Waters of LifeBiblical Studies in Multiple Languages |
|
Home Bible Treasures Afrikaans |
Home -- Indonesian -- Do we Know the Holy Spirit? -- The Holy Spirit and the Apostles of Christ
TOPIK 1: Apakah Kita Mengenal Roh Kudus?
Short explanations to 335 Bible texts that speak of the Holy Spirit
III. Roh Kudus dan Para Rasul Yesus Kristus
4. Roh Kudus di dalam Surat-Surat Paulus yang Panjang(dituliskan antara tahun 55-56 Masehi) Dari 1 Korintus1 Korintus 1:1-3 Paulus, rasul Kristus, dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus sesuai dengan kehendak Allah Bapa, dan menuliskan surat ini bersama dengan Sostenes, salah satu mantan pemimpin sinagoge di Korintus. Karena imannya kepada Yesus ini, ia sering dianiaya oleh orang-orang Yahudi yang fanatik (Kisah Para Rasul 18:17). Kedua orang itu menuliskan surat ini kepada jemaat yang ada di kota pelabuhan Korintus. Mereka menyebut penerima surat ini sebagai jemaat Allah di Korintus, dan menjelaskan anggota di sana sebagai orang-orang yang sudah dikuduskan melalui darah Kristus dan yang sudah mengalami Roh Kudus. Mereka sudah menjadi kokoh di dalam Kristus dan bisa disebut sebagai orang-orang kudus. Mereka mengangkat masalah mereka kepada Yesus di dalam doa dan hidup dalam persekutuan rohani dengan Dia. Dalam pemahaman ini, anugerah dan pengampunan serta damai sejahtera Roh Kudus dijanjikan kepada mereka, baik dari Allah Bapa kita, dan juga dari Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat kita. Roh Kudus dan “Kasih akan Hikmat”1 Korintus 2:3-16 Jemaat di Korintus, yang bekerja di pelabuhan dan sebagai pedagang, merasa rendah diri dibandingkan dengan kemegahan Athena, kota di mana banyak filsuf terkenal tinggal di sana, yang menyukai dan mempraktekkan hikmat dan pengetahuan. Karena itu, di Korintus, para pembicara dan pengkhotbah juga diuji dengan ukuran latihan filsafat yang mereka jalani. Paulus, yang pernah diolok-olok do Athena (Kisah Para Rasul 17:16-33), datang ke Korintus “dengan sangat takut dan gentar,” karena ia tidak mengajarkan hikmat manusia, tetapi tentang kebangkitan dari Yesus yang tersalib itu dari kematian-Nya. Ia memberitakan kuasa Roh Kudus untuk menjadi berkat yang mengalir dari korban pendamaian itu. Paulus memberitakan kepada jemaat di Korintus tentang hikmat Allah, yang lebih besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan semua akal budi kita. Ia membandingkan, dengan memakai bahasa yang sederhana, dan tanpa kefasihan berbicara, antara hikmat manusia dengan kemuliaan Allah yang tak terselami. Kemuliaan Allah ini, di dalam terang cahaya Anak-Nya, yang pernah membutakan Paulus dalam perjalanannya ke Damsyik. Ia dan jemaat, sudah sama-sama mengambil bagian di dalam kemuliaan ini melalui karunia Roh Kudus. Roh ini adalah maha tahu dan menyelidiki bahkan sampai kepada isi hati Allah. Sang rasul kepada bangsa-bangsa itu meyakinkan orang-orang percaya yang berhikmat di Korintus bahwa, melalui penerimaan mereka akan Roh Kudus, mereka sudah ditarik ke dalam hikmat dan kemuliaan Allah. Namun, hal ini hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang berpikiran rohani, yaitu mereka, yang sebagai orang-orang yang sudah dilahirkan kembali, sudah menerima dan memahami pikiran Allah. Pemahaman manusia tidak bisa, di dalam kekuatannya sendiri, memahami kenyataan-kenyataan rohani, bahkan ketika pemahaman itu berada di antara para filsuf yang terkenal (Matius 11:25-30). Mereka mungkin adalah orang-orang yang sering tersenyum dan mencibir orang-orang yang dianggap bodoh. Tetapi, iman di dalam Kristus sudah membuat orang-orang yang dianggap bodoh itu sebagai orang-orang berhikmat, dan orang-orang yang dianggap berhikmat menjadi orang-orang bodoh, karena barangsiapa membuka dirinya kepada Roh Kristus akan menerima pikiran Tuhan—sebuah perspektif yang kekal! 