Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":

Home -- Indonesian -- Lukas -- 108 (Kristus Mendekati Ibukota dan Sambutan yang Penuh Sukacita)

This page in: -- Arabic -- English -- INDONESIAN -- Russian

Previous Lesson -- Next Lesson

LUKAS - Kristus, Juruselamat Dunia
Pelajaran-pelajaran dari Injil Kristus Menurut Lukas

BAGIAN 5 - Kedatangan Kristus dengan Penuh Kemenangan ke Yerusalem (Lukas 19:28-21:38)

1. Kristus Mendekati Ibukota dan Sambutan yang Penuh Sukacita (Lukas 19:28-44)


LUKAS 19:28-40
28 Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. 29 Ketika Ia telah dekat Betfage dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya30 dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu: Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan mendapati seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah ke mari. 31 Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukannya." 32 Lalu pergilah mereka yang disuruh itu, dan mereka mendapati segala sesuatu seperti yang telah dikatakan Yesus. 33 Ketika mereka melepaskan keledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu: "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?" 34 Kata mereka: "Tuhan memerlukannya." 35 Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya. 36 Dan sementara Yesus mengendarai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan. 37 Ketika Ia dekat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat. 38 Kata mereka: "Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!" 39 Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu." 40 Jawab-Nya: "Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.”

Yesus mengerti bahwa kerajaan-Nya akan datang di dalam kemuliaan dan kemenangan, bukan pada saat kedatangan-Nya ke Yerusalem tetapi saat kedatangan-Nya yang kedua kali ke dunia ini. Ia tahu bahwa kedatangan-Nya ke Yerusalem akan mengakibatkan kebencian, penderitaan dan kematian. Akan tetapi, Ia sangat bersedia untuk meneruskan dan menghadapi penderitaan serta mati bagi kita sehingga Ia terus memimpin para pengikut-Nya menuju ke tempat penyaliban-Nya. Kota Yerikho dibangun di lembah Yordan. Kota itu 1000 meter lebih rendah dibandingkan dengan Yerusalem, yang terletak di balik Bukit Zaitun, gunung yang menjulang dengan menara-menara yang tinggi dan lampu-lampu yang berkelap-kelip menyambut para peziarah yang sedang menyeberangi padang pasir untuk mengunjungi “Kota Damai” itu.

Ketika Yesus sampai ke sisi timur Bukit Zaitun, Roh Kudus menggerakkan-Nya untuk menggenai nubuatan di dalam Zakharia 9:9 yang mengatakan bahwa Raja Kemuliaan akan datang ke kora Allah bukan dengan menunggang kuda atau unta atau berjalan kaki, tetapi dengan menaiki seekor keledai. Yesus begitu miskin sehingga Ia tidak memiliki seekor keledai. Karena itu Ia mempercayakan Roh Kudus unguk menyediakan keledai yang cocok bagi-Nya; dan dengan itu dengan itu semua nubuatan mencaai penggenapan sehingga semua orang bisa memahami bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, adil, jaya dan lemah lembut.

Kristus dengan hikmat rohani-Nya sudah melihat anak keledai itu dari jauh. Ia mengutus dua orang murid-Nya dan memerintahkan mereka untuk mengambil keledai itu dan mempersiapkan mereka dengan jawaban kepada sang pemilik agar ia mengijinkan mereka membawa keledainya. Di dalam pernyataan kenabian ini Yesus menyatakan diri-Nya yang sebenarnya, dengan menyebut diri-Nya “Tuhan.” Dia bukan hanya Tuhan, Raja dan Mesias, tetapi juga Allah sendiri. Nama yang bagaikan aliran listrik di dalam pikiran paa utusan-Nya, memberikan keberanian kepada mereka sehingga mereka sungguh-sungguh menyampaikannya dan mengakui bahwa Tuhan sendiri sudah datang kepada umat-Nya di dalam diri Yesus dari Nazaret, yang layak menerima semua pujian dan penyembahan.

Yesus tidak datang sebagai Tuhan yang penuh kesombongan, tetapi dengan penuh kerendaha hati dan kelemah-lembutan. Ia menyimpulkan makna kedua hal itu dengan mengatakan, “Tuhan memerlukannya.” Sebenarnya, tentu saja Tuhan sama sekali tidak membutuhkan apapun, karena Dia sudah mengosongkan diri-Nya, dan menjadi penuh kerendahan hati, ketika Ia menjadi manusia di dunia ini. Di dalam kasih-Nya, Ia sudah menjadi begitu miskin sehingga Ia tidak memiliki uang, rumah atau binatang peliharaan. Jadi Ia mau menunjukkan kepada kita bahwa kemuliaan Ilahi itu tidak dinyatakan di dalam kemegahan, uang dan bangunan yang megah, tetapi di dalam kasih, kekudusan dan kedaulatan rohani.

Dalam pernyataan yang sangat menarik ini, Kristus mengakui bahwa Ia tidak berencana masuk ke Ibukota sebagai seorang manusia biasa, tetapi Ia menuntut penyerahan, ketaatan dan penyembahan, meski Ia sendiri miskin dan dianggap rendah.

