Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Revelation -- 002 (Greeting to the Greek Church Members)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Bulgarian -- English -- French? -- German -- INDONESIAN -- Polish? -- Portuguese -- Russian -- Yiddish

Previous Lesson -- Next Lesson

WAHYU - Lihatlah, Aku datang segera
Pelajaran dari Kitab Wahyu
BUKU 1 - LIHATLAH, AKU DATANG SEGERA! (WAHYU 1:1 - 3:22)
BAGIAN 1.1 PENDAHULUAN DARI RASUL YOHANES UNTUK WAHYU YESUS KRISTUS (WAHYU 1:1-8)

2. Salam Kepada Anggota-Anggota Gereja Berlatar Belakang Yunani di Asia Kecil (Wahyu 1:4-6)


WAHYU 1:4-6
4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, 5 dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya -- 6 dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, -- bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.

Di awal dari pendahuluan yang kedua untuk kitabnya, dan dengan cara yang dipakai di dalam surat-surat rasul Perjanjian Baru, Yohanes memperkenalkan dirinya sebagau penulis wahyu ini kepada anggota-anggota gereka bukan Yahudi berlatar belakang pemikiran Helenistis. Bagi orang-orang Yahudi, ia menjadi seorang Yahudi dan mengadopsi susunan awal surat sesuai kebiasan mereka.

Yohanes sudah dibuang oleh dewan kota Efesus, ibukota Asia, salah satu propinsi Romawi, ke sebuah pulau yang gersang dan tak berpenghuni yang bernama Patmos di Laut Aegea. Ia merindukan gereja-gereja baru yang dilayaninya di Asia Kecil, dimana ia melayani sebagai gembala dan pemimpin.

Setelah dihancurkannya Yerusalem oleh Jendral Titus pada tahun 70 M, maka pusat, perkembangan dan pergerakan Gereja Yesus sudah berpindah ke Efesus melalui Antiokhia. Banyak orang-orang Yahudi dan mereka yang sudah menerima Kekristenan, yang sudah dianggap sebagai musuh kekaisaran Romawi, sekarang hidup terpencar-pencar di daerah ini, dipengaruhi oleh budaya Helenistis. Di dekat Efesus, beberapa gereja cabang didirikan di wilayah pegunungan dan perbukitan Anatolia. Sejauh yang dipahami, ada lebih dari tujuh gereja di wilayah itu pada jaman Yohanes. Kemudian, mereka berkumpul di sekitar tujuh kota besar di propinsi itu.

Yohanes menyebut semua orang Kristen yang ada di propinsi Asia sebagai “ketujuh jemaat” karena pada saat itu, angka tujuh mengandung makna “kegenapan dan kesempurnaan”*. Meski demikian, penyebutan nama dari ketujuh jemaat yang dilakukan oleh Yohenas tidak menunjuk kepada tempat-tempat yang sekedar fiksi belaka. Jemaat-jemaat itu memang sungguh-sungguh ada, dan dipakai sebagai contoh mengenai kondisi dan keadaan dari jemaat-jemaat lain di sekelilingnya.

* Angka tujuh muncul 54 kali di dalam Kitab Wahyu: angka itu menunjuk kepada jumlah jemaat, roh, malaikat, guruh, sangkakala, tanduk, mata, cawan, meterai, gunung, raja, malapetaka, dan kepala naga

Gembala yang sedang mengalami masa pembuangan itu sangat merindukan jemaat yang ditinggalkannya. Ia pernah ikut mengalami penderitaan di dalam kesukaran dan penganiayaan yang muncul pada saat itu di sana. Ia bergumul dengan Allah dan Kristus mengenai keselamatan, pengudusan dan perlindungan bagi jemaat-jemaat itu di masa-masa akhir jaman yang melingkupi mereka.