1 KORINTUS 3:1 Karena jemaat di Korintus berulangkali melirik kepada hikmat orang-orang Athena, Paulus harus, sekali lagi, menjelaskan kembali dasar-dasar iman kepada mereka. Mereka sudah datang kepada iman di dalam Kristus, karena Paulus sudah memanggil mereka sebagai saudara-saudara. Akan tetapi, kulit ari kefasihan pemikiran humanistis masih menyelimuti mereka, dan harus dikerat. Mereka belum sampai kepada kedewasaan di dalam Kristus, dan masih seperti anak-anak di bawah umur yang mencari-cari pujian manusia. 1 KORINTUS 3:16-17 Apolos, sang penginjil yang fasih lidah dari Mesir, memukau banyak anggota jemaat di Korintus, sehingga mereka menyatakan diri sebagai pengikutnya. Orang-orang lain masih tetap setia kepada Paulus. Namun, Paulus menjadi sangat gusar akan hal ini, dan mengecam kebergantungan dari orang-orang percaya ini kepada manusia. Mereka yang disebut sebagai hamba-hamba Kristus pada dasarnya hanyalah para rekan sekerja Allah di dalam pembangunan Bait-Nya yang baru, dimana di dalamnya Ia akan berdiam sampai selamanya. Hanya Allah saja yang layak menerima penghormatan dari jemaat, dan bukannya manusia. Di dalam jaman dan masa kita ini, pembicaraan yang berkembang adalah mengenai pembangunan bait Suci yang ketiga di Yerusalem. Namun, kita tidak memahami bahwa rancangan bangunan yang terbuat dari batu itu sudah tidak diperlukan lagi. Bangunan itu akan menjadi tidak berguna, karena Bapa, Anak dan Roh Kudus sudah sama-sama berdiam di dalam Bait Suci yaitu jemaat-Nya. Mungkin uang yang disumbangkan untuk membuat kubah, katedral, karya-karya seni dan berbagai monumen kemegahan lainnya lebih baik disumbangkan kepada gereja-gereja yang kecil di Asia dan Afrika, yang seringkali keberadaannya sangat susah payah karena berada di bawah garis kemiskinan. Yesus dan Paulus tidak membangun gedung gereja, tetapi memakai semua energi mereka untuk membangun bait rohani – yaitu jemaat. Barangsiapa yang mengganggu gereja, melalui kesombongannya atau keinginannya untuk berkuasa, atau barangsiapa yang membawa teologi yang tidak Alkitabiah atau kritik tinggi akan Firman Allah, sedang mencemarkan bait rohani Allah. Orang ini akan menjadi orang yang pertama dihukum oleh Allah. Selama gereja itu menjadi bait Allah, maka ia tetap kudus. Semua orang yang baru mengikut Kristus dipanggil untuk menjadi batu yang membangun bangunan rohani di dalam Dia. Semua orang dipanggil untuk menguji dirinya sendiri, apakah ia sudah menjadi bagian dari bangunan itu, atau apakah ia masih tergeletak terserak sebagai batu yang belum diasah. 1 KORINTUS 4:20-21 Pelayanan Apolos yang fasih lidah itu sudah memunculkan kebingungan di antara jemaat Korintus. Bayangan lama tentang seorang pengkhotbah yang tampil di depan, penuh dengan hikmat yang luar biasa, mulai muncul kembali. Paulus menjelaskan kembali kepada mereka yang merindukan pidato yang hebat demikian bahwa rahasia untuk jemaat yang hidup di dalam Kerajaan Allah bukanlah terletak kepada kata-kata yang kedengaran sangat menarik atau kepada contoh-contoh yang mengesankan, tetapi di dalam kuasa Roh Kudus. Doa yang dinaikkan sebelum dan setelah khotbah sama pentingnya dengan khotbah itu sendiri. Bagaimana mungkin seorang pengkhotbah bisa menyatakan kehadiran Roh Kudus, kalau ia