh para nabi, karena Roh Kristus juga bekerja melalui mereka! Mereka memahami bahwa Mesias yang akan datang harus mengalami penderitaan sebelum memasuki kemuliaan-Nya (Lukas 24:26). Demikian juga, para rasul Yesus bersaksi melalui Roh Kudus, yang pada hari Pentakosta sudah dicurahkan dari surga. Pembasuhan orang-orang berdosa melalui darah Kristus dan berdiamnya Roh Allah di dalam diri mereka sangatlah penting dan luar biasa sehingga bahkan para malaikat sekalipun sangat ingin untuk mengikuti perkembangan kehidupan dari orang-orang yang teraniaya, yang sekarang sudah dikuduskan.

1 PETRUS 2:5
5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

Petrus mendorong mereka yang sedang dianiaya untuk jangan berputus asa, tetapi terus bertahan dalam proses pengudusan mereka. Mereka harus memusatkan perhatian kepada Yesus, dasar dan batu penjuru dari pembangunan bait Allah yang baru, sehingga mereka bisa terus melayani bersama sebagai anggota yang bersemangat di dalam gereja. Pemikiran tentang batu yang hidup dan bergerak demikian memang sesuatu yang tidak masuk akal. Namun di dalam Yesus semua itu sudah menjadi kenyataan rohani. Mereka yang sekarang menjadi milik-Nya tidak hanya mau bersinar sebagai batu hiasan di luar bangunan bait suci itu, tetapi juga siap untuk menjadi pilar-pilar yang tidak kelihatan yang mendukung semua batu-batu yang lain.

Petrus menjelaskan mereka semua sebagai imamat yang kudus, yang melayani bersama dengan kasih, sukacita, damai sejahtera dan kesabaran di dalam pembangunan gereja. Buah-buah Roh Kudus yang demikian baginya nampak sebagai pengorbanan rohani, yang berkenan kepada Allah, didirikan di atas dasar pengampunan kita yang terus kita dapatkan melalui Kristus. Hak istimewa yang kita miliki untuk ikut menjadi batu hidup bagi pembangunan bait suci dari Allah yang kudus itu seharusnya menguatkan kita. Di dalam kerendahan hati dan kelemah-lembutan kita bisa menerima semua anggota lain di dalam gereja sebagai batu-batu bangunan yang sama berharganya.

1 PETRUS 3:3-4
3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, 4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

Petrus bertemu dengan beberapa laki-laki dan perempuan yang menghiasi diri dengan kalung, gelang, anting, dan pakaian yang mahal. Mereka masih belum memahami sukacita dan damai sejahtera dari Roh Kudus, yang mengalahkan kecongkakan, sikap keras kepala dan kemarahan, yang lebih bercahaya dan lebih cemerlang dibandingkan dengan perak dan emas yang bisa binasa. Mata orang yang percaya kepada Kristus tidak akan lagi gelap dan tak berpengharapan. Darah Kristus menjadi perhiasan mahal dan pakaian mewah permanen baginya—yang berkenan kepada Allah.

1 PETRUS 3:18-19
18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, 19 dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara.

1 Petrus 4:6 Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah

Petrus mengangkat penderitaan Kristus sebagai penghiburan di depan mata orang-orang yang sedang dianiaya. Ia, Mesias yang tak berdosa, sudah menderita menggantikan semua orang berdosa, sehingga Ia bisa memimpin semua orang yang percaya kepada-Nya kepada Allah, Bapa. Hak istimewa ini juga berlaku bagi semua orang yang menerima suratnya di antara mereka yang ada di dalam Diaspora. Mereka juga memahami bahwa Kristus, dengan pasti, memang sudah mati secara tubuh. Namun Ia tetap hidup di dalam Roh Kudus! Di dalam kemuliaan tubuh rohani-Nya, Ia bisa pergi ke dunia orang mati untuk menawarkan Injil kepada mereka. Semua orang yang dilahirkan dari debu tanah harus, karena dosa-dosa mereka, akan mati. Namun orang yang percaya kepada Yesus menerima kehidupan kekal di dalam Roh Kudus demi kebenaran (Roma 6:23). Yesus, sebagai Anak Domba Allah, juga memiliki hak istimewa untuk memberikan kehidupan di dalam roh ini kepada orang-orang mati.