Setelah masa pemerintahan anti Kristen dari Nero (54-68 M) dan Domitianus (81-96 M), Yohanes melihat perkembangan pemujaan kepada Kaisar-Kaisar yang ada sebagai cobaan Iblis dan bahaya yang sangat besar bagi kelompok Kristen yang masih muda itu. Ia sendiri sudah diberhentikan dari kedudukannya sebagai pemimpin dan bahkan dibuang ke Patmos, dengan tujuan agar jemaatnya bisa dengan segera bubar dan lenyap. Karena ia dijauhkan dari jemaatnya dan tidak bisa lagi ikut campur dalam memberikan nasehat, ia mengkhawatirkan para gembala dan jemaat yang ditinggalkannya. Ia memohon kepada Allah Bapa dan kepada Yesus di dalam doanya untuk keselamatan, pengudusan dan perlindungan bagi jemaat-jemaat yang terancam itu.

Tuhannya menjawab dan menunjukkan kepada Yohanes kehadiran-Nya di antara jemaat-jemaat yang terisolasi dan sendiri. Ia menunjukkan kepada Yohanes rancangan keselamatan-Nya di tengah-tengah segaka celaka yang akan terjadi di akhir jaman, bencana yang tidak terelakkan dalam rangka datangnya dunia yang baru, sebagaimana yang terjadi dengan sakit melahirkan seorang anak. Wahyu dan jaminan akan penggenapan keselamatan yang penuh dengan anugerah di dalam kemenangan Yesus Kristus ini adalah untuk menganugerahkan kepada sang pelihat yang mengalami pembuangan itu ketenangan, kekuatan, dan damai sejahtera.

Kasih Karunia Menyertai Kamu: Kata yang paling penting yang bisa dibagikan oleh rasul Yesus Kristus yang sedang dibuat itu kepada jemaat-jemaat yang sedang mengalami kesusahan dan penganiayaan, terdapat di dalam salam rasuli yang juga dipakai oleh para rasul lainnya untuk memulai surat-surat mereka di dalam Perjanjian Baru: kasih karunia menyertai kamu!

Ketakutan akan penganiayaan atau ketakutan akan Penghakiman yang akan datang, atau bahkan tekanan untuk berusaha keras mentaati hukum Taurat yang tidak akan bisa sepenuhnya ditaati oleh siapapun, bukanlah yang menjadi pusat dan penekanan di dalam kitab ini. Akan tetapi pengampunan terhadap orang-orang yang melakukan kejahatan dan kesempatan bagi mereka untuk menerima pemberian karunia Roh Kudus, itulah yang tetap menajdi tema yang sangat menonjol—hak warisan atas dasar kelahiran rohani dan sumber kekuatan bagi Jemaat Kristus di segala jaman. Kita tidak lagi hidup di bawah hukum, seperti orang-orang Yahudi dan Muslim, tetapi, kita hidup di bawah kasih karunia. Persyaratan hukum yang lama sudah digenapi dan ditaklukkan melalui pengorbanan Yesus Kristus sekali untuk selamanya! Sesuatu yang sepenuhnya baru dan yang belum pernah terdengar sebelumnya, sedang terjadi: masing-masing orang bisa menerima anugerah yang lengkap dari Allah secara cuma-cuma. Hal ini bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Islam, dengan ajaran tentang membenarkan diri melalui usaha pribadi, dan yang diajarkan di dalam Shariah, hukum dari Muhammad. Di dalam Islam dan pengajaran Muhammad tidak ada pengharapan akan adanya keselamatan atas dasar kasih karunia, tetap keselamatan hanya didapatkan dengan memenuhi tuntutan hukum yang tidak akan pernah bisa dipenuhi.

Damai Sejahtera Menyertai Kamu: Tujuan dari pengampunan kita dari Allah, sang Hakim yang kudus itu, adalah terciptanya damai sejahtera. Murka Allah sudah dipuaskan dengan korban penghapus dosa yang unik dari Kristus menggantikan kita. Barangsiapa percaya kepada-Nya tidak akan dihukum. Kristus adalah damai sejahtera kita. Ia memberikan damai sejahtera-Nya kepada kita di dalam kuasa Roh Kudus. ia membuat kita menjadi pembawa damai dan pencipta kedamaian di dalam dunia yang penuh dengan kebencian, konflik, dan peperangan. Kristus memungkinkan orang-orang yang diselamatkan-Nya untuk mengasihi damai sejahtera. Damai sejahtera berdiam di dalam hati mereka, selama mereka tetap tinggal di dalam Dia. Tuhan sudah mengalahkan dunia ini di dalam diri para murid-Nya. Mereka mengasihi semua orang dan melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk menumbuhkan damai sejahtera.