sendiri belum pernah mengalami dan belum mengenal siapakah Roh Kudus itu sendiri? Masalah-Masalah Gereja di Korintus1 KORINTUS 5:1-5 Setiap kali pengajaran Alkitab mengenai iman yang benar dicampuri oleh ide-ide atau prinsip-prinsip yang lain, dengan segera akan muncul penyimpangan yang menyesatkan. Antusiasme yang buta dan masalah sering datangnya bersamaan. Seorang anak di Korintus hidup bersama dengan istri ayahnya, ibu tirinya, yang menjadi kehebohan bahkan di kalangan orang-orang kafir. Namun gereja tidak meluangkan energi untuk menegurnya, apalagi memberikan hukuman kepada pemuda itu. Mereka terus ada dalam hawa nafsu mereka, tanpa peduli bahwa yang mereka lakukan itu salah. Paulus, yang terus menerus berdoa untuk jemaat yang bermasalah itu dan yang menyertai mereka di dalam rohnya, sudah menetapkan akan mengeluarkan pezinah itu dari gereja kalau ia tidak langsung bertobat dan meninggalkan dosanya. Kita membaca mengenai menyerahkan pendosa itu kepada Iblis untuk diberi laknat berupa penyakit dan bahkan kematian kalau ia tetap tidak mau berubah. Harapannya adalah bahwa masalah di tubuhnya dan penyakit itu akan membawanya kepada pertobatan. Naungan perlindungan dari Kristus haruslah dikejar untuk diraih oleh orang-orang berdosa yang berkanjang dalam dosanya. Tindakan gereja mendisiplin jemaat itu dibangun di atas tiga tiang utama: 1) pertemuan dari para pemimpin jemaat di dalam nama Yesus, 2) keputusan mereka yang bulat setelah didahului dengan doa, dan 3) kuasa Yesus Kristus (Matius 18:15-20; Wahyu 2:21-23). 1 KORINTUS 6:9-11 Kota pelabuhan Korintus itu sangat terkenal pada jamannya karena adanya kuil penyembahan dewi cinta, “Aphrodite.” 1000 kuil pelacuran bakti (Hieroduli) didirikan, dimana hamba-hamba perempuan yang dikhususkan, siap melayani orang yang menyembah di sana. Kerakusan dan kecemaran dalam segala bentuknya tidak dianggap sebagai pelanggaran di kota ini. Paulus menyerang roh kegelapan di kota ini secara langsung, dan mendaftarkan bentuk-bentuk dosa yang ada satu demi satu. Ia mau memastikan anggota jemaat memahami bahwa barangsiapa jatuh ke dalam kenajisan moral dan tenggelam ke dalamnya tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah. Pada saat yang sama, sang rasul bersyukur kepada Yesus Kristus bahwa Ia sudah memerdekakan beberapa di antara anggota jemaat di sana dari keterikatan itu. Dengan tiga cara, ia bersaksi kepada mereka bahwa mereka sudah sepenuhnya dibasuhkan, disucikan dan dibenarkan melalui nama Yesus Kristus, dan juga melalui Roh Allah kita. Kuasa dosa itu besar, namun kuasa kasih karunia itu jauh lebih besar dan membawa kepada kemerdekaan yang sejati. Nama Kristus dan Roh Kudus di jaman pornografi seperti sekarang ini bisa meredakan penculikan anak-anak, dan pengesahan homoseksual, mematahkan rantai dosa yang sudah mengikat, sehingga mereka yang terbelenggu olehnya bisa dibebaskan. 1 KORINTUS 6:16-19 Poligami dan percabulan masih ada sampai jaman ini juga, dan di beberapa agama, menjadi bagian dari praktek keagamaan, yang dimaksud untuk meredakan ketegangan. Namun, Paulus menetapkan tatanan penciptaan Alkitabiah sebagai standar yang dipakai untuk mengukur seluruh tindakan kecemaran jemaat di Korintus. Barangsiapa memasuki perkawinan dengan seorang perempuan maka ia menjadi satu dengannya (Kejadian 2:24). Paulus mengembangkan rahasia ini sampai kepada hubungan kita dengan Allah: barangsiapa terikat di dalam iman kepada Tuhan adalah satu roh dengan Dia! Komponen iman ini melampaui pemahaman kita! Barangsiapa dengan iman percaya