Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Revelation -- 007 (The Lord Emerges From His Seclusion)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Bulgarian -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Polish? -- Portuguese -- Russian -- Yiddish

Previous Lesson -- Next Lesson

WAHYU - Lihatlah, Aku datang segera
Pelajaran dari Kitab Wahyu
BUKU 1 - LIHATLAH, AKU DATANG SEGERA! (WAHYU 1:1 - 3:22)
BAGIAN 1.2 PENGLIHATAN YANG PERTAMA DAN AKIBATNYA UNTUK DUNIA INI: KEDATANGAN ANAK MANUSIA UNTUK MENGUDUSKAN JEMAAT-NYA (WAHYU 1:9 - 3:22)
BAGIAN 1.2.1 KEDATANGAN TUHAN YANG BANGKIT DISERTAI DENGAN KEMULIAAN (WAHYU 1:9-20)
2. Pernyataan Diri Anak Allah sebagai Imam Besar dan Hakim atas Dunia (Wahyu 1:10-16)

b) Tuhan Menampakkan Diri dari Persemayaman-Nya


WAHYU 1:12-16
12 Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. 13 Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. 14 Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. 15 Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah. 16 Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.

Ketujuh Kaki Dian: Ketika Yohanes menoleh dan melihat ke belakangnya, untuk melihat sumber dari suara yang nyaring itu, ia langsung melihat ketujuh kaki dian. Ia melihat nyala apinya dipantulkan oleh kaki dian emas. Angka tujuh mengingatkan kita akan kaki dian yang bercabang tujuh di Kemah Suci (Keluaran 25:31-40), yang menjadi lambang dari perserakan orang-orang Yahudi ke seluruh dunia setelah kehancuran Yerusalem. Namun, masing-masing dari ketujuh kaki dian di dalam penglihatan Yohanes saling berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan.

Kemuliaan Anak Manusia: Di tengah-tengah kaki dian itu berdirilah sesosok tubuh, yang namanya –Anak Manusia—menunjuk kepada nubuatan yang pernah disebutkan di dalam Daniel 7:13-14 dan kepada 124 penyebutan tentang Anak Manusia di dalam keempat Injil. Setengah dari sebutan Anak Allah itu menjelaskan tentang kerendahan dan kehinaan Kristus, karena saat itu Ia sedang dalam proses menggenapi karya keselamatan-Nya (Matius 20:28). Setengah yang lain lagi dari sebutan Anak Manusia menjelaskan tentang kemuliaan Yesus yang sangat agung pada saat Ia datang kembali yang kedua kalinya (Matius 16:27; Markus 8:38; Lukas 9:26; Yohanes 17:24).

Yohanes sudah pernah melihat Tuhannya mengenakan tubuh kemuliaan di Gunung Hermon, di dekat Kaisarea Filipi. Sang murid mengenal kasih kekal Kristus yang ditunjukkan dalam penyaliban-Nya, dan ia memulai tulisan Injilnya dengan kalimat ini, “...dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14). Kemuliaan Yesus Kristus yang dilihat oleh Yohanes ketika ia berada di pulau Patmos melampaui dan melebihi semua penglihatan dan pemahaman Yohanes sebelumnya.

Sebuah jubah yang panjang menjuntai sampai ke kaki menutupi tubuh Anak Manusia. Jubah itu diikat dengan ikat pinggang dari emas di bagian tengahnya. Pada masa Perjanjian yang Lama, imam besar mengenakan tutup dada pada jubah putihnya yang dipasangi dua belas batu permata, dan di masing-masing batu permata itu dituliskan nama satu dari suku Israel. Hal ini untuk menunjukkan bahwa sang imam besar senantiasa menaikkan syafaat bagi mereka di hadapan Allah Perjanjian. Tetapi sang Anak Manusia tidak mengenakan jubah-Nya dengan cara diikat di pinggang seperti sedang menyiapkan diri untuk melakukan pekerjaan atau untuk bersiap maju ke peperangan. Ia berdiri di dengan penuh kemuliaan di dalam damai sejahtera yang kekal sebagai Tuhan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Yesus adalah Imam Besar, Raja, dan Hakim sekaligus. Ia adalah Tuhan (Lukas 2:11; Filipi 2:11)! Kemuliaan-Nya yang kudus memancarkan dan menyinarkan kasih dan rahmat yang kudus.