Ini bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Islam, karena damai sejahtera yang diajarkan oleh Muhammad didasarkan kepada ketundukkan, kepada kegentaran akan Allah, dan ketaatan kepada pemerintahan politik. Islam tidak mengenai damai sejahtera di dalam hati yang melampaui segala pemahaman manusia.

Yang Ada Dan Yang Sudah Ada Dan Yang Akan Datang: Kasih karunia dan damai sejahtera tidak hanya dijanjikan kepada jemaat sebagai sesuatu yang formal saja, tetapi akan sungguh-sungguh diberikan melalui Roh Kudus. Kasih karunia yang tidak diperoleh karena usaha dan damai sejahtera yang kekal akan mengalir dari masing-masing Pribadi Tritunggal yang Kudus dan akan sungguh-sungguh dinyatakan di dalam kehidupan orang-orang percaya yang sedang mengalami ancaman dan penganiayaan.

Yohanes kemudian memberikan kesaksian mengenai Yahweh, Allah pembuat perjanjian di masa Perjanjian Lama, yang tidak pernah berubah. Ia tetap sebagaimana adanya Dia. Kesetiaan dan janji-Nya tidak pernah berakhir, bahkan di masa-masa kesulitan. Ia sudah ada sebelum segala jaman, sebelum masa penciptaan-Nya yang mulia, dan Dia akan datang kembali di masa akhir jaman untuk menghakimi dunia yang tidak takut akan Allah.

Menurut Franz Buhl, pengajaran tentang Allah, yang akan datang untuk menghakimi, itulah yang menjadi dasar dari kehidupan Muhammad yang kemudian menjadi awal mula kemunculan Islam. Dengan mengumpulkan dan melakukan Shariah— hukum Islam— Muhammad berusaha untuk lepas dari hukuman Allah yang akan terjadi. Tetapi usaha manusia untuk menjadi benar melalui usahanya sendiri adalah kesalahan besar dan menipu diri sendiri.

Allah yang sejati senantiasa adalah Allah yang datang (Advent), dia yang sudah “memulai tindakan-Nya,” mencari dan menyelamatkan mereka yang terhilang. Ia tidak ingin datang dan menghakimi dunia, tetapi untuk menyelamatkannya. Ciptaan baru akan muncul dari kasih-Nya. Rancangan keselamatan-Nya adalah untuk datangnya langit dan bumi baru, dimana keadilan akan berdiam selamanya.

Mungkin karena pemikiran missinya yang tertuju kepada para pengungsi Yahudi dan banyak juga dari antara anggota jemaatnya yang berlatar belakang Yahudi, Yohanes tidak menjelaskan mengenai Bapa Surgawi di awal kitabnya; namun, ia berbicara mengenai Dia yang Kekal, yang adalah Yahweh yang tidak pernah berubah. Mungkin sang pelihat itu juga melihat bagaimana Bapa menyelubungi wajah-Nya dalam rangka penghakiman yang akan datang dan bahwa Ia juga menyatakan diri sebagai Allah yang siap menghakimi dengan penuh kemurkaan. Ayat-ayat selanjutnya di dalam Kitab Wahyu Yesus Kristus ini akan memberikan penjelasan mengenai rahasia-rahasia itu.

