Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Galatians - 019 (Paul is zealous for his children in the Spirit, and he suffers much for them)

This page in: -- Arabic -- English -- French -- Georgian -- INDONESIAN -- Russian

Previous Lesson -- Next Lesson

GALATIA - Aku telah Disalibkan bersama Kristus
Pelajaran dari surat Paulus kepada jemaat di Galatia

BAGIAN 3: HUKUM MUSA DAN INJIL: MAKSUD DAN HASIL YANG MEREKA CAPAI (Galatia 3:1 – 4:31)

6. Paulus sangat bersemangat untuk anak-anaknya di dalam Roh, dan ia banyak menanggung penderitaan bagi mereka (Galatia 4:8-20)


GALATIA 4:8-11
8 Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhamba diri kepada ilah-ilah yang pada hakikatnya bukan Allah. 9 Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimana kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhamba diri lagi kepadanya? 10 Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. 11 Aku khawatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.

Jemaat Galatia sebelumnya adalah orang-orang kafir, yang tidak mengenal Allah, meskipun mereka menyembah berhala-berhala yang berbeda. Kita menemukan banyak orang seperti itu yang menyembah ilah-ilah, berhala-berhala, dan roh-roh penyesat, yang menganggap sindiran-sindiran iblis sebagai ilham bagi mereka. Namun, mereka tidak mengenal Allah, tetapi mereka merindukan-Nya, berusaha menyenangkan hati-Nya dengan persembahan dan permohonan, meskipun Ia tetaplah Allah yang tidak dikenal bagi mereka.

Puji Tuhan, sebuah perubahan rohani terjadi dalam kehidupan jemaat di Galatia, yang di masa lalu menyembah berhala, tetapi setelah kunjungan Paulus, mereka mengenal Allah yang hidup, dan menikmati kebapaan-Nya yang penuh belas kasihan, dan menjadi yakin bahwa Dia menjadikan mereka anak-anak-Nya melalui kuasa yang diberikan kepada mereka oleh Kristus, setelah menerima Dia sebagai Juruselamat mereka. Dengan iman ini, mereka dibebaskan dari keluhan-keluhan hukum Taurat, dan dari penindasan hati nurani, dan hidup dalam damai sejahtera Roh, dengan Allah dan manusia. Esensi dari iman mereka bukan hanya kerinduan akan Allah, tetapi juga pengalaman mereka bahwa Allah memperhatikan mereka, mencari mereka, mengenal mereka, dan mengadopsi mereka. Iman mereka dibangun di atas kasih karunia pekerjaan Allah di dalam Kristus dan Roh Kudus, dan bukan pada upaya-upaya palsu mereka sendiri.

Setelah beberapa waktu, jemaat Galatia kembali jatuh ke dalam genggaman hukum Taurat. Mereka mulai menjalankan hari Sabat dan aturan-aturan makanan untuk menyenangkan hati Tuhan, seolah-olah hal ini adalah tindakan kebenaran yang memuaskan Dia. Mereka membayangkan bahwa sunat dapat menguduskan mereka dan bukannya darah Kristus dan kuasa Roh Kudus. Sebagai akibatnya, iman mereka yang semula aktif menjadi lenyap, dan mereka kembali kepada pandangan humanistik, meninggalkan hak istimewa mereka karena kasih karunia, dan sekali lagi jatuh ke dalam belenggu hukum Taurat dan keputus-asaan kedagingan, menginjak-injak pengorbanan Kristus.

Paulus tidak menetapkan satu hari pun dalam seminggu sebagai hari raya, karena ia tidak menganggap satu hari lebih kudus daripada hari yang lain, karena setelah Kristus kita tidak lagi merayakan hari-hari kudus atau hari raya, tetapi kita memandang orang percaya sebagai orang kudus yang telah dikuduskan. Semua hari adalah kudus bagi kekudusan orang percaya. Bahkan hidupnya, pekerjaannya, tidurnya, dan kematiannya adalah bagian dari ibadah Kristen, karena kita melayani Tuhan dengan setiap detak jantung kita, dan dengan setiap tarikan nafas kita. Dengan demikian, kita membaca, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kolose 3:23). Apakah seluruh hidup Anda telah menjadi pujian, pelayanan, dan ucapan syukur kepada Bapa surgawi Anda?

Namun, orang-orang Kristen bukan Yahudi beribadah pada hari Minggu, bukan untuk menyenangkan hati Allah, atau untuk memperoleh kebenaran sebagai tambahan dari yang telah diberikan kepada mereka, tetapi mereka ingin menetapkan hari di mana mereka bertemu, dan mereka tidak menemukan hari yang lebih baik daripada hari Minggu, karena pada hari itu Tuhan telah bangkit dari antara orang mati. Mereka memilih hari itu bukan sebagai suatu kewajiban, tetapi sebagai lambang dari perjanjian yang baru, yang pertama-tama tidak meminta kita untuk menaati perintah-perintah, tetapi memberikan kepada kita kehidupan ilahi secara cuma-cuma. Oleh karena itu, perilaku kita tidak terkait dengan waktu atau ritual, karena kita telah berpindah kepada kehidupan rohani. Perilaku kita tersembunyi di surga bersama Tuhan kita Yesus Kristus yang menjadikan kita kekal dan tidak fana.

DOA: Kami memuliakan Engkau, ya Bapa Surgawi, karena Engkau telah menjadikan kami anak-anak-Mu, dan membawa kami dari waktu ke waktu sampai kekekalan, dari kefanaan sampai ke kekekalan. Tolonglah kami untuk tidak melakukan ritual, perintah, atau perayaan apa pun, seolah-olah cara-cara legalistik seperti itu dapat menguduskan kami atau menyenangkan hati-Mu; karena perkenanan-Mu kepada kami ada di dalam Kristus, dan iman kami di dalam darah-Nya telah membenarkan kami dan memerdekakan kami dari pengudusan diri sendiri. Kuduskanlah hidup kami, sehingga setiap saat dari waktu yang Engkau berikan kepada kami di dunia ini, kami dapat memuji dan mengucap syukur kepada-Mu.

PERTANYAAN:

  1. Mengapa Paulus tidak peduli untuk memelihara hari-hari khusus untuk beribadah kepada Tuhan

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on October 28, 2023, at 06:00 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)