Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Lukas -- 134 (Penguburan Yesus)

This page in: -- Arabic -- English -- INDONESIAN -- Russian

Previous Lesson -- Next Lesson

LUKAS - Kristus, Juruselamat Dunia
Pelajaran-pelajaran dari Injil Kristus Menurut Lukas

BAGIAN 6 - Catatan Mengenai Penderitaan, Kematian dan Kebangkitan Kristus (Lukas 22 - 24)

12. Penguburan Yesus (Lukas 23:50-56)


LUKAS 23:50-56
50 Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. 51 Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah. 52 Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. 53 Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat. 54 Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. 55 Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan. 56 Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat.

Kristus mengatakan kepada salah satu penyamun yang disalibkan bersama-Nya, “Hari ini engkau akan bersama-sama dengan Aku di Firdaus.” Kata “Firdaus” memiliki akar kata bahasa Persia yang berarti sebuah taman, satu istilah untuk menjelaskan tempat kediaman orang-orang yang beriman setelah mati, dimana mereka menantikan kebangkitan untuk kehidupan kekal. Setelah kematian tubuh-Nya, jiwa Kristus masuk ke dalam tempat itu, dimana orang-orang saleh berada. Kita tidak tahu banyak tentang tindakan dan pekerjaan apa yang dilakukan Yesus selain dari yang dituliskan oleh Petrus bahwa Ia berkhotbah kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu roh-roh dari orang-orang yang belum pernah mendengarkan Injil sebelumnya (1 Petrus 3:19; 4:6). Kedatangan Kristus ke tempat kediaman dimana Abraham, Ishak, dan Yakub berada merupakan suatu kemenangan. Kristus tidak berkhotbah lama di dunia orang mati, karena kehadiran Kristus diantara jiwa-jiwa orang-orang yang sudah mati itu membuat banyak di antara mereka yang langsung menerima Injil, sementara orang-orang yang lain juga langsung menolak. Mereka yang mati tidak bisa melakukan kebaikan untuk keselamatan mereka, tetapi iman mereka sudah menyelamatkan orang-orang yang beriman itu, sementara ketidakpercayaan orang-orang yang lain itu membinasakan mereka sendiri.

Di bumi, kematian Kristus kelihatan bagaikan kekalahan-Nya dalam peperangan yang mengerikan. Tubuh Kristus tergantung tak bernyawa di kayu salib. Tidak ada seorangpun yang memiliki hak untuk memindahkan tubuh itu tanpa kewenangan yang diberikan oleh pejabat Romawi. Tiba-tiba seorang anggota Sanhedrin yang bernama Yusuf Arimatea datang. Seperti Nikodemus, ia tidak menyetujui bahwa Yesus dihukum mati karena alasan penghujatan. Namun kedua orang itu tidak bisa melakukan apa-apa, karena suara enam puluh delapan orang itu mengalahkan mereka. Tanpa rasa takut bahwa ia akan dianggap sebagai salah satu pengikut dari Yesus yang disalibkan itu, Yusuf Arimatea mendatangi Pilatus, hakim yang menjatuhkan hukuman kepada Yesus, dan memohon untuk diijinkan mengubur tubuh Yesus yang ditolak oleh bangsanya. Pilatus menyetujuinya, dengan tujuan agar ia bisa dengan cepat menyingkirkan masalah yang sangat mengganggu pikirannya itu. Yusuf juga tidak takut untuk menjadi najis, karena sesuai dengan kepercayaan orang Yahudi maka orang yang menyentuh mayat akan menjadi najis, padahal saat itu sudah menjelang tibanya Hari Sabat dan Hari Raya Roti Tidak Beragi. Yusuf sangat berduka dan sedih, karena ia tahu bahwa kerajaan Allah tidak akan datang melalui puasa, hukum, doa-doa yang panjang, atau sikap membenarkan diri, tetapi dimulai dengan Yesus Kristus. Karena itu ia mengakui kepercayaannya kepada sang Raja yang sudah mati, bahkan meski ia harus terancam kematian, karena ia mengasihi Kristus, dan merasa marah ketika rekan-rekannya anggota Sanhedrin menjatuhi hukuman mati kepada Anak Allah.

Bangsawan yang terpandang itu, bersama dengan hamba-hambanya, menurunkan tubuh Yesus. Ia membalut tubuh Yesus dengan kain kafan, dengan cepat mengurapinya dengan minyak, dan meletakannya di sebuah kubur yang bagus di dalam gua yang dipahat, yang mungkin dirancang untuk pemakaman keluarga Yusuf sendiri. Jadi Yesus dikuburkan bagaikan seorang bangsawan yang terhormat.

Semua formalitas penguburan itu dilakukan secepat mungkin, karena hari Sabat sudah sangat mendekat. Ratusan domba dan kambing disembelih di pelataran Bait Allah sementara Yesus tergantung di kayu salib, mencurahkan darah-Nya sebagai Anak Domba Allah yang layak menjadi korban untuk semua manusia. Namun sebagian besar bangsa Yahudi tidak memahami keselamatan mereka, dan terus di dalam penyembahan mereka seturut dengan hukum masa lalu yang fana. Beberapa orang perempuan Galilea yang sudah mengikuti Yesus dan para murid-Nya pada saat prosesi kemenangan-Nya, dan sudah menolong para murid-Nya, terlebih dahulu datang ke tempat penguburan yang berupa gua batu pahatan itu. Setelah menyaksikan penguburan Yesus dan mengetahui tempat dimana tubuh Yesus diletakkan, mereka bergegas masuk kembali ke dalam kota untuk membeli minyak wangi dan rempah-rempah untuk merempah-rempahi tubuh Yesus dengan rempah-rempah yang mahal pada hari Minggu pagi nanti, karena mereka tidak bisa melakukannya di hari Sabat yang suci. Namun ketika mereka datang di hari Minggu pagi, yaitu saat Hari Raya Paskah, mereka berpikir bahwa mereka akan merempah-rempahi tubuh Yesus di dalam kubur, karena memang Ia sudah mati, sebagaimana yang mereka lihat sendiri. Mereka menangis dengan penuh kesedihan pada Hari Raya Paskah itu, mencurahkan kedukaan mereka, dan mengingat hal-hal ajaib yang dilakukan Yesus, yang saat itu sudah ditelan oleh kuasa kegelapan.

DOA: Oh Tuhan, kami menyembah Engkau, karena kematian-Mu sudah membawa kehidupan bagi kami. Engkau mendahului kami memasuki dunia orang mati sehingga kami tidak perlu takut lagi akan keadaan itu, tetapi kami diberi keyakinan bahwa kami bisa memegang tangan-Mu dengan penuh keyakinan dan keberanian, setelah menyerahkan roh kami ke dalam tangan-Mu. Buanglah ketakutan akan kematian dari dalam hati orang-orang percaya, dan berikan kepada kami semua kepastian akan kehidupan kekal di dalam kuasa-Mu. Amin.

PERTANYAAN 142: Mengapa Kristus harus mati dan bangkit dari kematian?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on May 10, 2017, at 11:01 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)