Dua orang murid memberikan kesaksian akan penyerahan diri yang sempurna kepada Tuhan, karena setelah mereka membawa keledai itu, mereka menanggalkan jubah mereka dan menghamparkannya di jalan yang akan dilalui oleh Kristus, sebagai tanda ketundukkan mereka kepada Tuhan di atas segala tuhan, menunjukkan kesiapan mereka untuk melebarkan jalan Tuhan dengan pengorbanan diri mereka bagi kemuliaan kuasa Allah. Para pengikut-Nya melihat masa-masa yang sangat penting itu. Mereka juga ikut mengambil bagian di dalam tanda penyerahan diri yang sangat luar biasa ini, menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada Yesus Tuhan. Mereka datang satu demi satu dan menghamparkan pakaian mereka, agar rombongan yang menyertai Tuhan bisa berjalan melaluinya, sampai mereka tiba di puncak Bukit Zaitun, dimana kota suci itu tampak sepenuhnya dengan menara-menara keemasannya, tembok-tembok besar dan pelataran yang luas dimana berdiri Bait Suci, Rumah Allah.

Ketika mereka melihat keseluruhan kemegahan kota itu, orang banyak mulai menyanyikan pujian dan berseru dengan sekuat tenaga untuk kedatangan sang Raja yang sedang menuruni lembah Kidron, yang memisahkan Bukit Zaitun dengan kota suci itu. Para peziarah datang berbondong-bondong bergabung dengan rombongan Yesus, menyanyikan mazmur dan pujian, memuji Allah atas semua mujizat yang dilakukan oleh Yesus, mengakui bahwa mujizat itu adalah pernyataan dari kuasa dai Raja yang sedang datang itu, dan bersyukur kepada Allah atas berkat dan perkenanan-Nya.

Saudara yang terkasih, sudahkah anda mengambil bagian di dalam prosesi sukacita dan pujian itu? Berapa banyak mujizat di dalam Kitab Suci dan ayat-ayat Alkitab yang sudah anda hafalkan dan yang bisa anda sampaikan kepada sahabat-sahabat serta mereka yang mengkritik iman anda? Berapa banyak mujizat yang pernah anda alami sendiri di dalam kehidupan anda, pada saat Yesus masuk ke dalam kehidupan anda, mengubahkan serta memenuhi kehidupan anda dengan berkat-berkat, dan Ia menjadi Tuhan atas hidup anda? Apakah anda memuji Allah atas kedatangan Anak-Nya, atau apakah hati anda masih berdiam diri, mulut anda masih terkatup dan pikiran anda dilumpuhkan meski anda sudah merasakan kasih Allah di dunia yang penuh dengan kebencian dan kematian ini?

Kemudian Roh Kudus menuntun orang-orang yang menyanyi dan memuji Allah itu untuk memulainya dengan pujian penerimaan yang digubah untuk menyambut kedatangan raja ke kotaraja. Mereka mengetahui bahwa Yesus bukan hanya datang atas nama-Nya sendiri, tetapi juga atas nama Bapa surgawi-Nya, dan bahwa segala kuasa, kebaikan dan keadilan Roh Kudus berdiam di dalam diri Orang Nazaret itu. Sukacita perkenanan surgawi menyebar ke seluruh dunia yang sudah lelah dengan perang, dan kemuliaan Allah sekali lagi berdiam di Yerusalem.

Yesus tidak menolak atau menghentikan sambutan pujian itu, yang memang dinyanyikan dengan begitu jelas. Yesus tidak menolak gelar kerajaan yang diberikan di dalam pujian itu, tetapi Ia masuk ke kotaraja sebagai Penguasa dan Tuan. Tetapi ketika beberapa orang Farisi yang menyertai proses penuh sukacita itu mendengar gelar-gelar kekudusan yang dikenakan kepada Yesus, mereka menjadi gelisah, takut dan marah. Mereka berpikir tentang kuasa penjajah yang siap untuk selalu menyerang dan menindas setiap ada upaya sekecil apapun untuk memunculkan seorang raja baru atas bangsa itu. Karena itu orang-orang Farisi menjadi sangat marah karena Yesus menerima pujian pengagungan itu. Dengan tegas mereka memerintahkan agar Yesus menyuruh orang banyak itu diam, dan menolak semua gelar Ilahi yang mereka serukan, tetapi Kristus menjawab dengan pernyataan yang sangat tegas, bahwa kalau orang-orang percaya yang sederhana tidak menaikkan pujian pengagungan itu, maka batu-batu yang akan menyerukannya, karena sang Pencipta yang akan menggerakkan mereka.

DOA: O Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Tuhan, Raja, dan Juruselamat kami dan layak menerima semua penyembahan kami. Hamba menyerahkan hidup hamba sepenuhnya kepada-Mu sekarang dan sampai selamanya. Terimalah dan kuduskanlah hamba, karena hamba manusia berdosa. Peliharalah hamba di dalam nama-Mu sehingga hamba bisa tetap setia kepada-Mu, dan tidak jatuh di masa-masa pencobaan yang berat.

PERTANYAAN 117: Bagaimanakah Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan, dan Raja Ilahi?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on May 09, 2017, at 02:10 PM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)