Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Lukas -- 128 (Yesus di Hadapan Mahkamah Agama)

This page in: -- Arabic -- English -- INDONESIAN -- Russian

Previous Lesson -- Next Lesson

LUKAS - Kristus, Juruselamat Dunia
Pelajaran-pelajaran dari Injil Kristus Menurut Lukas

BAGIAN 6 - Catatan Mengenai Penderitaan, Kematian dan Kebangkitan Kristus (Lukas 22 - 24)

9. Yesus di Hadapan Mahkamah Agama (Lukas 22:63-71)


LUKAS 22:63-71
63 Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya. 64 Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya: "Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?" 65 Dan banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepada-Nya. 66 Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka, 67 katanya: "Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami." Jawab Yesus: "Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya; 68 dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab. 69 Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa." 70 Kata mereka semua: "Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab Yesus: "Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah." 71 Lalu kata mereka: "Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri..”

Penginjil Lukas tidak menceritakan kepada kita secara mendetail tentang pengadilan kepada Yesus Kristus di hadapan para pemimpin agama. Pengadilan yang pertama terjadi di rumah kediaman Hanas, mantan Imam Besar (Yohanes 18:19-24). Pengadilan yang kedua dilakukan di hadapan Kayafas dan tokoh-tokoh terkemuka di antara mereka (Matius 26:59-68). Dan pengadilan yang ketiga dilakukan di pagi hari di hadapan seluruh anggota mahkamah agama termasuk anggota Sanhedrin. Lukas memusatkan perhatiannya kepada pengadilan yang terakhir ini, yang bisa dianggap sebagai peneguhan dari hukuman yang sudah dijatuhkan (Matius 27:1).

Setelah pertemuan yang kedua, para prajurit mulai mencemooh Yesus. Kayafas dan semua anggota mahkamah juga mencemooh Yesus dan memukul-Nya dengan penuh rasa marah. Para prajurit menyesah punggung Yesus dengan cambuk terbuat dari julit, dan menghujat-Nya, Dia yang mengetahui semua perkataan yang diucapkan oleh semua manusia yang pernah ada di dunia. Ia bahkan sudah menubuatkan tentang ayam jantan yang akan berkokok untuk memperingatkan Petrus yang akan menyangkali-Nya. Para prajurit menguji Yang Mahatahu itu untuk membuktikan bahwa diri-Nya adalah seorang nabi. Mereka berulangkali memukul wajah Yesus yang penuh kelembutan. Mereka tidak tahu bahwa mereka sedang memukul Anak Allah sendiri. Kristus tidak mengucapkan sepatah katapun, tetapi menahan penderitaan karena serangan manusia yang dikasihi-Nya dan akan selalu dikasihi-Nya. Karena Ia tahu bahwa saatnya belum tiba bagi-Nya untuk menyatakan semua kekejian dan kecemaran dari manusia yang menjadi budak kuasa kegelapan, Ia justru berdia untuk mereka yang mengutuki-Nya. Pagi-pagi sekali, para anggota mahkamah Yahudi, yang beranggotakan tujuh puluh orang, dipanggil oleh Kayafas untuk datang dari Yerusalem dan sekitarnya. Para anggota Sanhedirn itu terdiri dari orang-orang yang berkuasa seperti imam-imam kepala, para ahli teologi Yahudi, para ahli Taurat, orang-orang Farisi, orang-orang Saduki yang liberal, perwakilan dari keluarga-keluarga yang terpandang, dan orang-orang yang dianggap terhormat oleh bangsa itu. Mereka semua bergegas untuk melihat dan menghakimi Guru yang sangat disukai orang, Tabib yang ajaib, dan Orang dari Galilea itu. Pengadilan itu tidak dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan awal, tetapi pertemuan mereka dibuka langsung dengan tuduhan kepada Yesus, sebagaimana yang diajukan oleh Kayafas di malam harinya dan yang diakui oleh Yesus. Mereka menanyakan kepada Yesus, “:Apakah Engkau Mesias?” Ia berdiri di hadapan mereka dalam keadaan terikat, babak belur setelah dipukuli, dicambuk, diludahi, tak berdaya, dan tak bertenaga lagi. Ia nampak sangat memelas. Karena itu mereka tidak berdebat dengan Yesus, karena mereka tidak menganggap Yesus sebagai seorang yang penting, tetapi mereka mau mendengarkan kesaksian yang keluar dari bibir-Nya, bahwa Ia adalah Kristus, dengan tujuan agar mereka bisa langsung menjatuhkan hukuman kepada Yesus.

Tetapi Yesus mengecam ketidakpercayaan mereka, dan meminta mereka percaya kepada perkataan-Nya, karena Ia tahu bahwa para pendengar-Nya itu tidak sedang mencari kebenaran, melainkan sudah memutuskan untuk membinasakan diri-Nya, sementara mereka berpura-pura menjaga keadilan. Kristus bisa saja dengan mudah mempertanyakan pengetahuan mereka akan Kitab Suci, dan membuktikan dari Torah bahwa Ia memang Mesias yang sejati. Tetapi semua itu tidak ada gunanya bagi Dia, karena mereka memang sudah bertekad untuk membunuh-Nya, dan tidak akan melepaskan-Nya.