Ketujuh Roh Yang Ada di Depan Tahta Allah: Setelah memberikan kesaksian mengenai Yahweh, Allah perjanjian yang tidak pernah berubah, Yohanes menyebut mengenai Roh Kudus dalam rupa ketujuh Roh yang berdiri di hadapan tahta Allah. Dari mereka, kasih karunia dan damai sejahtera mengalir kepada ketujuh jemaat, sebagaimana mereka mengalir dari Allah perjanjian yang setia sampai selamanya. Penyebutan tentang Roh Kudus sebagai “ketujuh Roh Allah” bisa ditemukan sebanyak empat kali di dalam wahyu nubuatan dari Yesus Kristus ini (Wahyu 1:4, 3:1, 4:5, 5:6).

Angkat tujuh adalah hasil penjumlahan dari tiga dan empat, dan menurut beberapa penafsir, menunjuk kepada Tritunggal yang Kudus di atas keempat arah penjuru mata angin. Setelah kematian Kristus sebagai pengganti bagi kita, Roh Allah dicurahkan kepada semua manusia. Sejak saat itu, Roh-Nya sudah ada di seluruh penjuru dunia. Ia mahahadir dan berkehendak untuk tinggal di dalam kehidupan semua orang, semua keluarga dan semua bangsa. Ketujuh Roh itu adalah Roh Bapa dan Anak, yang senantiasa berhubungan dengan ketujuh jemaat yang ada di sekitar Efesus. Masing-masing jemaat dipenuhi dengan bagian yang khusus dari Roh Allah.

Ketujuh Roh itu tidak bertindak secara terpisah independen, tetapi berdiri di hadapan tahta Yang Mahakuasa, senantiasa siap untuk melayani Dia. Kuasa Roh itu berasal dari kesatuan dengan Bapa dan Anak. Roh Kudus taat kepada Allah Bapa, sebagaimana sang Anak senantiasa menundukkan diri kepada kehendak Bapa-Nya. Kasih yang sejati tidak menjauh dari ketaatan yang penuh, tetapi menciptakan kesepakatan yang harmonis dengan kehendak Bapa. Yesus mengatakan, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yohanes 4:34). Kesombongan membawa kepada perlawanan terhadap yang Mahakuasa, tetapi kerendahan hati menyatu dengan Dia. Ketujuh Roh Allah itu adalah Roh-Nya sendiri.

Yesus Kristus, Saksi yang Setia: Salam kasih karunia dan damai sejahtera menjangkau ketujuh jemaat bukan hanya dari Allah Bapa, tetapi juga dari Roh Kudus, yang menyatakan diri-Nya sebagai “ketujuh Roh.” Pada akhirnya, pengampunan yang penuh anugerah juga dinyatakan oleh Yesus Kristus, yang hidup dan memerintah bersama dengan Bapa-Nya dan Roh Kudus dari kekal sampai kekal.

Di dalam pendahuluan dari kitab ini, Yesus Kristus diberi tiga nama dan gelar yang sangat penting yang menjelaskan mengenai Pribadi dan wahyu-Nya dengan sangat tepat.

Ia disebut sebagai saksi yang setia. Yesus tidak pernah menyangkali keberadaan-Nya sebagai Anak Allah dan Raja yang kekal. Ia merujuk kepada Bapa-Nya yang di surga dan peneguhan-Nya akan kedaulatan-Nya, bahkan ketika Ia sedang berdiri terbelenggu di hadapan musuh-musuh-Nya, saat keberadaan-Nya itu menjadi alasan Ia dijatuhi hukuman mati di kayu salib. Ia tidak melarikan diri dari penangkapan, meskipun Ia tahu dengan jelas apa yang akan terjadi kepada diri-Nya. Ia tetapi setia kepada panggilan-Nya dan Injil-Nya sampai kepada kemenangan-Nya yang sempurna.

Yang Pertama Bangkit dari Antara Orang Mati: Nama yang kedua bagi Kristus yang penuh kasih karunia itu adalah Yang Pertama Bangkit dari Antara Orang Mati. Yesus dilahirkan dari Bapa di dalam kekekalan, sebelum ada waktu, dan menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Ia sungguh-sungguh mati di atas kayu salib, meskipun Al-Quran dengan jelas menyangkali kenyataan sejarah ini. Yesus dibalut dengan kain kafan dan diberi rempah-rempah untuk dikuburkan. Tetapi maut, yang adalah budak Iblis, tidak bisa menahan Yesua yang kudus dan tak berdosa itu dalam genggamannya. Kehidupan kekal-Nya senantiasa hidup. Yesus mengalahkan maut, lepas dari genggamannya, dan bangkit kembali di dalam tubuh rohani ke dalam fase yang baru dari kehidupan-Nya.

