Previous Chapter -- Next Chapter
6. ZIARAH DALAM KITAB-KITAB INJIL
Ringkasan
Anak-anak Yakub percaya bahwa Tuhan hadir di atas tutup pendamaian Tabut Perjanjian, yang berisi dua loh Hukum Musa. Di tempat itu, setiap orang, para imam, dan bahkan seluruh bangsa diperdamaikan dengan Allah di dalam bait suci melalui pengorbanan yang tak terhitung banyaknya. Tabut Perjanjian ditempatkan di Silo setelah bangsa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun. Orang Filistin menyerang Silo dan Tabut Perjanjian jatuh ke tangan mereka sebagai barang rampasan (1 Samuel 4). Namun kemudian mereka mengirimkannya kembali ke Israel. Tabut itu pertama-tama dibawa ke Bet-Semes. Di sana Tabut itu tetap terbengkalai selama bertahun-tahun, sampai raja Daud membawanya ke Yerusalem sekitar tahun 1000 SM (2 Samuel 6). Sejak saat itu, Tabut telah menjadi pusat penyembahan umat Perjanjian Lama. Anak-anak bangsa itu datang dari berbagai penjuru pada hari-hari raya mereka seperti Paskah, Hari Pendamaian (Yom Kippur), dan Hari Raya Pondok Daun untuk menerima kuasa, perlindungan, dan tuntunan dari Tuhan Perjanjian, dan untuk menegaskan komitmen mereka terhadap Hukum Musa. Mereka harus membatalkan semua pusat-pusat pengorbanan lainnya di antara bangsa itu.
Pada zaman Yesus, keluarga Yahudi yang taat biasanya menghadiri Paskah di Yerusalem. Yesus, saat itu berusia dua belas tahun, sudah mendekati usia normal untuk diinisiasi ke dalam Yudaisme. Jadi, Dia pergi bersama orang tuanya, dalam ziarah Yahudi, ke Yerusalem, dan merayakan Paskah di Yerusalem setiap tahun. Tempat pertama yang kita jumpai Yesus di Yerusalem adalah Bait Allah, di mana Ia mengajarkan hukum baru, menyembuhkan orang sakit, dan mengumumkan kedatangan Kerajaan Allah..
Yesus sendiri adalah penyempurna Paskah. Bahkan rasul Paulus pun menaati aturan-aturan ziarah Yahudi (Kisah Para Rasul 20:16; 21:24-26). Tetapi ketika Yesus telah menanggung segala dosa dunia, dan memperdamaikan umat-Nya yang percaya dengan Allah Bapa, dan setelah dicurahkannya Roh Kudus ke dalam gereja Kristus, maka semua persyaratan dan ketentuan ziarah ini menjadi tidak berlaku lagi. Stefanus menyatakan bahwa Allah tidak berdiam di dalam bait yang dibuat oleh tangan manusia, tetapi Ia berdiam di dalam hati orang-orang kudus-Nya, karena mereka adalah bait Allah di segala masa dan tempat. Pendamaian terjadi di atas kayu salib, dan Tuhan menampakkan diri di mana-mana di dalam hati orang-orang yang mengasihi Yesus (Yohanes 4:21-24). Kesatuan orang-orang Kristen terjadi di seluruh penjuru bumi, di mana pun Roh Kudus berdiam di dalam diri mereka yang percaya kepada Juruselamat mereka. Oleh karena itu, dalam Perjanjian Baru tidak ada keharusan untuk melakukan ziarah, prosesi upacara, atau organisasi ekumenis dalam bentuk apa pun, karena Kristus adalah kepala gereja-Nya, dan kita adalah tubuh rohani-Nya. Kita tidak membutuhkan posisi geografis untuk dikunjungi, karena Dia hadir bersama kita di mana saja. Dia adalah awal dan akhir. Pada kedatangan-Nya yang kedua kali, semua orang akan bergegas menuju kepada-Nya dalam ziarah yang benar. Barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan melihat kemuliaan Allah, seperti yang dinyatakan: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.” (Wahyu 21:3)