Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Ephesians -- 011 (The spiritual diagnosis of Paul for the Hellenistic saints in Ephesus)

This page in: -- Arabic -- English -- German -- INDONESIAN -- Turkish

Previous Lesson -- Next Lesson

EFESUS - Hendaklah Kamu Penuh dengan Roh
Meditasi, Renungan, Doa dan Pertanyaan Seputar Surat-surat kepada Gereja di Efesus
Bagian 1 - Doa-doa sang Rasul di Awal Suratnya Bagi Jemaat di Efesus dan Sekitarnya (Efesus 1:3-23)
A - Sebuah doa sang Rasul di Awal Suratnya Bagi Jemaat di Efesus dan Sekitarnya (Efesus 1:3-15)

Diagnosa rohani Paulus untuk orang-orang kudus berlatar belakang Helenistis di Efesus (Efesus 1:13-14)


Efesus 1:13-14
“Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya”

Setelah Paulus menjelaskan garis besar dari keunikan dan hak istimewa orang-orang Kristen Yahudi di antara gereja-gereja rumah di ibukota propinsi Asia Kecil, ia juga mulai menuliskan penjelasannya tentang orang-orang percaya berlatar belakang Yunani dan Romawi—semua dalam kerangka memberikan pujian dan penyembahan kepada Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Hal itu dimulai dengan formulaso yang sama dengan penjelasannya tentang orang-orang Kristen Yahudi, “di dalam Dia!” Ini adalah tanda dan petunjuk untuk orang Kristen sejati dari segala masa dan segala tempat. Mereka tidak lagi menjadi orang-orang terbuang yang menjalani kehidupan sendiri dengan kekuatan sendiri. Tetapi, mereka sudah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yesus. Mereka sudah tergabung dan menjadi “di dalam Dia.” Mereka hidup di dalam kebersamaan dengan-Nya. Semua pembaca surat Efesus harus menanyakan diri mereka sendiri apakah diagnosa Paulus ini sesuai dengan kehidupan mereka atau tidak. Kalau jawabannya “tidak” maka perlu ada kemauan untuk berbalik, bertobat dan iman yang penuh kepada sang Penebus yang penuh kasih karunia. Kalau jawabannya “ya”, maka kiranya ucapan syukur dan penyembahan terus dinaikkan dan dinyatakan dengan sepenuh hak istimewa yang besar ini.

Paulus menjelaskan bagaimana kemauan untuk berbalik secara rohani harus dilakukan dan bagaimana orang-orang kudus di Efesus kemudian “berada di dalam Kristus.” Ia menuliskan kepada mereka bahwa rahasia iman mereka terkait dengan firman kebenaran yang sudah mereka dengar darinya dan dari para saksi Kristus lainnya. Ketika menjelaskan hal itu, Paulus tidak sedang menyebut tentang para filsuf seperti Plato atau Aristoteles. Namun, ia langsung membawa mereka secara langsung kepada Yesus Kristus, yang merupakan perwujudan dari firman Allah yang bekerja untuk mencipta dan menebus. Di dalam Dia hukum yang baru itu menjadi nyata. Kasih-Nya yang kudus menjadi standar yang benar untuk semua manusia, karena tidak ada seorangpun yang benar di dalam dirinya sendiri—tidak seorangpun. Kemudian, salib Kristus membuktikan kebenaran dari kasih Allah kepada semua orang berdosa, dan bahwa Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan mereka dari penghukuman yang akan datang. Barangsiapa memahami dan percaya kepada semua kebenaran ini dan kemudian menaikkan ucapan syukurnya, ia akan ditempatkan “di dalam Kristus,” dan menerima kehidupan yang baru dan yang kekal dari-Nya.