kepada Yesus menjadi satu dengan-Nya melalui Roh Kudus – sebuah kesatuan yang sah, dengan kesatuan di dalam tindakan dan keberadaan. Tuhan menghendaki untuk memeteraikan kita dengan gambaran-Nya dan bekerja melalui kita. Ia mengasihi kita, sehingga kita bisa mengasihi Dia. Dengan memakai standar rohani untuk kehidupan, Paulus memerintahkan agar jemaat Korintus menjauhkan diri dari semua bentuk percabulan yang biasa dilakukan di sana. Kecemaran seksual, perzinahan, seks sesama jenis, adalah dosa-dosa terhadap tubuh orang itu sendiri, dan cepat atau lambat akan merusak tubuh, jiwa dan rohnya sendiri! Paulus menambahkan kepada pernyataan sebelumnya mengenai Bait Roh Kudus: Roh Kasih karunia ini sudah diam di dalam tubuh kita. Dia ada bersama-sama dengan kita, dan sampai kekal menjadi karunia yang diberikan oleh Allah kepada kita. Karena itu, kita tidak lagi menjadi milik diri kita sendiri, tetapi milik Dia yang sudah menebus kita. Roh-Nya adalah kuasa yang menolong kita. Darah-Nya membasuhkan kita dari segala dosa kita (1 Yohanes 1:7-10). 1 KORINTUS 7:34 Paulus menghendaki kedatangan kembali Kristus segera terjadi. Pikiran mengenai perkawinan, mengumpulkan uang, atau membangun rumah nampaknya tidak terlalu penting baginya. Semua kekuatan, uang, dan pikiran harus dipakai untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan, dan mengembangkan kerajaan-Nya. Karena itu, ia, rasul kepada bangsa-bangsa, menasehatkan agar para perempuan yang tidak bersuami untuk hidup di dalam kekudusan secara tubuh, jiwa dan roh, dengan sepenuhnya menyerahkan diri kepada pelayanan bagi Tuhan yang dimuliakan. Dengan itu, mereka tidak akan dibebani dengan berbagai masalah keluarga. Namun, perkawinan juga merupakan ketetapan dari Allah. Dorongan seks juga merupakan karunia dari sang Pencipta untuk menjadikan kita bertanggungjawab. Pada awalnya seks itu tidak najis atau cemar. Tetapi sejak manusia memberontak terhadap Allah, potensi penciptaan di dalam diri laki-laki dan perempuan sudah ditarik ke dalam ranah dosa. Hanya di dalam persekutuan dengan Kristus saja hubungan antara laki-laki dengan isterinya diubahkan menjadi kasih yang melayani. Kata PERKAWINAN mengandung pemahaman bahwa TUHAN, setiap kali Ia berdiri di tengah-tengah dua orang yang egois, bisa menyatukan pasangan-pasangan yang menikah itu di dalam kasih karunia. Ketika hal itu terjadi, perkawinan bisa menjadi sebuah taman firdaus kecil, yang akan terus berkembang sampai masa tua. 1 KORINTUS 7:39-40 Perkawinan harus diteguhkan juga di surga. Keinginan dari seorang duda atau seorang janda untuk menikah kembali bukan, terutama sekali, karena tujuan mengusir kesepian. Namun, persekutuan di antara keduanya haruslah dilakukan untuk bisa melayani Tuhan secara bersama-sama. Apakah kawin atau tidak kawin, kita harus hidup bagi Tuhan, dan bukan untuk diri kita sendiri. Orang yang kawin atau yang tidak kawin tidak menjadi baik dari dirinya sendiri, dan tidak ada yang lebih baik dibandingkan orang-orang lain. Hanya ketaatan kepada tuntunan Roh Allah saja yang akan mendatangkan berkat dan penggenapan bagi kehidupan. Untuk beberapa janda dan duda, menikah lagi bisa menjadi sebuah beban, apalagi jika hati mereka secara tidak sadar, namun juga dengan sangat kritis, mengukur pasangan baru mereka itu dengan pasangan mereka yang sudah meninggal. Berkaitan dengan semua perkataan nasehat penggembalaan ini, Paulus menempatkan Roh Allah yang selalu hadir dan senantiasa bekerja, sebagai patokan yang utama. 