Keberadaan kekal Kristus sudah menjadi semakin jelas. Yohanes menjelaskan tentang Dia sebagai Yang Pertama Bangkit dari Kematian. Dia, yang senantiasa adalah Anak Allah, membuat sebuah lobang besar di dalam diri sang Maut, sehingga semua orang yang dilahirkan kembali dari Roh Kudus bisa mengikuti Dia di dalam kemuliaan-Nya. Kita di dalam hakekat kita adalah mati bagi dosa dan rasa malu; tetapi Yesus sudah membenarkan dan menyucikan kita, sehingga kita bisa menerima kehidupan-Nya dan memuliakan Dia sebagai “orang-orang yang hidup di dalam kehidupan-Nya.” Kematian-Nya adalah kehidupan bagi kita, dan kebangkitan-Nya menyatakan kemuliaan kita. Ia adalah yang pertama bangkit dari antara orang mati. Ia membuat kita mendapatkan hak dan kuasa untuk hidup yang kekal.

Penguasa yang Mahakuasa: Nama yang ketiga bagi Yesus di dalam pendahuluan kitab Wahyu di dalam bahasa Yunani adalah Yang Berkuasa Atas Raja-Raja di Bumi. Yesus adalah Tuhan. Ini adalah bentuk singkat dari pengakuan iman gereja di sepanjang waktu. Di dalam Yesus, Allah yang mengadakan perjanjian—Yahweh—menjadi manusia, sebagaimana yang dinyatakan oleh para malaikat yang menampakkan diri di ladang penggembalaan di Betelehem, “...Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:11). Kuasa dan kemuliaan-Nya bukan dari manusia, tetapi kemuliaan yang rohani, Ilahi dan tersembunyi. Sebagaimana pancaran sinar matahari menghangati bumi dengan tenang dan terus menerus, demikian juga dunia hidup dengan kasih dan kesabaran dari Bapa, Anak dan Roh Kudus. kalau Tritunggal yang Kudus itu menarik diri, Iblis akan menjadi kekuatan yang tidak terkendali di atas bumi ini. Tetapi sang Anak yang adalah Raja di atas segala raja itu masih mengulurkan tangan keadilan dan keselamatan-Nya kepada para penghuni bumi ini. Barangsiapa mendengarkan panggilan-Nya, menerima kuasa dari tempat tinggi. Barangsiapa menolak untuk mendengarkan panggilan-Nya, harus menderita sebagai buah dari kesesatannya sendiri. Kristus akan menyerahkan kepada kesesatan, berkenaan dengan orang-orang yang terus menerus menjauh dari kebenaran dan tinggal di dalam kecemaran, sehingga mereka kemudian membinasakan diri mereka sendiri melalui hawa nafsu di dalam hati mereka. Berbahagilah orang-orang yang memiliki pemimpin Kristen yang berusaha untuk memimpin dengan takut akan Allah di dalam hatinya. Tetapi celakalah mereka yang memilih bagi diri mereka sendiri pemimpin yang membiarkan kecemaran, tidak takut kepada Tuhan, dan yang anti-Kristen, karena orang yang demikian akan dikendalikan, dikuasai dan diarahkan oleh Iblis. Meski demikian, para pemimpin yang tidak takut akan Tuhan yang ada sekarang inipun hanya bisa terus berkuasa karena kesabaran Anak Allah, sebagaimana yang terjadi pada masa kehidupan Yohanes. Akan tetapi, ada batas yang ditetapkan untuk kesesatan mereka. Kristus menaklukkan orang-orang yang berkuasa di dunia ini, sama seperti air sungai yang dengan pelahan tetapi pasti mengaliri dan menggerus bebatuan, sehingga sedikit sedikit batu itu tergerus dan menjadi pasir. Bukan manusia yang fana yang memegang kuasa di dunia ini, tetapi Yang Pertama Bangkit dari Kematian itulah penguasa sebenarnya. Pemerintahan-Nya tidak pernah berkesudahan.