Kepala Tuhan: Kepala dan rambut Anak Manusia secemerlang cahaya, putih seperti salju, dan seperti bulu domba yang putih dan tak bernoda. Rambut putihnya itu bukan seperti uban orang tua, tetapi, kepala-Nya memancarkan cahaya kesucian yang murni. Sebagaimana cahaya putih mengandung semua warna di dalam spektrum warna, yang memancarkan sinar yang lebih cemerlang dibandingkan semua warna yang lain, demikian juga kepala Anak Manusia menyinarkan kepenuhan kekudusan-Nya.

Keagungan dan kemuliaan-Nya semakin nyata melalui pancaran mata kudus-Nya yang seperti nyala api yang keluar dari cahaya putih yang membutakan dari wajah-Nya. Pancaran terang dari mata-Nya menunjukkan kemahakuasaan-Nya yang menembus segala sesuatu. Tidak ada yang bisa tersembunyi dari mata-Nya. Yesus menyatakan diri kepada Yohanes sebagai Hakim yang melihat segala sesuatu, menyingkapkan segala sesuatu, dan mengenali segala sesuatu. Semua ketidak-adilan dibukakan melalui pandangan-Nya, yang mengakhiri semua pertentangan, pembenaran diri dan alasan-alasan pribadi. Segala sesuatu menjadi jelas tanpa harus dikatakan. Berbahagialah mereka yang mengakui semua dosa dan kemunafikannya, dan meminta pengampunan dari Tuhan saat ini juga—sebelum mereka harus berdiri di hadapan Hakim yang Kekal itu.

DOA: Tuhan Yesus, Engkau melihat apa yang aku lakukan dan apa yang aku abaikan. Ampunilah kami atas pelanggaran kami, demi korban penebusan yang Engkau berikan. Amin.

Kaki-Nya yang Mengkilat: Jubah yang panjang dari Imam Besar dan Hakim itu menjuntai sampai kaki-Nya, yang mengkilat seperti tembaga membara di dalam perapian. Yahweh (Tuhan) pernah mengatakan kepada-Nya, “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu” (Mazmurs 110:1). Hanya abu saja yang tersisa dari segala sesuatu yang terinjak oleh kaki yang panas menyala itu (1 Korintus 15:27; Ibrani 2:8). Tidak ada musuh yang bisa lepas dari api yang menyala itu. Kekudusan Tuhan menghakimi segala kecemaran, segala dusra, semua pemberontakan dan pembunuhan—baik yang dilakukan manusia maupun oleh roh jahat.

DOA: Tuhan, janganlah menghakimi aku, karena dosa-dosaku banyak seperti pasiri di tepi pantai.

Suara-Nya yang Bergemuruh: Siapa saja yang pernah berkesempatan untuk berdiri di dekat air terjun Rhine di Schaffhausen, Swiss, atau yang berkesempatan untuk datang ke Air Terjun Niagara di perbatasan antara Amerika Serikat dan Kanada, bisa memahami bahwa semua suara akan tenggelam oleh gemuruh dari air terjun yang melimpah, berbuih dan bergelora itu. Mereka yang menyaksikannya hanya bisa terdiam menyaksikan keagungan yang demikian. Begitu juga, kemuliaan Anak Manusia itulah yang akan menenggelamkan semua suara dan perkataan yang lain. Tidak ada satupun suara di dunia ini yang bisa menandingi suara-Nya. Kita semua harus berdiri dengan lidah yang kelu dan terdiam serta tertegun sampai ke dasar hati kita ketika kita mendengarkan apa yang dikatakan-Nya.

DOA: Tuhan, sucikanlah bibirku, sehingga hanya perkataan yang memuliakan-Mu saja yang keluar dari dalamnya.

Ketujuh Bintang di Tangan Kanan-Nya: Pada saat Yohanes masih hidup, para Kaisar Romawi mencetak uang logam yang salah satu sisinya menggambarkan Kaisar itu sedang memegang tujuh bintang. Lambang ini dipakai untuk menggambarkan kekuasaan mereka yang melebih semuanya.

Semua orang yang hidup pada saat itu mengenal apa itu gugusan bintang Pleiades. Karena itu, Yesus sedang menyatakan diri-Nya sebagai penguasa atas segala sesuatu, yang memegang nasib segala alam semesta dan semua orang yang mengikuti Dia di dalam tangan-Nya. Tidak ada satupun yang bisa merampas milik-Nya dari tangan-Nya (Yohanes 10:28).