1 PETRUS 4:14
14 Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.

Petrus memiliki kewenangan untuk memberkati mereka yang sedang mengalami penderitaan karena Kristus, karena di dalam diri merekalah sudah berdiam, secara tidak kelihatan, Roh kemuliaan. Ia menekankan bahwa Roh Penghibur dari Allah ini juga adalah Roh yang lembut, yang juga memiliki kemuliaan sang Pencipta dan Hakim atas semuanya. Aliran keagungan-Nya melingkupi keseluruhan sifat dan kuasa-Nya.Roh Kudus ini berdiam di dalam diri mereka yang dianiaya bagi Kristus, yang dengan sabar memikul beban mereka.

2 PETRUS 1:19-21
19 Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. 20 Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, 21 sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.

Barangsiapa memberitakan pandangannya sendiri atau berbicara hanya atas dasar pemahaman theologi pribadinya sendiri hanyalah sia-sia seperti melemparkan jerami ke udara. Namun, ketika Roh Kudus mendorong hamba Allah untuk memberitakan tentang kebenaran TUHAN dan tentang kecemaran hati manusia, ia akan mengalami kuasa kasih karunia yang besar di dalam firman-Nya. Ini yang terjadi dengan para nabi di dalam Perjanjian yang Lama, dan juga terjadi dengan para hamba-Nya di Perjanjian yang Baru. Nubuat yang benar akan mengakui Tritunggal yang Kudus, penggenapan keselamatan, dan kesusahan di akhir jaman yang mendahului kedatangan Kristus yang sangat dinantikan. Nubuat akhir jaman di dalam Alkitab lebih bisa diandalkan kebenarannya dibandingkan dengan perkembangan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknis, yang, pada akhirnya, hanya akan membawa kepada kekacauan yang lebih besar.

IBRANI 2:3-4
3 bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan 4 Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.

Paulus adalah seorang ahli Taurat, yang mengetahui tentang detail dan prinsip-prinsip dari hukum Perjanjian Lama, dengan 248 perintah, serta 365 larangan yang ada. Penulis surat Ibrani sangat terperinci ketika menuliskan aturan berkenaan dengan bait suci, hak dan tanggungjawab iman, dan berbagai persembahan yang harus diberikan. Dalam perbandingan yang dibuatnya mengenai hak-hak di dalam bait suci Perjanjian Lama dengan pemahaman Perjanjian Baru mengenai pengorbanan diri Kristus, ia menulis dengan nasehat yang penuh semangat kepada para pembacanya. Ia ingin agar mereka langsung percaya kepada apa yang dijelaskannya kepada mereka, sehingga mereka bisa melakukan pertobatan yang sungguh-sungguh selama masih ada waktu dan kesempatan.

Dalam nasehatnya yang pertama kepada para penerima suratnya, setelah penggambaran mengenai kebesaran dan kemuliaan yang tak tertandingi dari Yesus Kristus (Ibrani 1:1-14), ia menantang mereka untuk melihat betapa mustahilnya bagi para pembacanya untuk lepas dari murka Allah kalau ia mengabaikan dan tidak mau menerima kesaksian Yesus Kristus dan pemberitaan tentang keselamatan yang digenapkan. Allah sudah meneguhkan, melalui banyak mujizat dan karya kesembuhan, karya keselamatan Kristus. Ia sudah memberikan bukti dengan pencurahan Roh Kudus-Nya ke atas semua manusia (Yoel 3:1).

IBRANI 3:6-8
6 tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan. 7 Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, 8 janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman ...”

