Waters of LifeBiblical Studies in Multiple Languages |
|
Home Bible Treasures Afrikaans |
Home -- Indonesian -- Acts - 054 (Beginning of Preaching to the Gentiles)
This page in: -- Albanian -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Cebuano -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Greek -- Hausa -- Igbo -- INDONESIAN -- Portuguese -- Russian -- Serbian -- Somali -- Spanish -- Tamil -- Telugu -- Turkish -- Urdu? -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba
Previous Lesson -- Next Lesson KISAH PARA RASUL - Mengiringi Pawai Kemenangan Kristus
Pendalaman Alkitab Kisah Para Rasul
BAGIAN 1 - PENDIRIAN GEREJA YESUS KRISTUS DI YERUSALEM, YUDEA, SAMARIA, DAN SYRIA - Melalui Rasul Petrus, Dibawah Tuntunan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1 - 12)
B - Perkembangan injil keselamatan ke Samaria dan Siria, dan awal pertobatan Orang-prang bukan yahudi (Kisah Para Rasul 8 - 12)
9. Permulaan Pemberitaan Kepada Orang-orang bukan Yahudi Melalui Percakapan dengan Kornelius sang Perwira (Kisah Para Rasul 10:1 - 11:18)KISAH PARA RASUL 10:17-33 Allah bukanlah filsuf, yang merangkai berbagai pemikiran yang jauh dari kebenaran. Ketika Allah berbicara kepada Petrus saat Petrus tidak sadar, para hamba Kornelius, perwira pasukan itu, sudah dalam perjalanan mendatanginya. Mereka mencari rumah Simon, sang penyamak kulit, dan langsung bisa menemukannya, karena adanya bau kulit yang sangat tajam. Ketika mereka sampai mereka bertanya kepada Simon tentang tamunya, hamba Allah itu. Petrus, saat itu, masih sedang mempertimbangkan apa arti dari penglihatan yang tidak bisa dipahaminya. Ketika sedang menggosok matanya, ia mendengar ada orang yang memanggilnya dari jalan. Ketika masih dalam pengaruh surgawi Petrus melihat ada prajurit di hadapannya, dan yang pertama kali terbersit di dalam pikirannya adalah bahwa saatnya sudah tiba baginya untuk ditangkap dan masuk penjara. Roh Kudus berbicara kepada rasul yang paling berani itu, “Bukalah matamu dan lihatlah bagaimana visi dari Allah itu akan segera menjadi kenyataan. Allah menyertai orang-orang yang tidak tahir itu, dan sedang memanggil mereka untuk datang kepada-Nya. Lihatlah, Petrus, aku mengutus engkau kepada orang-orang bukan Yahudi. Jangan menganggap mereka najis, karena Aku mengasihi mereka, dan Aku sudah membasuh mereka.” Petrus tidak melarikan diri dari para prajurit itu, tetapi taat kepada suara Allah. Ia menemui prajurit-prajurit Romawi itu, bebas dari kekuatiran atau ketakutan. Ia memperkenalkan diri kepada mereka dan menanyakan alasan kedatangan mereka. Mereka mengatakan bahwa malaikat yang terang menyilaukan sudah menampakkan diri kepada Kornelius, seorang perwira yang saleh, yang dengan setia memberikan sedekah kepada orang-orang yang setia kepada Perjanjian Lama. Kornelius sudah mengutus mereka untuk meminta agar Petrus datang ke rumahnya sehingga ia bisa mendengar firman Ilahi darinya. Ketika Petrus mendengar hal itu,ia mengundang mereka masuk rumah, tanpa takut akan melanggar hukum Taurat, dan menerima mereka menginap selama satu malam. Ia berlutut dan berdoa kepada Allah, meminta petunjuk-Nya, karena ia belum yakin apakah yang dikehendaki Kristus untuk dilakukan olehnya dan kata-kata apa yang akan disampaikannya kepada Kornelius, yang bukan Yahudi. Ia hanya memahami bahwa Allah dengan cara-Nya sendiri sedang meruntuhkan hambatan karena hukum dengan memberikan kepadanya visi sampai tiga kali. Sebagaimana Kornelius dengan taat tunduk kepada tuntunan Allah, demikian juga Petrus tunduk kepada tuntunan Roh Kudus, meski di dalam hatinya, ia masih terikat oleh tradisi Yahudi. Keesokan harinya ia memulai perjalanannya menyusuri pesisir Palestina, berjalan ke selatan dan timur dan akhirnya sampai di Kaisarea. Petrus sudah meminta beberapa orang saudara untuk menyertainya sebagai saksi. Ia merasakan adanya sesuatu yang akan melampaui pemahamannya. Sang rasul tidak ingin mengalami kebenaran Ilahi ini sendirian dan ia mengundang beberapa orang saksi, yang nantinya akan menjelaskan tentang rancangan Kristus melalui kesaksian pribadi. Setelah berjalan satu hari maka