1 KORINTUS 9:9-12 Para gembala, pengkhotbah, penginjil, atau pejabat gereja yang melayani penuh waktu tidak sedang disamakan dengan lembu di dalam bagian ini, meski mereka memang seringkali harus menarik beban yang sangat berat. Sebagai rasul yang tidak menikah dan banyak mengadakan perjalanan, Paulus menafkahi dirinya sendiri dan bagi rekan-rekan sekerjanya melalui keahlian yang sudah dikuasainya. Namun, meski demikian, ia tidak mengabaikan pelayanannya memberitakan Injil, memberikan nasehat kepada pribadi-pribadi, dan berdoa. Beban yang terus harus dipikul itu bukanlah beban yang bisa ditanggung oleh setiap hamba Tuhan dengan kekuatan tubuh atau mentalnya sendiri. Karena itu, Alkitab memberikan pernyataan bahwa orang yang melayani dengan setia juga memiliki hak, tanpa dihina atau dicemooh, untuk secara pantas didukung oleh orang-orang yang dilayaninya secara rohani. 1 KORINTUS 10:1-6 Sang rasul kepada bangsa-bangsa itu menyatakan kepada orang-orang Kristen Yahudi, dan juga kepada orang-orang percaya dari berbagai bangsa, tentang pekerjaan Allah yang besar yang dilakukan di masa Perjanjian yang Lama. Ia menghubungkan semua peristiwa itu kepada Perjanjian Baru, bukan supaya orang-orang percaya bisa bermegah atasnya, tetapi agar mereka tetap waspada. Ia menjelaskan peristiwa perjalanan dari orang-orang yang melarikan diri dari Mesir melalui Laut Merah dan kehidupan mereka di bawah perlindungan tiang awan yang mendahului mereka sebagai baptisan menjadi pengikut Musa, dan juga kepada tanggungjawab mereka untuk mentaati hukum Taurat. Kemudian, seluruh bangsa itu sudah makan manna dan burung puyuh di padang gurun dan meminum air dari batu Karang itu. Pada saat yang sama, semua karunia dari Allah itu menjadi makanan rohani bagi mereka, karena bahkan saat itu, mereka sudah hidup di dalam keajaiban kasih karunia “di dalam Kristus!” Namun demikian, kebanyakan dari mereka ditewaskan oleh murka Allah karena ketidaktaatan kepada-Nya. Dengan kisah-kisah sejarah sebagai contoh itu, Paulus ingin memberikan peringatan kepada jemaat di Korintus. Mereka tidak boleh berpura-pura dalam persandaran kepada baptisan atau kepada Perjamuan Tuhan sementara pada saat yang sama terus berkanjang di dalam dosa. Karena, mereka bisa saja terjatuh dari kasih karunia dan kemudian hidup di bawah murka Allah. Karunia-Karunia Roh Kudus1 KORINTUS 12:1-3 Pasal ini, yang berbicara mengenai karunia-karunia Roh Kudus, dimulai dengan sebuah peringatan yang sangat jelas. Dalam berbagai agama juga ada orang yang berbicara dalam suara yang aneh, atau dalam kata-kata dari bahasa yang tidak dikenal. Apabila di dalam jemaat ada di antara yang hadir berbicara dalam suara yang asing, akan ditentukan oleh Roh Kudus tentang roh apa yang sebenarnya berbicara itu. Tidak ada roh najis yang bisa mengatakan bahwa Yesus adalah TUHAN! Nama Yesus adalah kudus dan penuh dengan kuasa. Sahabat dan kerabat kita tidak akan bisa mengenal Kristus atau mengakui keilahian Kristus kalau Roh Kudus tidak berdiam di dalam kehidupan mereka. Berbicara dalam bahasa roh tidak selalu merupakan tanda Kekristenan. Tetapi ketika seseorang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, Rohnya memang berasal dari Allah. 