Penulis surat Ibrani bersaksi tentang kesetiaan Musa dalam pelayanannya kepada umat Allah, bait rohani-Nya. Namun, Musa hanyalah seorang hamba Tuhan, dan sekedar alat di tangan-Nya. Ia diciptakan oleh Allah dan dijadikan layak bagi pelayanannya. Namun, Yesus adalah Anak Allah yang kekal, sebagaimana yang sudah dibuktikan oleh penulis surat ini sejak dari awal tulisannya. Karena itu, Kristus lebih besar dibandingkan Musa, karena Ia, sebagai Anak Allah, adalah kekal, dan tidak diciptakan. Ia juga memiliki ukuran kesetiaan yang melampaui Musa di dalam bait rohani-Nya. “Kita” adalah anggota dari bait-Nya yang baru, gereja Yesus Kristus seturut dengan Perjanjian yang Baru—terdiri dari orang-orang yang sudah dilahirkan kembali, yang sudah menerima kehidupan kekal dari Tuhan yang sudah bangkit.

Sang penginjil menantang mereka yang memiliki keraguan di dalam iman dan penuh dengan kebimbangan, dengan mengutip perkataan Roh Kudus di dalam Perjanjian Lama, “Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu” (Mazmur 95:7-11). Untuk menggambarkan penjelasannya, ia memakai sebuah peristiwa dalam pengembaraan di padang gurun, ketika orang-orang itu itu hampir mati karena kehausan. Banyak orang pada saat itu menjadi ragu dan tidak percaya kepada kehadiran serta kuasa Tuhan. Dengan putus asa dan marah, Musa memukul batu karang dua kali, dan kemudian air mengalir dengan limpahnya—memuaskan rasa haus seluruh bangsa itu bersama dengan semua binatang peliharaan mereka. Akan tetapi, karena mereka tidak juga langsung menjadi percaya kepada Tuhan (meski Ia sudah melakukan banyak mujizat dan pemeliharaan terhadap mereka), dan yang muncul hanyalah ketidakpercayaan dalam mengikuti perintah Allah, mereka terpaksa mengadakan perjalanan sepanjang hidup mereka mengembara di padang gurun. Angkatan yang jahat itu tidak diijinkan untuk masuk ke dalam Tanah Perjanjian. Demikianlah juga sang penginjil menguatkan semua pembacanya agar jangan sampai menunda semenitpun, tetapi langsung percaya kepada kuasa dan kasih karunia Yesus Kristus, Anak Allah. Dengan itu mereka tidak akan jatuh ke dalam penghakiman dan murka Allah.

IBRANI 4:12-13
12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. 13 Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

Penulis surat Ibrani sudah sering menjelaskan bahwa Firman Allah bukan hanya menerangi pemahaman dan hati manusia, tetapi juga batin dan hati nuraninya. Jiwa dan roh orang yang membacanya akan diungkapkan dan semua hal yang rahasia akan dibukakan di depan Firman Allah. Akibatnya adalah, para pembacanya, berulangkali, akan merasa hancur di hadapan penghakiman Allah. Kesombongan dan kebiasaan mendustai diri sendiri akan mati. Tidak ada yang tersembunyi di hadapan mata Allah. Semuanya harus dibukakan kalau orang itu mau menerima damai sejahtera dan ketenangan.

IBRANI 6:4-6
4 Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, 5 dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, 6 namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.

