Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Lukas -- 137 (Murid-Murid yang Berjalan ke Emaus)

This page in: -- Arabic -- English -- INDONESIAN -- Russian

Previous Lesson -- Next Lesson

LUKAS - Kristus, Juruselamat Dunia
Pelajaran-pelajaran dari Injil Kristus Menurut Lukas

BAGIAN 6 - Catatan Mengenai Penderitaan, Kematian dan Kebangkitan Kristus (Lukas 22 - 24)

14. Murid-Murid yang Berjalan ke Emaus (Lukas 24:13-35)


LUKAS 24:25-31
25 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! 26 Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" 27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. 28 Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. 29 Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. 30 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. 31 Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.

Setelah kedua orang murid itu berhenti berbicara, dan menyaksikan tentang hilangnya pengharapan mereka, maka Yesus memulai pengajaran-Nya kepada mereka. Ia tidak berbicara kepada mereka dengan kata-kata yang lembut penuh pengertian, tetapi Ia mengur mereka dengan keras, karena mereka bagaikan orang-orang bodoh. Orang-orang yang memiliki gelar tinggi dan ijazah yang banyak tetap saja bodoh dan tak berpengertian kalau mereka tidak mengenal Kristus sebagai Tuhan, karena mereka tidak memahami Anak Allah dan rencana penebusan-Nya.

Kebodohan ini bukan karena kurangnya kemampuan intelektual di dalam otak mereka, tetapi karena kelambanan hati mereka untuk percaya kepada firman Injil. Hari ini, dunia memiliki kecenderungan untuk tidak percaya. Kita percaya kepada ilmu pengetahuan alam dan tekhnologi lebih daripada kita percaya kepada perkataan nabi Yesaya dan penyampaian dari Yohanes Pembaptis. Dalam hubungannya dengan iklim, peperangan, dan ekonomi kita bergantung kepada berita baik di radio atau suratkabar lebih daripada kepada doa dan pembacaan Alkitab kita.

Yesus memerintahkan agar kedua orang murid-Nya itu percaya kepada perkataan para nabi, seperti seorang anak kecil percaya kepada perkataan ibunya. Mereka percaya dan sudah memahami banyak bagian, tetapi tidak memahami seluruh Firman Allah, memahami tentang keesaan Allah, tetapi tidak bisa menangkap pemahaman bahwa Allah memiliki Anak. Mereka yakin akan kekuasaan Allah dan kedatangan Mesias yang penuh dengan kuasa, tetapi tidak memahami penyaliban-Nya. Akibatnya mereka tidak memahami makna dari kata “harus” di dalam penderitaan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus segala dosa dunia, dan mereka juga tidak memahami kedalaman kejahatan hati manusia. Mereka tidak merasakan kebutuhan yang besar akan keselamatan, dan kenyataan bahwa satu-satunya jalan kepada Allah adalah melalui kayu salib. Tidak ada keselamatan melalui siapapun kecuali melalui Dia yang sudah disalibkan. Kayu salib adalah pintu kepada kemuliaan Allah. Kristus lahir untuk mati bagi kita, dan membuka jalan masuk kepada Bapa. Tanpa diperdamaikan dengan Allah di dalam Kristus maka kita tidak akan mendapatkan persekutuan dengan Yang Mahakudus, sebagaimana yang dikatakan Rasul Paulus, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.”

Keturunan Abraham tidak bisa memahami bahwa Yang Mahakudus memilki Anak yang menjadi Anak Domba dan Pengantara untuk menebus dunia. Kristus berjalan dari Yerusalem ke Emaus untuk menjelaskan semua janji di dalam Taurat, Mazmur dan Kitab para nabi bekaitan dengan keberadaan-Nya sebagai Anak dan tentang kayu salib, sehingga orang-orang Yahudi yang tumpul itu bisa memahami keilahian-Nya di dalam kemanusiaan-Nya.