Ia Mengasihi Kita: Setelah memberikan penghormatan kepada Kristus sebagai salah satu dari tiga sumber kasih karunia dan sebagai Tuhan yang berkuasa, Yohanes memulai sebuah pujian dan nyanyian yang diilhami oleh Roh Kudus. Ia berseru kepada jemaat-jemaat yang ada di sekitar kota Efesus, “Tuhan yang mahakuasa, Raja segala raja mengasihi kita, mengenal kita, dan memperhatikan kita. Ia beserta dengan kita. Ia tidak pernah tertidur. Ia dekat. Ia akan bertindak bagi kamu. Ia menyertaimu pada masa penganiayaan dan penderitaan. Ia bahkan menyertai aku pada masa kemiskinan dan pembuanganku. Kita tidak sendirian, karena Ia ada di dalam kita. Ia memiliki kuasa yang tidak pernah berakhir.” Ia memberikan jaminan kepada orang-orang yang tertindas, “...ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20).

Ia Membasuhkan Kita dari Segala Dosa Kita dengan Darah-Nya: Kasih dari Yesus Kristus dimanifestasikan dengan menyelamatkan kita dari segala dosa kita dengan darah-Nya yang mahal dan kudus, dan juga melalui penderitaan dan kematian-Nya. Ia membayar tebusah dengan kesengsaraan dari tubuh-Nya yang teraniaya dan jiwa-Nya yang menderita. Sekarang kita sudah dibebaskan. Hukuman ditanggungkan kepada Dia sehingga kita bisa dimerdekakan. Melalui bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh (Yesaya 53:3). Pembenaran kita sempurna; pembenaran itu bukan hanya menjadi sekedar sesuatu yang dirindukan belaka. Dengan satu pengorbanan, Kristus sudah untuk selama-lamanya menyempurnakan mereka yang dikuduskan oleh-Nya (Ibrani 9:14; 10:14).

Yohanes mengakui adanya kasih dan keselamatan dari dosa yang diberikan oleh Kristus, bukan hanya untuk ketujuh jemaat saja tetapi juga untuk dirinya sendiri. Ia memasukkan dirinya sendiri di dalam pernyataan itu dengan memakai kata ganti orang kita.

Ia Sudah Menjadikan Kita sebagai Raja dan Imam Bagi Allah dan Bapa-Nya: Roh Kudus mengilhami Yohanes untuk mengakui bahwa Tuhan yang bangkit itu sudah menjadikan kita sebagai raja dan iman di hadapan Allah Bapa-Nya. Dengan pengakuan ini, sang penatua yang ada di dalam pembuangan ini juga memasukkan semua anggota dari Perjanjian yang Baru itu ke dalam janji Musa yang dibuat kepada kedua belas suku Israel ketika diadakan Perjanjian di padang gurun itu (Keluaran 19:5,6). Bahkan Petrus di dalam suratnya yang pertama bisa menyatakan bahwa hak istimewa dari umat Perjanjian lama itu juga menjadi hak bagi semua pengikut Yesus Kristus (1 Petrus 2:9,10).