Penulis surat Ibrani juga tidak menghindar dari keterbukaan untuk menyaksikan juga mengenai kebenaran yang pahit dan menyakitkan: Kalau seseorang mendengarkan Firman Allah dan kemudian mengenal Allah dan keselamatan-Nya, dan kalau ia kemudian, dengan iman kepada Dia yang tersalib dan bangkit, diurapi dengan Roh Kudus, kalau ia mengalami kebaikan Firman Allah dan karunia-karunia Rohani, namun meski mendapatkan begitu banyak pemberian anugerah dari Juruselamat tetap saja jatuh lagi, tidak akan ada lagi pertolongan bagi orang yang demikian. Ia sudah mengeraskan dirinya dan ia tidak lagi bisa bertobat, karena ia sudah tunduk kepada kebenaran melalui usaha sendiri. Dengan melakukan itu, maka ia menganggap bahwa kematian Anak Allah yang tersalib itu sebagai sesuatu yang tak berguna. Ia sudah menghina keselamatan, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Kesaksian yang sangat mengerikan dari seorang penasehat rohani yang sudah sangat berpengalaman ini seharusnya sangat menyentuh hati kita, tetapi tidak sampai membuat kita masuk ke dalam kebimbangan. Setelah peringatan yang dilakukannya, sang penulis kemudian bersaksi mengenai kesetiaan Allah, yang bersumpah kepada Abraham bahwa kasih karunia Ilahi-Nya tidak akan pernah berlalu dari orang Bedouin itu atau dari keturunannya yang keras kepala. Penggenapan sumpah ini sudah menjadi nampak dan bisa dipahami di dalam Kristus. Barangsiapa melewatkannya, meremehkannya, atau meninggalkan Anak Allah dan Imam Besar yang kekal itu, menjauhkan dirinya dari kasih dan kesetiaan Allah (Ibrani 6:9 – 7:28). Tetapi barangsiapa menerima kesaksian ini dengan serius untuk dirinya, termasuk jika dia adalah seorang Yahudi atau seorang Muslim, akan menerima penglihatan rohani untuk pelayanan missi dunia. Ia memahami bahwa pernyataan firman Allah yang dipimpin oleh Roh Kudus akan membawa penebusan atau sebaliknya, pengerasan hati (Yohanes 20:21-22).

IBRANI 9:13-14
13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, 14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Setelah peringatan kerasnya, sang penulis surat Ibrani membawa kita kepada salib Kristus. Ia mengijinkan kita untuk melihat ke dalam rahasia pendamaian yang dilakukan-Nya, yang digenapkan oleh Dia yang tersalib itu bagi kita. Sementara Paulus bersaksi bahwa Allah di dalam Kristus dan memperdamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri (2 Korintus 5:19-22), penulis surat Ibrani menunjukkan bahwa Roh yang kekal menguatkan Yesus pada masa-masa terakhir dari cobaan-Nya di bumi ini. Meski tubuh-Nya menjadi lemah, Roh Kudus menopang-Nya untuk tetap tidak berdosa, dan dengan itu, mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna bagi Allah. Ia mengasihi musuh-musuh-Nya, yang dibiarkan-Nya untuk menyalibkan-Nya, dan berdoa bagi mereka. Ia percaya kepada kesetiaan dan kehadiran Allah, bahkan ketika Bapa meninggalkan-Nya di kayu salib. Ia tetap berharap bahkan pada saat tidak ada lagi harapan. Atas dasar kemenangan rohani-Nya, musuh-Nya yang jahat itu tidak memiliki hak atau kuasa apapun atas Dia.

Namun, Yesus tidak hanya mati di kayu salib sekedar untuk berkorban, tetapi juga agar darah dan Roh-Nya bisa membasuh dan menyucikan para pengikut-Nya. Ia mati sehingga perbuatan jahat bisa dihapuskan dari hati nurani mereka, dan agar dosa tidak lagi berkuasa atas mereka. Kita harus percaya kepada kuasa dan kekuatan dari darah dan Roh-Nya serta mengalami bahwa darah dan Roh-Nya bisa menopang kita di sepanjang cobaan dan ujian kehidupan kita. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan (Ibrani 10:14). Hanya mereka yang sudah dibasuhkan dan disucikan oleh darah Yesus saja yang memiliki hak untuk melayani Allah di dalam Roh-Nya yang kekal.

IBRANI 10:28-29
28 Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. 29 Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?