Seandainya saja kita bisa mengambil bagian dalam pelajaran Alkitab yang dipimpin oleh Yesus Kristus itu. Allah sendiri menjelaskan firman-Nya kepada manusia. Karena itu berdoalah kepada Kristus agar Ia berkenan untuk menyatakan kepada anda makna dari penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya. Di dalam semuanya itulah Roh Kudus berdiam di dalam hati dan menerangi pikiran manusia, karena Kristus secara pribadi mendampingi kita, menyatakan kebenaran Ilahi kepada kita, dan menuntun kita kepada firman kebenaran-Nya. Maukah anda meminta agar Dia menyatakan firman-Nya kepada kita, atau apakah anda akan terus berada di dalam kebodohan kemanusiaan anda?

Setelah mereka sampai di tempat kediaman mereka yang sederhana di desa Emaus, Yesus menguji kedua pendengar-Nya untuk melihat apakah mereka memang mau masuk lebih dalam kepada pemahaman akan firman-Nya, atau mereka justru bosan mendengarkan pengajaran-Nya dan sudah puas dengan apa yang mereka ketahui. Apakah kepala mereka sudah penuh dengan khotbah yang mereka dengar selama hampir dua jam dari sang Guru Agung Yesus, atau hati mereka masih merasa haus untuk mendapatkan firman kehidupan? Karena itu Yesus bertindak seolah-olah Ia mau melanjutkan perjalanan.

Kedua murid itu lulus dari ujian ini karena mereka berkeras agar Yesus menginap di rumah mereka. Mereka mengajarkan kepada kita doa dari Roh Kudus yang masih sangat berlaku juga untuk kita, “"Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” Apakah isi doa ini menjadi doa anda juga? Apakah anda menghendaki bahwa Yesus tinggal dengan anda siang dan malam, dan tidak menolak persekutuan dengan-Nya? Para murid itu tidak mengijinkan Yesus untuk melanjutkan perjalanan-Nya, membujuk-Nya untuk tetap tinggal bersama mereka. Diberkatilah rumah dan kota yang didiami oleh sang Raja itu. Allah datang kepada manusia, dan Ia tidak pernah malu untuk berdiam di dalam rumah kita yang sederhana. Rumah anda akan menjadi rumah Allah jika anda memohon dengan sangat agar Ia berdiam di situ, sehingga anda bisa mendengarkan firman-Nya.

Ketika Yesus duduk dan makan bersama kedua murid-Nya, Ia tidak menunggu sampai tuan rumah mendoakan makanan mereka, tetapi Ia sendiri mengambil roti, sebagaimana yang dilakukan-Nya ketika Ia memberi makan lima ribu orang, juga ketika ia memulai Perjamuan Terakhir. Dengan memandang ke langit, Ia memberkati roti itu dan memecah-mecahkannya sebagai tanda persekutuan mereka dengan diri-Nya, dan memberikan potongan roti itu kepada mereka, sebagaimana Allah memberikan semua karunia yang baik kepada makhluk-Nya, di dalam kasih yang melampaui pemahaman akal budi.

Saat itu juga selaput terlepas dari mata kedua urid itu, dan mereka tahu bahwa Orang itu adalah Yesus. Mereka berusaha menyentuh-Nya dan berbicara dengan Dia, tetapi Ia menghilang dari pandangan mereka. Mereka sudah tahu dengan pasti ketika Yesus mengambil alih peran sebagai tuan tumah, yang melakukan apa yang biasanya Dia lakukan ketika Ia berada di antara para murid-Nya. Ia hadir dan tidak meninggalkan mereka meski mereka tidak bisa lagi melihat Dia.

DOA: Oh Tuhan, Engkaulah yang Hidup selamanya. Ampunilah kami karena kami hidup terpisah dari-Mu. Kami percaya akan kehadiran-Mu bersama kami. Ajarlah kami untuk berpikir dan bertindak di hadapan-Mu, dan berbicara dengan-Mu di dalam Roh Kudus-Mu, sehingga kami bisa mendengarkan perkataan-Mu setiap saat. Kami tidak akan bisa memahami Injil-Mu kalau Engkau tidak menyatakannya kepada kami. "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.

PERTANYAAN 145: Mengapakah Yesus menegur kedua murid itu dengan keras, dan mengatakan, “Hai kamu orang bodoh,” sementara mereka berbicara tentang Dia dan sudah mengikuti Dia?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on May 10, 2017, at 11:29 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)