1 KORINTUS 12:4-6 Setelah pendahuluannya, Paulus menjelaskan bahwa semua karunia yang berfungsi di dalam jemaat muncul dari Roh yang satu dan sama. Semua jabatan di dalam gereja ada di bawah kewenangan Yesus, Tuhan atas gereja. Kekuatan-kekuatan yang berbeda di dalam gereja juga berasal dari Allah, yang nama-Nya dalam bahasa Semit, “El”, berarti kekuatan dan kekuasaan. Ia adalah sumber utama dari semua kekuasaan yang atasnya semua kekuatan yang lain dibangun. Dengan semua pertimbangan ini sang rasul ingin menunjukkan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus, sebagai satu kesatuan rohani, semuanya terlibat di dalam membangun dan mengarahkan gereja. Allah kita itu satu, meskipun Ia menyatakan diri dalam tiga Pribadi. Hal yang demikian bukanlah sesuatu yang dinalar dengan logika, tetapi dengan roh. Di dalam kasih dan kerendahan hati ketiga-Nya ada dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Namun, kita, sebagai makhluk yang fana, mendapatkan hak istimewa untuk ikut masuk ke dalam kesatuan ini oleh kasih karunia (Yohanes 17:20-26). 1 KORINTUS 12:7-11 Dari sejak awal, rasul yang diberi karunia roh itu memberikan jaminan bahwa karunia-karunia pribadi itu bukanlah untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk seluruh jemaat. Tidak ada yang boleh merasa dirinya lebih hebat atau lebih penting dibandingkan semua orang lain. Semakin berarti seseorang, semakin ia harus siap untuk menjadi hamba bagi orang-orang lain. Dengan demikian, dia yang terbesar harus bisa sungguh-sungguh menunjukkan bahwa dialah yang paling kecil! Paulus mendaftarkan sembilan karunia Roh yang ada di dalam gereja: Hikmat, pengetahuan, iman (atau kesetiaan), karunia kesembuhan, karunia mengadakan mujizat di dalam kehidupan praktis, nubuat, membedakan roh, berbicara dalam berbagai bahasa, dan menafsirkan (atau menerjemahkan) bahasa-bahasa itu. Semua karunia itu kudus, karena semuanya berasal dari Roh Kudus. Kemungkinan pencatatan semua karunia itu adalah dalam urutan yang sesuai dengan kepentingannya bagi jemaat. Di akhir dari daftar itu Paulus menuliskan bahwa Roh Allah yang memberikan kepada semua orang secara khusus, sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, Roh Kudus! Jadi, jangan pernah ada iri hati di dalam jemaat, atau hasrat yang besar untuk memiliki sebuah karunia tertentu, karena Roh Kudus tahu dengan pasti mengapa, apa, dan kepada siapa Ia memberikan karunia-Nya! 1 KORINTUS 12:12-13 Penekanan dari pasal keduabelas ini adalah mengenai kepastian bahwa semua karunia yang berbeda di dalam diri orang-orang percaya juga sama dengan berbagai perbedaan anggota tubuh. Tubuh seseorang bukan hanya mata saja atau kaki saja. Anggota-anggota tubuh yang berbeda-beda itulah yang membuat tubuh manusia menjadi lengkap. Dan juga, ketika satu anggota tubuh mengalami sakit, maka semua anggota yang lain juga merasakan kesakitan! Hal itu sama juga dengan tubuh rohani Yesus Kristus. Melalui pengampunan dosa kita dan penerimaan Roh Kudus maka kita menjadi layak untuk secara rohani dipersatukan dengan Anak Allah! Warna kulit, ras, jenis kelamin atau kedudukan di dalam masyarakat sama sekali tidak berpengaruh atau berakibat kepada hak atas kasih karunia itu. Semua orang yang didiami oleh Roh Allah adalah milik Kristus! Siapakah yang bersyukur kepada Bapa, Anak dan Roh Kudus atas karunia anugerah yang sangat besar itu, atas semua hak istimewa yang ada di dalam dan melalui Dia, dan atas sukacita karena bisa melayani Dia? Bagaimana penyembahan kita akan menunjukkan apakah kita sudah sungguh-sungguh memahami apa yang dikerjakan Allah bagi kita. 1 KORINTUS 14:1a Setelah Paulus menjelaskan bahwa Roh Kuduslah yang memenuhi semua karunia anugerah dan karisma, dan bagaimana Roh Kudus yang senantiasa bekerja bersama dengan tubuh rohani Kristus, ia mendorong jemaat di Korintus untuk mengejar “karunia yang lebih utama” (1 Korintus 12:31). Sampai di