Paulus menyebut beritanya sebagai “Injil keselamatan.” Tidak jelas apakah ada kitab Injil yang sudah sampai dan dikenal di antara jemaat di ibukota propinsi Asia Kecil itu ketika Paulus berkunjung ke sana. Karena itu, perkataan dari “rasul yang kecil” itu sudah berfungsi sebagai berita keselamatan dari surga. Ia menjelaskan pengajarannya sebagai “Injil yang membawa keselamatan.” Kata Yunani “Euangelion” sudah banyak dipakai di wilayah barat daya Mediterania bahkan sebelum Kristus lahir. Pada masa Paulus kata itu dipakai untuk menjelaskan tentang pengumuman yang dikeluarkan dari tempat kediaman Kaisar Romawi. Kalau Kaisar memiliki seorang anak laki-laki atau kalau pasukannya menang dalam peperangan, maka hal itu akan diumumkan kepada rakyat di tempat-tempat terbuka dan diiringi dengan suara genderang dan terompet. Karena itu Injil tidak berisi suatu filsafat untuk didiskusikan, tetapi sebuah laporan akan suatu peristiwa nyata—yang atasnya semua orang harus bersukacita! Tuhan Yesus dan para rasul-Nya memakai kata ini untuk mengungkapkan tentang sukacita yang menjadi warna dari kabar baik yang mereka bawa..yaitu bahwa Anak Allah, yang dilahirkan oleh anak dara Maria, sudah memperdamaikan dunia yang cemar ini dengan Bapa-Nya yang di surga. Karena alasan itulah maka Paulus menyebut pengajarannya sebagai “Injil keselamatanmu” di dalam suratnya kepada jemaat Efesus. Martin Luther menerjemahkannya sebagai “Injil keberkatan milikmu.” Dengan demikian sangat jelas bahwa formulasinya terkait dengan kenyataan bahwa keselamatan ini merupakan sesuatu yang sangat unik karena di dalamnya mengandung kebenaran bahwa orang-orang kudus sudah berada “di dalam Kristus” dan bahwa mereka akan senantiasa aman terlindung “di dalam Dia.”

Pekerjaan rohani dari Injil Kristus yang menyelamatkan itu dinyatakan melalui iman di dalam Dia. Iman ini menyatakan dirinya di dalam kepercayaan yang semakin bertumbuh kepada Tuhan dan Juruselamat kita. Iman ini juga akan membawa kita untuk menanggalkan atau menyerahkan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan kita kepada-Nya. Orang-orang percaya mengikatkan diri kepada Tuhan dan Juruselamatnya, seolah-olah dengan mengadakan sebuah perjanjian tak tertulis, yang jangkauannya melampaui segala masa bahkan sampai kekekalan. Tanpa hubungan iman dengan Kristus, tidak akan ada pengampunan dosa, tidak ada perlindungan di dalam Dia, dan tidak ada perdamaian dengan Allah. Inilah mengapa agama-agama lain tidak mengenal penebusan oleh kasih karunia, keselamatan di dalam hati, ataupun kepastian pengharapan dan hidup kekal. Iman Kristen itu bagaikan menyambungkan kabel dengan stop kontak. Melalui sambungan ini maka aliran listrik akan mengalir, menjadi terang, panas dan gerakan.

Dr. Martin Luther dengan tepat memformulasikan makna rohani iman ini dalam sebuah pengakuan singkat, “Aku percaya bahwa aku tidak akan bisa dengan pemikiran ataupun kekuatanku sendiri menjadi percaya kepada Yesus Kristus, Tuhanku, ataupun mendekat kepada-Nya; tetapi hanya Roh Kudus yang memanggil aku dengan Injil, menerangi aku dengan anugerah-Nya, menguduskan dan memelihara aku di dalam iman yang benar; bahkan pada saat Ia memanggil, mengumpulkan, menerangi, dan menguduskan seluruh Gereja Kristus di dunia ini, dan memeliharanya dengan Yesus Kristus di dalam satu iman yang benar.”

Dengan demikian, iman tidak hanya sekedar memberikan pengakuan intelektual kepada Yesus Kristus, setelah mempelajari isi Injil. Lebih dari itu, iman membawa kepada penerimaan akan kuasa, terang, kasih dan Roh Kudus-Nya.

