Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Ephesians -- 004 (Apostolic Blessing)

This page in: -- Arabic -- English -- German -- INDONESIAN -- Turkish

Previous Lesson -- Next Lesson

EFESUS - Hendaklah Kamu Penuh dengan Roh
Meditasi, Renungan, Doa dan Pertanyaan Seputar Surat-surat kepada Gereja di Efesus

Berkat Kerasulan Paulus (Efesus 01:02)


Efesus 1:2
1:2 “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.”

Paulus memulai sebagian besar suratnya dengan salam kerasulan yang demikian. Ia merangkumkan semua berita kerasulannya dalam beberapa kata saja. Dengan cara ini ia menjelaskan sejak awal suratnya mengenai tema dan isi suratnya. Ia menjelaskan kepada semua penerimanya berita rohani apa yang ingin disampaikannya.

Kasih karunia menyertai kamu !

Barangsiapa membaca tentang kisah penciptaan (Kejadian 1:1-2, 7; 15-25; 3:1-19) bisa melihat bahwa Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan seturut dengan gambar-Nya, dan bahwa ciptaan-Nya sangat baik. Akan tetapi, Ia melarang mereka bereksperimen dengan kejahatan, dan melarang mereka untuk mengambilnya, agar mereka tidak tercemari olehnya. Namun ketika mereka melanggar larangan-Nya, Ia mengusir mereka keluar dari Firdaus. Mereka menjadi jauh dari Tuhan, dan bahkan salah satu dari manusia membunuh saudaranya sendiri (Kejadian 4:1-12). Penderitaan karena egoisme yang dingin menyebar ke seluruh dunia, dan bahkan sampai ke jaman kita sekarang ini.

Namun Allah mengutus Anak Tunggal-Nya ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia yang berdosa (Yohanes 3:16), yang menanggung dosa manusia yang cemar ke atas diri-Nya dan menanggung penghukuman di atas kayu salib. Para penjahat keji mendapatkan pengampunan tanpa ada upaya apapun dari dirinya, baik mereka menyadari hal itu atau tidak. Kasih karunia yang sangat besar dari Allah itu tersedia secara cuma-cuma kepada semua orang berdosa. Keselamatan itu menjadi satu kali kesempatan besar, karena semua manusia sudah berbuat dosa. Akan tetapi oleh kasih karunia mereka semua dibenarkan! Sayangnya, kenyataan yang sangat luar biasa ini hanya dipercaya oleh sedikit orang saja. Namun, siapa saja yang memahami rahasia ini dan percaya kepada kasih karunia yang diberikan kepadanya akan menerima pembasuhan yang sempurna terhadap hati nuraninya. Lebih lagi, orang itu akan mengalami penghiburan dan kuasa Roh Kudus. Hari ini kita bisa mengatakan kepada semua orang yang kita temui di jalan atau di dalam rumah dan meyakinkan kepada mereka : Allah mengasihimu! Ia sudah membuka kebenaran kasih karunia melalui Yesus Kristus kepada anda. Terimalah apa yang menjadi milik anda. Dengan itu anda akan menjadi manusia yang berbahagia, dan aman di dalam kasih Allah yang kekal.

Dalam beberapa kesempatan, Paulus menjelaskan tentang rahasia ini. Ia menjelaskan kepada jemaat di Roma, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Roma 3:23-24).

Ia menegaskan kepada orang-orang percaya di Korintus, “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (II Korintus 5:19-21).

Barangsiapa memahami dan percaya kepada kenyaataan itu maka pembenaran yang cuma-cuma itu dinyatakan di dalam hidupnya. Ia sudah dibenarkan sampai kekekalan karena kasih Allah dan Anak-Nya. Sejak awalnya, Paulus secara pribadi meyakinkan para penerima suratnya yang berada di Efesus tentang kebenaran ini, dan kemudian mendorong mereka untuk meneruskan juga “hak pembenaran” itu kepada orang-orang di sekitar mereka.