situ, ia kemudian menuliskan kepada mereka sebuah pasal yang agung mengenai kasih yang sangat sering dibacakan dalam acara pernikahan (1 Korintus 13:1-13). Dengan nyanyian pujian akan kasih Allah ini, sang rasul mau mengalahkan semua pengejaran yang salah akan karunia rohani, dan juga mengakhiri penyelidikan yang berlebihan untuk karunia-karunia tertentu di dalam jemaat di Korintus. Ia mengatakan bahwa meskipun seandainya ia bisa berdoa dalam seluruh 6,500 bahasa, dan bahkan meskipun seandainya bahasa malaikat hinggap di lidahnya dalam penyembahan kepada Allah, maka hal itu hanyalah sekedar seperti nyanyian menyakitkan dengan nada yang salah atau seperti canang yang bergemirincing kalau di dalam hatinya tetap dingin tanpa kasih kepada Allah dan manusia. Meskipun seandainya ia bisa memberikan penjelasan yang lengkap tentang penglihatan akan nubuatan akhir jaman, dan bisa memahami semua rahasia Allah, meskipun seandainya ia bisa memindahkan gunung dengan imannya, tetapi tanpa kasih kepada musuhnya, ia sendiri akan tetap celaka dan mati secara rohani. Bahkan meskipun seandainya ia kaya dan memberikan sumbangan dalam jumlah yang sangat kaya kepada orang-orang miskin, bekerja siang dan malam, atau kalaupun ia mati sebagai martir bagi Kristus, namun jika ia tetap saja ada dalam keadaan yang sombong, lebih mengasihi diri sendiri dibanding mengasihi Allah dan makhluk-Nya, ia tidak lebih dari seorang yang penuh kepalsuan dan bahkan berbahaya bagi umat manusia. Paulus dengan jelas menuliskan tentang kasih Roh Kudus dengan 15 ciri yang melaluinya kita bisa diukur (1 Korintus 13:4-6). Semua ciri yang sangat penting harus mendorong kita semua untuk bertobat, karena semua itu menyatakan tentang betapa kurangnya kasih kita. Bahkan sebenarnya, semua nilai-nilai itu adalah penjelasan tentang pribadi Yesus Kristus, pernyataan akan kasih Allah, dan kesaksian pribadi yang sangat menguatkan dari Roh Kudus. Kita harus menghafalkan lagu pujian kasih ini, melakukannya dengan penuh doa, dan menunjukkannya sebagai satu-satunya cara membawa kedamaian bagi manusia. Itulah hakekat dari Allah Tritunggal, dan itulah yang dikehendaki-Nya bagi kita! Di dalam kekekalan semua karunia anugerah akan berhenti, akan tetapi kasih Allah akan terus ada sampai selamanya (1 Korintus 13:8-13). Mungkin nampak aneh bahwa di dalam pujian kasih ini Roh Kudus tidak disebutkan sama sekali, meskipun Dialah yang sebenarnya menjadikan semua nilai-nilai dan sifat kasih Allah itu sebagai kenyataan di dalam kehidupan para pengikut Kristus. Ini menunjukkan, sekali lagi, bahwa Roh Allah menahan diri-Nya, bahkan pada saat Ia dengan senyap bekerja menguatkan gereja, sehingga orang-orang percaya bisa menjadi cermin yang menggambarkan Yesus Kristus dan Bapa-Nya. 1 KORINTUS 14:1b-5 Paulus ada di dalam sebuah dilema. Ia tidak mau melihat pekerjaan Roh Kudus mengecil di dalam jemaat di Korintus, dan ia terus berusaha untuk menjelaskan kepada anggota jemaat tentang pentingnya masing-masing karunia Roh. Orang-orang yang baru percaya sangat takjub ketika melihat ada orang-orang yang berdoa dengan bahasa asing, yang mereka lihat sebagai bukti akan kehadiran dari Roh Allah, meski pada saat itu sebenarnya tidak ada orang yang menafsirkannya. Karena itu, sang rasul menjelaskan kepada orang yang memiliki karunia bahasa roh bahwa berbicara nubuat di dalam gereja adalah lebih penting dibandingkan dengan berbicara dalam bahasa roh, karena tanpa penerjemahan maka tidak akan ada yang bisa memahami bahasa itu. Mereka berbicara dengan Allah mengenai