Panggilan melalui Yesus Kristus ini mengandung missi, peneguhan, dan tanggungjawab orang-orang yang percaya kepada-Nya untuk menjadi “terang dan garam” di dalam dunia yang sesat ini. Tetapi pernyataan mengenai Kerajaan Allah ini tidak menunjuk kepada penggunaan kuasa duniawi, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Muslim untuk menundukkan pihak-pihak lain. Selanjutnya, panggilan ini ditujukan kepada para pengikut Yesus yang sebenarnya—orang-orang yang setia di dalam doa yang menyebarkan kuasa kematian Kristus sebagai korban kepada bangsanya. Karena itu, sebagaimana Kristus menjadi hamba bagi semuanya dan siap untuk menjadi yang paling hina, demikian juga mereka, yang disebut sebagai raja dan imam menurut Perjanjian yang Baru, tidak boleh menghindar jika harus muncul sebagai yang paling tidak dihargai di dalam Gereja. Demikian juga, mereka harus siap untuk bekerja dengan tekun dan melakukan tugas yang paling tidak disenangi sekalipun. Telada Kristus mendorong kita kepada pertobatan yang sejati.

Yohanes menuliskan bahwa Yesus tidak memanggil kita untuk menjadi raja dan imam yang independen; namun, ia menempatkan kita di hadapan tahta Allah, sebagaimana Elia dahulu juga menyadari kalau ia berdiri di sana (1 Raja-Raja 17:1). Bahkan ketujuh roh itu berdiri di hadapan tahta-Nya (Wahyu 1:4), senantiasa siap sedia untuk melayani.

Penjelasan tentang para hamba Kristus sebagai raja dan iman di hadapan Allah meyakinkan kita bahwa kita, sebagai para pengikut-Nya, dibawa mendekat kepada-Nya. Kita dipanggil, di dalam ketundukkan kita kepada kehendak Allah dan di dalam persekutuan Roh Kudus, untuk membuat keselamatan dari Yesus Kristus bisa diwujudkan. Hal ini selaras dengan tulisan Rasul Paulus, yang menjelaskan bahwa kita adalah rekan sekerja Allah (1 Korintus 3:9).

Di dalam Al Qur’an, hanya sedikit sekali roh dan pribadi-pribadi yang disebutkan sebagai mereka yang dibawa mendekat kepada Allah (Qs 56:10-26). Tetapi Yohanes memiliki pemahaman yang lebih besar: semua orang yang sudah diperdamaikan melalui darah Anak Domba akan dibawa mendekat kepada Allah di dalam kuasa Roh Kudus.

Allah adalah Bapa-Nya: Puncak dari salam ini adalah dimana Yesus menjelaskan bapa Yesus Kristus untuk pertama kalinya. Kita bisa membaca sampai dua kali di dalam Kitab Wahyu bahwa Allah adalah Bapa dari Yesus (Wahyu 1:6, 14:1). Yesus memanggil Yang Mahakuasa sebagai “Bapa-Ku” tiga kali (Wahyu 2:28; 3:5,21). Dengan penghargaan dan kasih yang mendalam, sang rasul membukakan rahasia yang menjelaskan mengenai hubungan antara Allah Bapa dengan Yesus: di dalam Anak, kepenuhan Allah berdiam secara jasmaniah (Kolose 1:9, 2:9). Meski demikian, Yesus merendahkan diri-Nya di hadapan Bapa-Nya yang surga dan mengatakan bahwa Anak tidak bisa melakukan apa-apa dari diri-Nya sendiri (Yohanes 5:19,30). Di dalam sambutan perpisahan-Nya, Yesus mengatakan, “...Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya” (Yohanes 14:10).

Kesatuan antara Allah Bapa dengan sang Anak bisa diterima hanya oleh mereka yang membiarkan dirinya ditarik kepada pemahaman itu di dalam kerendahan hati, kasih dan penghormatan kepada Yesus. Kasih yang sejati tidak pernah merendahkan. Yesus dilahirkan di dalam kasih dari Bapa-Nya (Yohanes 16:32; 17:26).

Penolakan tentang keberadaan Allah sebagai Bapa dan Kristus sebagai Anak di dalam Al Qur’an dituliskan sebanyak 18 kali dan hal itu bisa dipahami kalau orang mengetahui bahwa Muhammad menganggap orang-orang Kristen mempercayai Allah sudah tidur dengan Maria dan kemudian Maria melahirkan Yesus dari hubungan itu. Keberadaan Allah sebagai Bapa dari Kristus yang ada di dalam kandungan Maria terjadi dalam arti rohani, dan bukan Bapa secara biologis.