DOA: Tuhan, kami berterima kasih kepada-Mu karena Engkau tidak membiarkan satupun dari kami binasa.

Pedang Tajam Bermata Dua: Menurut kitab Ibrani di dalam Perjanjian Baru, Firman Allah itu seperti perdang bermata dua yang tajam yang dipakai oleh para prajurit Romawi untuk pertempuran jarak pendek (Ibrani 4:12). Firman yang Ilahi itu, baik ketika dipercakapkan maupun dikhotbahkan dari mimbar, memiliki kuasa untuk menembus dan menundukkan pikiran dan motivasi kita.

Di dalam penglihatan Yohanes, Yesus menyatakan diri sebagai Hakim yang Ilahi, yang dari mulut-Nya keluar pedang panjang yang tajam bermata dua—pedang yang biasa dipakai oleh seorang algojo—yang dipakai untuk melaksanakan hukuman mati terhadap orang-orang yang sudah dijatuhi hukuman itu.

Perkataan Yesus Kristus akan menghakimi semua orang yang tidak mau bertobat, para pemberontak yang senantiasa menolak kenyataan tentang kematian-Nya di kayu salib. Perkataan dari mulut Tuhan tidak hanya bisa mendatangkan kehidupan, tetapi juga kebinasaan dan kematian. Barangsiapa yang terlalu lama menolak untuk taat kepada panggilan dan ajakan dari Yesus serya dengan sengaja menolak tawaran kasih karunia-Nya, akan menghadapi pedang murka Allah yang sudah terhunus.

Hakim yang kudus membuat keputusan terakhir yang akan tinggal tetap mengenai kehidupan masing-masing pribadi dan juga kehidupan semua umat manusia. Kedaulatan-Nya tidak tertandingi. Tidak ada satupun yang bisa melawan Dia.

DOA: Tuhan, jangan biarkan kami mati di dalam murka-Mu, tetapi berikanlah kami rahmat untuk kami bertobat.

Wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik: Di akhir dari penglihatannya yang pertama, Yohanes menjelaskan keseluruhan keberadaan dari sang Anak Manusia. Ia berusaha menjelaskan tentang jubah-Nya, rambut, mata, kaki, suara dan mulut-Nya dalam istilah yang dipahami manusia. Ketika menjelaskan tentang wajah Tuhan, ia tidak bisa menemukan analogi yang lebih kuat dibandingkan dengan matahari Mediterania dengan segala kedahsyatan dan kekuatannya. Barangsiapa berusaha untuk menatap secara langsung selama beberapa detik saja kepada matahari yang sedang bersinar terik di siang hari akan dipaksa menutup matanya karena kehebatannya, kalau tidak maka ia akan menjadi buta. Kemuliaan Yesus yang menembus segala sesuatu itu melampaui semua perbandingan manusia.

Penguasa yang Dimuliakan dan Imam Besar yang kudus itu menyatakan diri kepada Yohanes sebagai Hakim yang benar yang sudah mulai menduduki jabatan-Nya. Namun, gambaran yang mulia dari keagungan dan kuasa-Nya bukanlah untuk membuat jemaat menjadi gentar, karena sang Rasul justru meyakinkan mereka di dalam pendahuluan kitabnya ini bahwa Tuhan mengasihi kita dan sudah memerdekakan kita dari dosa-dosa kita melalui darah-Nya (Wahyu 1:5)!

DOA: Kami memuliakan Engkau, Tuhan Yesus, karena Engkau menegaskan kepada Yohanes yang dipenjarakan itu tentang kemuliaan-Mu yang bersinar seperti matahari yang terik sehingga ia bisa merasa yakin bahwa Engkau hidup di dalam kemuliaan-Mu, dan bahwa Engkaulah Hakim yang kekal dan Juruselamat yang setia. Tolonglah kami untuk mentaati perintah-Mu dan menggenapi tujuan-Mu di dalam hati kami dan untuk diubahkan dari sikap pesimis menjadi berani dan beralih dari keputus-asaan kepada pengharapan.

PERTANYAAN:

  1. Apa kesan anda ketika membaca penjelasan tentang Yesus sebagai Anak Allah yang dimuliakan?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on August 14, 2013, at 10:09 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)