rombongan itu mencapai tujuannya di Kaisarea keesokan paginya. Sang perwira itu sudah memperkirakan hari kedatangan Petrus, karena ia yakin bahwa sang rasul itu pasti dan dengan segera akan taat kepada suara Kristus. Ia mengundang sahabat-sahabat dan kerabatnya untuk datang, yang kemudian datang dengan pakaian yang sangat rapi. Mereka duduk bersama di dalam doa, menanti dengan penuh harapan akan peristiwa yang segera terjadi. Ketika Petrus sampai di sana Kornelius tidak melihat seorang malaikat yang bersinar terang, atau seorang filsuf yang sangat berwibawa, atau seorang rasul dengan lingkaran suci di atas kepalanya. Yang datang adalah seorang nelayan yang sederhana. Meski demikian, sang perwira itu maju untuk menyembah dia, karena ia tahu bahwa Allah menuntut ketundukan yang penuh. Penyembahan yang dilakukan Kornelius terhadap Petrus adalah sebuah pernyataan penghargaannya kepada Allah, yang dinyatakan di dalam penghormatannya kepada duta yang diutus oleh Yang Mahatinggi. Akan tetapi, Petrus menolak semua penghormatan yang diberikan kepadanya. Kata-kata pertamanya kepada perwira itu adalah, “Bangunlah. Bangunlah dengan segera karena aku bukan tuhan, tetapi manusia biasa sepertimu.” Inilah prinsip dari semua utusan Kristus, untuk semua pendeta dan bahkan uskup sekalipun. Tidak ada manusia yang layak menerima sembah, karena kita semua hanyalah orang-orang berdosa yang dibenarkan. Petrus tidak lupa akan kehidupannya semula sebagai nelayan yang keras, rusak, sumpah serapah, dan pendusta. Tuhan, bagaimapun, sudah menunjukkan belas kasihan kepadanya, dan sudah memerintahkannya untuk berbicara kepada bangsanya dan di hadapan Mahkamah Agama Yahudi. Sekarang Allah mengutusnya untuk berbicara di antara orang bukan Yahudi. Ia melarang Kornelius menganggapnya sebagai tuhan dan memuliakan dia. Setelah pembicaraan singkat, keduanya masuk ke dalam rumah, dimana orang banyak di sana menantikan, mengharapkan ada mujizat Ilahi dari tangan sang rasul. Ada banyak orang yang berkumpul di dalam ruangan itu—semua orang-orang bukan Yahudi, yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi. Petrus mengalahkan perasaan di dalam hatinya yang membenci orang-orang yang hadir di sana. Ia menjelaskan kepada mereka di depan bahwa orang-orang Yahudi menganggap tabu bagi orang Yahudi untuk bergaul atau mengunjungi orang-orang dari bangsa lain. Akan tetapi, ia sudah menerima perintah baru dari Allah, yang mengatakan bahwa ia jangan sampai menganggap ada orang yang najis atau yang tidak haram. Petrus masih belum sungguh-sungguh memahami apa yang sedang dikatakan dan dilakukannya sendiri, meski akhirnya ia duduk bersama dengan mereka. Pemikiran untuk memberitakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi merupakan pemikiran yang aneh dan tidak bisa dipahami oleh orang Kristen berlatar belakang Yahudi itu. Ia bertanya kepada mereka yang hadir tentang apa yang mereka inginkan dari dirinya. Mereka sangat terkejut, karena hamba Allah ini berusaha mendengarkan apa yang mereka pikirkan. Lalu Kornelius mulai berbicara. Ia menceritakan kembali perjumpaannya dengan malaikat empat hari sebelumnya, dan menambahkan dengan sebuah pernyataan yang sangat hebat, “Sekarang kami semua sudah hadir di sini di hadapan Allah untuk mendengarkan apa yang ditugaskan Allah kepadamu.” Ini adalah pertanyaan yang sama yang harus anda hadapi – dari murid anda, tetangga anda, sahabat anda: Bagaimana dengan kesaksianmu? Apa yang engkau pahami tentang Allah? Apakah engkau memiliki berita yang akan disampaikan? Atau apakah engkau akan diam saja seperti ikan? Sudahkah engkau mengalami atau merasakan sesuatu tentang Allah? Kalau pernah, katakanlah kepada kami, dan jangan hanya berdiam diri. DOA: Oh Tuhan Yesus Kristus, hati kami lambat untuk memahami, dan pikiran kami keras serta bodoh. Bukalah mata kami untuk melihat semua orang yang merindukan kesaksian keselamatan yang dari-Mu. Ajarkanlah kami untuk taat kepada perintah Roh Kudus, sehingga kami bisa menemukan orang-orang yang lapar akan kebenaran dan berusaha menolong mereka untuk dipenuhi dengan keselamatan yang dari-Mu. PERTANYAAN:
|