Rasul Paulus menjelaskan tentang peristiwa ini sebagai meterai dengan tanda yang tidak akan bisa dihapus, bagaikan sebuah cap (2 Korintus 1:22; Efesus 4:30; Wahyu 7:3). Bagi Yehezkiel meterai oleh malaikat ini menjadi tanda perlindungan untuk semua orang yang menyerukan keluh kesah yang sangat nyaring ketika melihat kejahatan merajalela, sehingga murka Allah akan melalui mereka (Yehezkiel 9:1-11). Semua orang lain, yang hanya tampak saleh lahiriah saja, akan dibinasakan setelah penglihatannya itu.

Orang-orang Kristen tidak lagi menjadi miliknya sendiri, tetapi sudah menjadi milik Allah dan Anak-Nya, Yesus Kristus, “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.” (Yesaya 43:1; 44:22). Tuhan Yesus Kristus sudah mengambil peranan menuntun, mengarahkan dan melindungi orang-orang yang menyerahkan diri mereka kepada-Nya. Ia menegaskan rahasia ini dalam penjelasannya yang mengumpamakan diri-Nya sebagai Gembala yang baik, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Yohanes 10:27-28).

Karena alasan itulah maka kita tidak perlu takut ataupun kuatir tentang dimeteraikan oleh Roh Kudus, karena hal itu tidaklah lain dari berdiamnya Roh Kudus di dalam kehidupan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Hal itulah yang akan menghasilkan kelahiran baru secara rohani dan yang memampukan orang-orang percaya untuk mendapatkan bagian di dalam kehidupan kekal. Untuk tujuan inilah Kristus mati di kayu salib, agar kita bisa menerima kehidupan dari Bapa dan Anak (Yohanes 3:3, 5, 14-18; 5:24; 8:12; 11:25-26; 14:6). Yang paling menentukan bukanlah perasaan kita, tetapi iman kita! Semua orang yang mempercayakan diri kepada Yesus akan menerima Roh Kudus, apakah ia bisa merasakan hal itu atau tidak. Keyakinan bahwa orang itu sudah menerima Roh Kudus akan muncul kemudian, beberapa saat setelah ia mengalami ujian bagi imannya.

Apapun yang terjadi, kita tidak boleh ragu-ragu tentang iman, karena “jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Rom. 8:9b). Dan “tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus” (1 Korintus 12:3b). Sebuah gereja dan jemaat yang tidak memiliki Roh Kudus adalah bagaikan sebuah ruangan yang besar dengan banyak lampu, peralatan elektronik dan alat pengatur suhu ruangan, tetapi tidak ada listriknya. Ada “maut di kuali” (2 Raja 4:40) meski memiliki semua tampilan dan liturgi rohani.

Rasul Paulus tidak menjelaskan semua kenyataan itu kepada pemimpin rohani dari jemaat di Efesus sebagai pengajaran doktrin, tetapi sebagai doa ucapan syukur atas mereka. Dengan membuat kesaksian memakai kata bersyarat, ia menuliskan, "karena kamu sudah percaya, Roh Kudus datang ke dalam kehidupanmu.” Urutan peristiwa itu, yang terjadi demikian, menuntun kepada pengalaman rohani yang sangat berharga dalam memperhatikan dan menguatkan jiwa. Pada akhirnya hal itu akan membawa orang itu untuk melakukan penyembahan kepada Bapa dan Anak.