Kemudian Yesus bangkit, dan memandang mereka dengan tajam. Ia melihat melampaui wajah-wajah kosong mereka, melampaui kematian-Nya di kayu salib, sampai melihat Bapa-Nya dan tahta yang disiapkan bagi Dia di sebelah kanan Bapa, dan kemudian Ia menyaksikan kebenaran kekudusan-Nya di hadapan perwakilan bangsa Israel itu. Semua yang hadir di sana memahami dari Kitab Daniel (pasal 13) bahwa nama “Anak Manusia” menunjuk kepada Anak Allah sendiri, yang sudah diberi kuasa atas segala yang ada di surga dan di atas bumi dan berhak menjatuhkan penghakiman kepada semua manusia. Para ahli itu juga tahu bahwa apa yang disebutkan di dalam Mazmur 110:1 dimana Tuhan mengatakan kepada Tuhan, “Duduklah di sebelah kanan-Ku, dan Aku akan menjadikan musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.” Yesus menggabungkan kedua ayat itu sebagai pembelaan-Nya melawan para hakim itu, dan meminta perwakilan bangsa itu untuk terakhir kalinya agar mereka percaya kepada-Nya, menyembah Dia, dan tunduk kepada-Nya, agar kesaksian-Nya tidak menjadi hukuman dan kebinasaan bagi mereka.

Ketujuh puluh perwakilan bangsa Yahudi itu menjadi sangat murka terhadap Yesus, yang terikat di hadapan mereka, yang berani mengucapkan perkataan itu, tetapi mereka berusaha mengendalikan diri mereka, dan dengan penuh kemarahan serta kebencian mengajukan sebuah pertanyaan yang menjebak yang akan membuat Yesus mengakui kalau Dia adalah Anak Allah, sehingga mereka bisa menghukum-Nya. “Apakah Engkau Anak Allah?” Orang-orang Yahudi tidak biasa menggunakan kata “Allah” dalam percakapan sehari-hari mereka sebagai penghormatan mereka kepada keagungan dari Yang Mahakudus itu, tetapi mereka menyusun pertanyaan mereka dengan menyebut nama Allah secara sangat spesifik dan dengan maksud yang jahat, yang kalau dijawab dengan tegas maka jawaban itu akan bisa diartikan sebagai penghujatan ganda.

Kristus memandang mereka, dan memberikan jawaban yang pasti. Seolah-olah Ia secara langsung mengatakan kepada mereka, “Aku mengatakan kebenaran kepadamu, tetapi kamu tidak percaya kepada-Ku. Aku mengatakan bahwa Aku adalah Anak Allah. Itu benar dan tidak pernah diragukan sejak kekekalan. Aku memiliki hak istimewa untuk menjadi Anak Manusia, dan merendahkan diri-Ku sampai menjadi manusia. Ya! Aku adalah Anak Allah di dalam rupa Anak Manusia. Allah dari Allah. Terang dari Terang. Allah sejati dari Allah sejati. Dilahirkan bukan diciptakan, satu hakekat dengan Bapa.” Yang Mahakuasa adalah Bapa-Ku. Engkau hanyalah makhluk yang fana, tunduk kepada bapa yang lain, yaitu Iblis yang keji.

Mereka dikuasai dengan murka yang sangat dahsyat. Sekarang mereka bisa yakin bahwa Yesus yang berdiri di hadapan mereka adalah seorang penghujat dan penipu gila, dan bahwa mereka hukuman yang akan mereka jatuhkan terhadap-Nya menjadi satu-satunya jalan yang akan menyelamatkan bangsa itu dari murka Allah. Karena itu mereka mengajukan proses tanya-jawab dan kesaksian mereka, karena mereka merasa sudah cukup mendengar penghujatan dari mulut Yesus sendiri: bahwa Allah memiliki anak. Mereka buta, keras hati, dan bodoh, meskipun mereka dianggap sebagai orang-orang yang paling saleh dan paling berbudaya di antara bangsa mereka. Mereka tidak mengenali hukuman Kristus bagi mereka sama sekali.

DOA: Oh Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah Allah sejati dari Allah sejati. Kami menyembah dan bersyukur kepada-Mu, karena Engkau sudah menjadi manusia sejati melalui anak dara Maria, dan menyelamatkan kami dengan kebenaran kasih-Mu. Kami memuliakan Engkau karena kesaksian-Mu di hadapan mahkamah bangsa Yahudi, dan menyerahkan diri kami dengan penuh syukur atas penderitaan-Mu. Ampunilah kami ketika dosa-dosa kami mendukakan hati-Mu, kuduskanlah kami untuk mengikuti Engkau. Bukalah mata banyak orang agar mereka bisa melihat Engkau dan kemuliaan-Mu di sebelah kanan Bapa.

PERTANYAAN 136: Apakah pentingnya pengakuan Kristus tentang diri-Nya di hadapan Sanhedrin?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on May 10, 2017, at 10:42 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)