Damai Sejahtera dari Allah Bapa menyertai kamu!

Yesus memberikan janji yang sangat mendasar kepada para murid-Nya, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yohanes 14:27). Kristus memberikan damai sejahtera dan kelegaan dari dalam hati-Nya sendiri kepada para murid-Nya. Setelah mereka dibasuhkan dari dosa-dosa mereka, mereka menerima kuasa dari Roh Kudus. Sebagian dari buah kekal-Nya yang akan mereka terima adalah damai sejahtera yang ada di dalam surga (Galatia 5:22).

Dalam bagian itu, Paulus mengatakan, “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:7).

Di sanalah terdapat upah bagi semua pengikut Kristus yang jauh melampaui segala akal. Damai sejahtera yang ada dari sang Pencipta alam semesta itu memasuki diri mereka ketika mereka tetap berada di dalam sang Mesias. Kegelisahan jaman ini dan ketakutan terhadap kematian serta penghakiman akhir ini akan dilenyapkan dari dalam hati mereka, bukan karena mereka baik atau sempurna dari dalam diri mereka sendiri, tetapi karena mereka sudah menerima pengampunan dosa-dosa mereka melalui kasih karunia dan kebenaran Yesus Kristus. Melalui iman mereka kepada Yesus sang Juruselamat, mereka, sejak mereka masih di dunia ini, mulai menikmati damai sejahtera surgawi.

Di sore hari Minggu paskah, setelah Ia bangkit dari antara orang mati, ketika Yesus tiba-tiba menampakkan diri di dalam ruangan yang tertutup di tengah-tengah para murid-Nya, Ia menyapa mereka dengan perkataan, “Damai sejahtera bagi kamu” (Yohanes 20:19). Ia tidak menghardik mereka karena kurangnya iman mereka atau karena melarikan diri pada hari Jumat sore sebelumnya. Ia sudah memperdamaikan dosa dan kesalahan mereka dengan tergantung di atas kayu salib dan mendorong mereka untuk percaya bahwa mereka sudah berdamai dengan Allah. Pendamaian yang besar dengan sang Pencipta yang Mahakuasa sudah digenapkan. Damai sejahtera Allah mengalir kepada para murid Kristus. Namun para murid tidak langsung memahami apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Karena itu Dia yang sudah bangkit itu mengulangi lagi salam-Nya, “Damai sejahtera bagi kamu” (Yohanes 20:21). Saat itu, Yesus menambahkan satu kalimat yang sangat menarik, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yohanes 20:21). Saat itu semua murid-Nya menjadi bagaikan truk yang penuh dengan muatan damai sejahtera, bukan hanya untuk mereka nikmati sendiri, tetapi juga dilanjutkan kepada orang-orang lain yang juga merindukan damai sejahtera.

Salam dari Dia yang bangkit itu juga menjadi panggilan kepada para murid-Nya: bahwa mereka tidak boleh terus memaksakan kehendak pribadi mereka sendiri. Lebih lagi, mereka harus mengampuni orang-orang lain dan hidup bersama di dalam kerendahan hati dan kelemah-lembutan. Ini menjadi pusat dari perintah di dalam Hukum Kristus, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:34-35).

Tidak ada damai sejahtera yang bertahan lama tanpa ada pengampunan yang lengkap terhadap kesalahan orang-orang lain. Ini hanya bisa terjadi ketika Roh Kudus membawa kita kepada permintaan maaf dan pengampunan yang penuh dengan kerendahan hati. Yesus tidak sekedar sembarangan ketika Ia mengatakan, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).

Allah yang Mahakuasa adalah Bapa kita

Berkat kerasulan ini terus mengalir dan menyatakan kepada kita penyebab dan syarat untuk menerima kasih karunia dan damai sejahtera yang kekal ini.