Kalau kadangkala ada kesan bahwa kuasa dan anugerah Roh Kudus itu kurang di dalam diri seseorang, kita menguatkan orang itu untuk tetap percaya, berharap dan beriman. Yesus Kristus mati agar anda bisa menerima Roh Kudus! Sebelum Yesus menawarkan diri-Nya bagi semua kejahatan dan kecemaran kita, ada gunung dosa yang sangat tinggi memisahkan antara kita dengan Allah yang Kudus. Gunung itu yang menahan dan memperlambat datangnya berkat-berkat-Nya dan Roh Kudus-Nya. Sekarang karena Yesus sudah dialhirkan dan sepenuhnya menjadi pendamaian bagi segala dosa dunia, Roh kasih karunia masuk ke dalam kehidupan semua orang yang mencari dengan penuh pertobatan. Karena Yesus sudah menggenapkan proses amnesti umum bagi semua manusia dari segala masa dan tempat, maka kebenaran tentang hal itu hanya perlu diyakini dan diterima. Dan kemudian kasih karunia dan kuasa Allah yang bekerja di dalam kehidupan orang-orang percaya.

Pada Hari Pentakosta, Rasul Petrus berkata kepada orang-orang yang datang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dan yang merasa takjub itu, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.” (Kisah Para Rasul 2:38-40).

Dalam beberapa kesempatan Tuhan Yesus mendorong para murid-Nya untuk menerima Roh Bapa dan Anak, “Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Lukas 11:9-13).

Kalau ada dosa di dalam kehidupan anda yang menahan datangnya Roh Kudus ke dalam kehidupan anda, akuilah dosa anda kepada Yesus dengan jelas dan kemudian siapkan diri untuk mati bagi kesombongan pribadi anda. Mintalah kepada Yesus untuk memberikan anugerah dan pengampunan sehingga Roh Penghibur itu bisa memberikan kepada anda kepastian akan pengampunan dosa-dosa anda. Ia kemudian akan menyalakan terang surgawi di dalam jiwa anda, sehingga anda akan bersaksi Allah yang Mahakudus adalah Bapaku, dan Tuhan Yesus adalah Juruselamatku! Beranikan diri untuk percaya kepada-Nya—seperti seorang memberanikan diri untuk terjun payung! Melompatlah ke dalam kasih karunia Allah Tritunggal dan anda akan melihat bahwa kasih-karunia-Nya akan mengangkat anda—sama seperti parasut mengangkat orang yang terjun payung itu!

Paulus kemudian menyatakan bahwa pemeteraian orang percaya itu bukanlah teologinya sendiri, tetapi janji yang teguh dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru juga. Raja Daud, di dalam keinginan dagingnya melakukan perzinahan dan pembunuhan, sehingga murka dan penghukuman terjadi di dalam kehidupannya. Dengan putus asa ia berseru menaikkan doa (Mazmur 51), yang kemudian juga menyelamatkan banyak sekali orang berdosa lainnya:

“Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu,
dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku.”

Jawaban Allah datang melalui Nabi Yehezkiel :

“Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.

Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya”

(Yehezkiel 36:26-27)

Allah menyatakan rancangan-Nya kepada nabi Yoel (2:28), dan bahwa Ia bukan hanya akan mencurahkan Roh-Nya kepada umat pilihan saja, tetapi ke atas semua manusia. Semua orang yang membuka diri kepada Roh-Nya akan mengalami kuasa Allah dan menerima anugerah berkat-Nya.

“Aku akan mencurahkan Roh-Ku
ke atas semua manusia,
maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat;
orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.
Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki
dan perempuan
akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu...
dan setiap orang yang dipanggil TUHAN
akan termasuk orang-orang yang terlepas.”

Kemudian, TUHAN menyatakan kepada Yohanes Pembaptis “puncak” dari janji itu, seperti puncak pegunungan tertinggi di Himalaya:

Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. ... Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus” (Yohanes 1:29-33). Dengan semua pernyataan itu Yohanes Pembaptis menubuatkan tentang kematian Yesus bagi semua manusia, dan juga tentang kedatangan Roh Kudus. Mengenai hal itu Yohanes Pembaptis menyaksikan bagwa Roh Allah itu bukan seperti angin yang berhembus dari suatu tempat, tetapi bahwa Yesus sendirilah yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Tanpa Anak Domba Allah tidak akan ada Roh Kudus. Hanya setelah pendamaian melalui penggantian itu digenapi, Roh Allah bisa berdiam di dalam kehidupan orang-orang yang percaya kepada Yesus.