Kalau seseorang secara sengaja berniat untuk melanggar hukum Taurat Musa, ia harus dihukum dengan dirajam batu (Ulangan 17:6). Tetapi barangsiapa terus menyangkal penyaliban Yesus, atau yang menganggap darah-Nya hanyalah sekedar darah manusia biasa, tanpa kuasa untuk melakukan pendamaian, atau yang menghina dan menghujat Roh kasih karunia, ia sudah menjadi jahat, dan akan dihukum bersama-sama penjahat-penjahat lainnya. Barangsiapa memiliki pengalaman disucikan melalui darah Kristus, dan kemudian membuangnya, sedang membuang dirinya sendiri (Ibrani 6:4). Sebagian besar keturunan Yakob dan juga keturunan Ismael jatuh ke dalam penghukuman karena tindakan yang demikian. Hanya sedikit yang berani mengangkat salib, dan, meskipun dihina dan dianiaya, tetap mengikut Yesus Juruselamat mereka. Mereka sungguh-sungguh sangat membutuhkan syafaat dan pertolongan kita.

IBRANI 12:9-10
9 Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? 10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

Mengikuti hukum humanistik di beberapa negara, adalah tindakan melanggar hukum apabila ada orang tua atau guru yang secara memberikan hukuman secara fisik kepada anak yang nakal atau bandel. Larangan ini bisa dibenarkan apabila dikaitkan dengan penghukuman yang berlebihan yang diberikan dalam kemarahan. Akan tetapi, di dalam diri anak-anak dan orang dewasa, dimana ada sifat yang keras kepala, kejahatan dan dosa yang tidak diberi tindakan, maka dia akan dengan mudah terbawa kepada kejahatan dan membuka dirinya untuk dosa. Anak-anak kadangkala menantikan penghukuman mereka, karena mereka tahu bahwa kesalahan mereka memang perlu mendapatkan hukuman. Barangsiapa dengan benar mendisiplin pelanggaran akan dihormati oleh orang yang dihukumnya.

Allah, Bapa rohani kita, melarang kita melakukan dosa. Namun, ketika seorang Kristen yang percaya tidak mau melawan kesombongan dan sikap keras kepalanya, Allah harus menghukumnya dengan kesakitan, penurunan dari suatu kedudukan, atau bahkan dengan hukuman yang lebih keras. Bapa Surgawi kita mengasihi kita, dan karena itu, menghukum kita kalau kita tidak bertobat. Kehendak-Nya adalah untuk menyucikan kita melalui Firman Injil, melalui darah Kristus, dan melalui Roh Kudus, sehingga kita bisa merefleksikan nilai-nilai Bapa kita.

IBRANI 12:22-24
22 Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, 23 dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, 24 dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.

Penulis surat Ibrani ini berbicara kepada para pembacanya yaitu orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi dengan kata-kata kunci yang sering juga muncul di dalam Kitab Wahyu. Ia menjelaskan mereka sebagai orang-orang yang sudah sampai di “Yerusalem sorgawi,” kota Allah yang mulia (Wahyu 21:2-27), bersama dengan ribuan malaikat dan kumpulan penatua yang berada di sekeliling tahta Allah (Wahyu 4:4; 5:8-12). Ia berbicara tentang gereja kepada orang-orang yang dilahirkan kembali dari Roh Kudus, yang namanya sudah tertulis di dalam surga (Lukas 10:20; Wahyu 3:5; 7:9-17).

Namun, mereka yang datang harus terlebih dahulu menghadap ke hadirat Allah, Hakim yang tak bernoda itu. Juga, mereka akan diminta untuk bertanggungjawab kepada para nabi dan pelayan-pelayan Perjanjian yang Lama, yang sudah menjadi sempurna (Ibrani 12:1-2). Kemudian, mereka mendapatkan kesempatan untuk menghadap dengan keberanian ke hadapan Sang Pengantara kepada Perjanjian yang Baru (Ibrani 4:14-16; 8:6-7; 9:15), yang sudah memerciki mereka dengan darah perjanjian-Nya (1 Petrus 1:2; Ibrani 10:22). Darah-Nya yang sudah memberikan lebih banyak kuasa kesaksian dibandingkan dengan darah dari Habel yang sudah dibunuh tanpa salah (Kejadian 4:10-11).

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on February 18, 2013, at 11:19 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)