Siapakah Allah? Dalam Septuagenta, terjemahan bahasa Yunani untuk Perjanjian Lama, kata “Theos” dipakai untuk menerjemahkan kata Ibrani “Elohim.” Elohim adalah kata dalam bentuk jamak, dan mewakili bukan nama Allah tetapi lebih kepada penyebutan umum tentang keberadaan Allah dan keilahian-Nya. Demikian juga, kata Yunani “Theos” tidak menyebut mengenai suatu nama Allah, tetapi menunjuk kepada keberadaan dari Sang Pencipta yang tak terukur.

Inilah yang menjadi masalah dan penyakit dari sinkretisme modern dimana kebanyakan agama berbicara mengenai keberadaan dari Dia yang ditinggikan, tetapi secara tidak langsung mengatakan bahwa mereka tidak sungguh-sungguh mengenal Dia yang Mahamulia dan Mahakekal, dan hanya sekedar menduga tentang Dia (Yohanes 1:18). Beberapa kelompok idealis bahkan melangkah lebih jauh lagi dan berusaha membawa berbagai agama itu untuk saling mendekat atau bahkan menyatukan semuanya—tujuannya untuk menanamkan kedamaian di dunia ini. Sayangnya, hal itu hanyalah menjadi persiapan untuk kedatangan sang Antikristus (Wahyu 13:3b-8).

Paulus merasa marah dan sekaligus sedih di Athena di hadapan banyak ilah dan berhala dari orang-orang Yunani. Ia bahkan berusaha, dengan menggunakan referensi terhadap sebuah mezbah yang dibuat untuk “Allah yang tidak dikenal” untuk membuat para filsuf mereka memahami tentang siapa yang sebenarnya sudah menciptakan dan menebus dunia beserta segala isinya (Kisah Para Rasul 17:23). Sang Rasul kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi itu melanjutkan di dalam surat kepada jemaat di Efesus untuk berusaha mengisi kekosongan dari konsep di dalam gelar “Theos” dengan nama Allah yang benar. Ia menyebut Allah sebagai “Bapa kita” sebagaimana yang diajarkan oleh Kristus di dalam Doa Bapa Kami.

Di dalam Perjanjian Baru yang berkaitan langsung dengan perkataan Kristus, kita akan menemukan sekitar 200 ayat yang menyaksikan bahwa sang Pencipta yang Kudus dan Tuhan atas Perjanjian yang Lama itu adalah “Bapa Tuhan Yesus Kristus” dan juga “Bapa kami.” Pernyataan “Bapa kami” hanya muncul satu kali, yaitu di dalam Doa utama orang Kristen itu (Matius 6:9a dst; Lukas 11:2). Melalui keberadaan-Nya Yesus memiliki hak dan keistimewaan untuk menyebut Sang Pencipta dan Penguasa alam semesta ini sebagai Bapa-Nya. Ia membagikan hal itu, hak dan keistimewaan milik-Nya, dengan para pengikut-Nya serta memerintahkan agar mereka juga memanggil Allah Yang Mahakuasa itu sebagai Bapa mereka. Ini adalah sebuah undangan yang sangat luar biasa yang merobohkan semua batasan liturgi duniawi sampai saat itu. Siapakah kita, sampai kita bisa memanggil Allah sebagai “Bapa kami?”

Sejak menerima pengampunan dan pembenaran dari dosa-dosa kita melalui darah Kristus, tidak ada lagi dosa yang memisahkan kita dari Tritunggal Yang Mahakudus. Dan ketika Ia mengaruniakan Roh Kudus untuk berdiam di dalam kehidupan kita, Ia tidak hanya mengadopsi kita secara sah, tetapi juga memberikan kepada kita substansi rohani yang diperlukan untuk bisa memanggil Dia secara langsung sebagai “Bapa kami.” Banyak sekali ayat di dalam Perjanjian Baru yang mengarahkan kita kepada peristiwa yang sangat luar biasa ini.