Di masa Paulus janji-janji Yesus mengenai kedatangan Roh Penghibur dan Roh kebenaran kemungkinan belum diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani atau dituliskan. Semua itu baru jelas kelihatan setelah kematian sang rasul untuk bangsa-bangsa itu, ketika rasul Yohanes sang bapa gereja datang ke kota Efesus yang pada saat itu menjadi pusat kekristenan. Di sana ia menuliskan Injilnya dengan kuasa Roh Yesus (Yohanes 14:16, 26-27; 15:26; 16:7-11, 13-14).

Kita juga membaca bagaimana Tabib Lukas bisa menegaskan kebenaran dan mencatat beberapa pernyataan Yesus mengenai kedatangan Roh Kudus, dan memberikan kesaksian tentang hal itu di dalam dua kitabnya, “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.” (Lukas 24:46-49).

Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- "telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus." Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:4-8).

Dalam penyembahannya kepada Bapa, sang rasul ingin menyatakan kepada orang-orang yang percaya kepada Yesus di Efesus bahwa pemeteraian dari Roh Kudus itu sama sekali bukan hasil usaha seseorang. Hal itu sama sekali tidak tergantung kepada adrenalin dari otak mereka, tetapi bergantung kepada janji-janji Bapa di surga. Ia meyakinkan mereka bahwa karunia Roh Kudus adalah deposit atau persekot untuk warisan rohani mereka, yang nanti akan mereka terima di dalam kemuliaan Kristus. Hanya setelah itu penebusan, yang sudah dimulai oleh Kristus di kayu salib, akan digenapi. Penderitaan di jaman sekarang yang dialami secara jasmani oleh banyak orang kudus masih terjadi sampai saat kemenangan akhir itu—kemenangan yang sudah dijanjikan kepada kita pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali dan kebangkitan orang-orang mati. Sebelum saat itu tiba, maka penghiburan kita adalah karena ada hak istimewa bahwa kita menjadi milik sang Juruselamat, yang sudah menebus kita dengan darah-Nya sendiri dari pasar perbudakan dosa dan maut. Orang yang percaya kepada kebenaran ini dan menghidupinya akan memuji Bapa dan Anak di bawah tuntunan dan pimpinan dari Roh Kudus. Dimanakah ucapan syukur kita atas anugerah-Nya yang penuh kemuliaan itu?

Paulus menuliskan pujiannya, yang kita baca di dalam pasal 1:3-14, karena penebusan orang-orang kudus di Efesus dan di seluruh dunia, melalui kematian Yesus Kristus sebagai pendamaian. Dalam bahasa Yunani, semua pujian itu dituliskan dalam satu kalimat saja. Bahkan pada saat ia menjadi tahanan rumah, dari mulutnya masih mengalir pujian kepada Allah yang berasal dari hatinya. Beberapa penafsir percaya bahwa kalimat ini merupakan kalihat yang terpanjang di dalam Alkitab! “Kalau hatinya penuh, maka akan keluar perkataan yang melimpah dari bibirnya!”

Doa: Bapa kami di surga, kami memuji Engkau karena kemi memiliki hak untuk bisa membaca Injil Yesus Kristus. Kami bersyukur atas iman yang Engkau berikan kepada kami, dan juga karena kami dimeteraikan dengan Roh Kudus. Karena itu kami sudah menerima kuasa untuk menyerahkan hidup kami kepada-Mu sebagai korban pujian. Berikanlah juga anugerah kepada sahabat dan kerabat kami agar mereka juga dilahirkan kembali. Amin.

Pertanyaan:

  1. Apa makna kata “Injil” (euangelion) di jaman itu dan apa maknanya di zaman sekarang ini?
  2. Apa hubungan antara iman di dalam Kristus dengan pemeteraian dengan Roh Kudus?
  3. Apakah yang menjadi deposit untuk warisan rohani kita dan apakah warisan rohani yang akan kita terima itu?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on February 18, 2018, at 06:56 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)