Bagi Dialah Kemuliaan Dan Kuasa Sampai Selama-Lamanya: Setelah memberitakan mengenai dasar-dasar utama dari iman kita, Yohanes menaikkan pujian yang pertama kepada Allah di dalam kerangkwa wahyunya. Dalam arti kiasan, ia sekali lagi meletakkan mahkota yang sebelumnya diterima olehnya sebagai raja dan iman di hadapan Dia yang Ditinggikan dan menaikkan segala pujian dan hormat kepada-Nya.

Sang pelihat dari Patmos itu memberitakan bahwa semua kemuliaan berasal dari Allah semata-mata milik Dia, dan hanya milik-Nya saja. Di dalam Perjanjian Lama, kemuliaan Yahweh dipahami sebagai puncak dari semua gelar, nama, dan kuasa-Nya, sama seperti keagungan matahari, yang terpancar dari berkas sinar yang tak terhitung jumlahnya. Barangsiapa yang terpapar oleh satu pancaran terang dari kasih dan kemuliaan Allah akan dibawa untuk menaikkan pujian syukur dan terima kasih. Barangsiapa yang berjalan di dalam terang dan tetap ada di dalam terang akan juga akan belajar untuk mengasihi orang-orang yang sulit dikasihi, sebagaimana Allah mengasihi kita (1 Yohanes 1:5-7). Kemuliaan Allah dinyayatakan di dalam Yesus dan kasih-Nya yang tak terbatas. Inilah sebabnya Yohanes menyatakanL Segala kemuliaan berasal dari Allah, ada di dalam Allah, dan akan kembali kepada Allah.

Bapa dan Anak di dalam kemuliaan yang tidak terukur juga layak menerima semua kedaulatan dan kuasa. Meski demikian, Allah kita bukanlah Allah yang menindas atau yang menghancurkan ciptaan-Nya. Ia tetap saja menjadi Penebus dan Raja Damai yang memilih untuk mati di kayu salib menggantikan kita, sehingga kita, yang berdosa, bisa hidup sebagai orang-orang yang dibenarkan oleh-Nya. Kuasa Allah adalah kuasa yang menyelamatkan. Barangsiapa menutup pikirannya dari kemahakuasaan-Nya sedang melawan kekuatan yang paling dahsyat di seluruh alam semesta. Yohanes menegaskan dan memberitakan kuasa yang mutlak yang dimiliki oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus—dahulu, sekarang, dan sampai selamanya, bahkan di tengah-tengah penderitaan dan penganiayaan kita.

Amin: Rasul Yohanes mengakhiri kata-katanya dengan sepenuh hati mengatakan Amin, meneguhkan semua kata-kata di dalam bagian pendahuluan ini. Di dalam ayat 4-6 ia memberikan pengakuan akan iman dan kasihnya, sehingga semua orang bisa mengenal siapa dia: seorang yang sudah diampuni oleh damai sejahtera dari Allah Tritunggal, dan yang sudah dengan bebas memberitakan kasih karunia dan damai sejahtera ini kepada semua orang yang mau membaca dan menyimpan wahyu Yesus Kristus ini di dalam hati mereka.

DOA: Bapa Surgawi, kami memuliakan Engkau karena hamba-Mu Yohanes sudah membawa kami kepada nama-Mu dengan kuasa Roh Kudus, dan meyakinkan kepada kami bahwa Yesus mengashi kami, dan bahwa Dia sudah membasuhkan kami dari segala dosa kami dan memampukan kami melakukan pelayanan rohani di hadirat-Mu. Kami memuliakan Engkau dan Anak-Mu, Allah yang tunggal, atas segala kemuliaan dan kuasa yang adalah milik-Mu sampai selamanya. Amin.

PERTANYAAN:

  1. Bagaimanakah Rasul Yohanes mempersiapkan para anggota jemaat di gerejanya yang berlatar belakang Yunani?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on August 14, 2013, at 09:57 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)