Paulus menegaskan, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.” (Rom. 8:14-16).

Dengan penuh kekaguman, Rasul Yohanes menyaksikan, “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” (1 Yohanes 3:1-2)

Kemudian, Yesus Kristus memberikan perintah ini kepada para murid-Nya, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.... Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:44-45, 48).

Barangsiapa membaca dengan seksama dan merenungkan ayat yang terakhir ini akan merasa sangat terkejut. Siapa yang bisa mengatakan atau bahkan berpikir bahwa ia sempurna, seperti Allah itu sempurna? Ayat itu tidak mengatakan agar kita menjadi sempurna sama seperti Allah, tetapi agar kita sempurna seperti Bapa kita di surga adalah sempurna. Semua yang memiliki ayah pasti juga mendapatkan faktor keturunan darinya. Dari dalam diri kita sendiri kita tidak akan pernah bisa menjadi sempurna, bahkan kita tidak akan pernah berani untuk berpikir tentang hal itu. Akan tetapi, anugerah yang penuh kasih karunia dari Bapa, pengampunan-Nya, pembenaran-Nya bagi kita dan di dalam berdiamnya Roh Kudus, membawa kita melalui jalan yang lurus “oleh karena nama-Nya.” Kepenuhan dan kesempurnaan-Nya diberikan kepada kita oleh anugerah-Nya.

Berbahagialah orang yang mengetahui bahwa Allah adalah Bapanya. Orang yang percaya ini mengetahui bahwa Yang Mahakuasa mengenal dan mengasihi dia, memperhatikan dan selalu menyertainya. Orang yang demikian tidak akan pernah merasa sendiri dan tidak pernah kehilangan harapan. Bahkan maut sudah dikalahkan baginya, karena Bapa itu kekal dan memberikan kehidupan kekal kepada anak-anak-Nya.

Paulus menyaksikan di dalam berkat kerasulanya bahwa kasih karunia yang mengampuni dan membenarkan serta damai sejahtera Ilahi dari Bapa surgawi itu sudah datang kepada kita. Pengakuan ini membangkitkan di dalam diri kita keinginan untuk terus mengucap syukur dan menaikkan penyembahan di dalam hati kita. Bahkan Paulus menambahkan kepada berkat itu, segala berkat yang dari Yesus Kristus, Anak dari Bapa surgawi kita.

Mengapa kita mengakui bahwa Yesus Kristus itu “Tuhan”?

Malaikat yang menyatakan diri di malam hari kepada para gembala yang berada di pegunungan Betlehem, mengatakan kepada mereka, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:10-11). Bahkan sebelum kelahirannya Yesus adalah Tuhan atas segala tuan, meskipun Ia dilahirkan di dalam sebuah gua yang biasa dipakai sebagai kandang dan diletakkan di atas palungan binatang. Di dalam Dialah Yahweh, Tuhan Perjanjian yang Lama, menjadi manusia untuk menyelamatkan kita orang-orang berdosa dari kecemaran dan kesalahan kita.

Kemuliaan Yesus tetap tersembunyi bagi banyak manusia di jaman-Nya. Hanya para pengikut-Nya yang bisa merasa dan melihat keagungan Tuhan mereka, ketika ia mengusir roh-roh jahat dari orang yang kerasukan (Matius 15:21-28; Markus 5:1-20), menenangkan badai dengan perintah-Nya (Matius 8:18, 23-27), berjalan di atas air di Danau Galilea (Matius 14:23-33), menyembuhkan orang sakit yang datang kepada-Nya (Matius 4:23-25; Markus 3:7-12; Lukas 6:17-19), melipat-gandakan lima roti dan dua ikan dengan doa ucapan syukur-Nya sehingga makanan itu cukup untuk 5000 orang (Matius 14:13-21) dan membangkitkan orang mati (Markus 5:21-24; 35-43; Lukas 7:11-15; Yohanes 11:32-45). Kemahakuasaan dan kasih-Nya sangat menggetarkan dan menyadarkan hati orang-orang yang mau percaya kepada-Nya. Mereka mulai bisa memahami: Yesus adalah Tuhan!

Setelah kematian-Nya di kayu salib, yang memperdamaikan kita dengan Allah yang Kudus, Ia menampakkan diri kepada Petrus yang sedang dikuasai penyesalan. Para murid yang lain juga dengan sangat terkejut mengakui, “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit” (Lukas 24:34). Ia menampakkan diri beberapa kali kepada para murid-Nya dan akhirnya Dia mengatakan kepada para murid itu, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi!” (Matius 28:18).

Sejak saat itu menjadi jelas bagi orang-orang yang sudah dilahirkan kembali, “Yesus adalah Tuhan!” Thomas, murid yang peragu, setelah keraguannya dilenyapkan, bahkan bisa lebih jauh lagi di dalam pengakuannya tentang Yesus sebagai “Tuhan dan Allahku!” (Yohanes 20:28).

Ketika Yesus yang bangkit itu menampakkan diri kepada Saulus, sang penganiaya jemaat, di dalam cahaya yang sangat menyilaukan di jalan menuju Damsyik, Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu” (Kisah Para Rasul 9:4-5). Pada saat itu Saulus belum percaya kepada Dia yang sudah disalibkan itu dan yang sudah bangkit. Akan tetapi ketika ia melihat Yesus di dalam kemuliaan-Nya, menjadi sangat jelas baginya siapa yang sedang berdiri di hadapannya, Tuhan sendiri!

Setelah rasul Yohanes dibuang ke pulau Patmos uang tandus, Tuhan menyatakan diri kepadanya di dalam kemuliaan-Nya. Yohanes menuliskan, “Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah. Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” (Wahyu 1:12-18). Kesaksian yang sangat unik dari bapa gereja ini menjelaskan kepada kita bagaimana di jaman ini Yesus juga adalah Tuhan. Barangsiapa percaya kepada-Nya tetap aman di dalam kasih-Nya sampai selamanya.

Selama dua sampai tiga tahun Paulus berkhotbah, menjawab pertanyaan-pertanyaan, melawan kritik-kritik dan menjelaskan Injil setiap sore di aula sekolah Tiranus yang disewanya. Di dalam lebih dari 700 pengajaran kepada para pendengar yang tertarik dari ibukota propinsi dan sekitarnya, ia membagikan begitu banyak pelajaran, lebih dari yang bisa kita diskusikan dalam bagian pendahuluan ini. Di dalam surat perpisahannya kepada mereka yang dikirimkannya dari dalam penjara, mungkin di kota Roma, ia menyimpulkan semua pengajarannya dalam berkat rasulinya. Karena itu kita tidak bisa mengatakan apapun, selain mengakui, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat” (Wahyu 2:7).

Doa: Bapa kami yang ada di surga, kami menyembah Engkau melalui Yesus Kristus Anak-Mu, karena Engkau sudah menyatakan kepada Rasul Paulus suatu berkat rasuli, sehingga ia bisa memberikan janji tentang kasih karunia yang sempurna dan damai sejahtera yang kekal dari-Mu dan dari Tuhan Yesus Kristus. Biarlah hak istimewa ini juga menjadi kenyataan di dalam kehidupan banyak orang yang sedang mencari kebenaran; laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Amin.

Pertanyaan:

  1. Apakah arti kasih karunia Kristus bagi anda?
  2. Mengapakah damai sejahtera Allah melampaui semua pengetahuan akal budi?
  3. Bagaimana kita bisa mendapatkan hak istimewa untuk memanggil Allah Yang Mahakuasa sebagai “Bapa kami?”
  4. Apa yang membuat kita bisa mengakui bahwa “Yesus Kristus adalah Tuhan”?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on February 18, 2018, at 06:51 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)