rahasia-rahasia yang mereka sendiri tidak pahami. Namun, doa ini tidak berguna bagi jemaat, karena tidak ada satupun yang bisa memahami apa yang mereka katakan. Ketika Paulus berbicara mengenai nubuat, kemungkinan yang ada dalam pikirannya adalah tiga hal penting yang ada di dalam Perjanjian Lama, ketika kekudusan dan kasih karunia Allah dinyatakan, beserta dengan sifat-sifat kemuliaan-Nya. Dikaitkan dengan pemahaman akan Allah ini, maka manusia jelas sekali nampak sebagai manusia berdosa yang tersesat (Yesaya 6:1-7), yang hanya bisa dibenarkan melalui kematian pendamaian menggantikan kita. Dari pengenalan akan Allah dan manusia ini mengalirlah pernyataan akan rencana keselamatan dari Allah bagi orang-orang berdosa yang rendah hati dan hancur hati. Pada saat yang sama, pernyataan ini memberikan janji akan datangnya penghukuman bagi orang-orang yang congkak dan yang merasa diri benar. Kedatangan Mesias akhirnya akan mendatangkan keselamatan bagi mereka yang siap untuk bertobat. Bagi mereka yang mengeraskan hati di dalam ketidakpercayaan, kedatangan-Nya hanya akan mendatangkan kutukan. Perkataan nubuatan di dalam Perjanjian Baru juga mengenal tiga perkara yang sangat penting: Dalam 200 ayat Yesus menyatakan Allah sebagai Bapa-Nya, dan juga mengenai Roh Kudus, yang berseru bersama di dalam kita, “Abba, Bapa!” (Roma 8:15-17; Galatia 4:5-6). Manusia ditunjukkan di dalam pernyataan terang dan kasih Allah sebagai makhluk yang tersesat tanpa harapan. Namun, Kristus, Anak Domba Allah, menanggung segala dosa dunia. Barangsiapa percaya kepada-Nya akan dibenarkan (Yohanes 1:29; Roma 3:22-24). Barangsiapa menolak keselamatan yang digenapkan melalui Yesus sedang menghukum diri-Nya sendiri. Jalannya sejarah, baik di masa lalu maupun di masa sekarang ini, mengalir dari semua kenyataan rohani, bahkan ketika peristiwa-peristiwa dunia ini sedang mengalir ke arah tujuan akhirnya, kedatangan Kristus yang kedua kali. Ke-27 kitab di dalam Perjanjian Baru adalah catatan tertulis dari khotbah nubuatan dari Roh Kudus. Nubuatan-nubuatan yang baru dan benar akan senantiasa ada di dalam batasan kebenaran itu. 1 KORINTUS 14:12-19 Paulus mengingatkan anggota jemaat di Korintus bahwa kemurahan karunia Roh Kudus tidak dimaksud untuk kepentingan pribadi atau untuk meninggikan nama seseorang. Namun, semua itu diberikan untuk mempermuliakan Allah dan membangun jemaat. Para pengikut Yesus menyangkali diri dan tidak mau mengedepankan dirinya! Ini juga yang menjadi prinsip yang sangat mendasar dari Roh Kudus, yang juga tidak mempermuliakan diri-Nya sendiri, tetapi mempermuliakan Kristus, Anak Domba Allah. Tujuan dari semua karunia roh tetaplah bagi pertumbuhan rohani jemaat. Barangsiapa menyembah Allah dalam bahasa-bahasa asing haruslah mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus, “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. ... Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu”. (Matius 6:5-6) Dalam penjelasannya, Paulus mengakui bahwa ia menyembah Allah di dalam bahasa roh lebih dibandingkan dengan semua orang lain di Korintus, sementara pada saat yang sama ia dengan jelas menegaskan prinsip yang paling mendasar bagi orang yang berdoa dalam bahasa roh, “Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.” 1 KORINTUS 14:31-39 Paulus tidak sedang berpendapat bahwa hanya pengkhotbah, pendeta atau pejabat-pejabat gereja saja, yang memiliki tingkat pendidikan yang menonjol, yang boleh berbicara di depan jemaat. Semua orang yang dilahirkan kembali memiliki di dalam dirinya suara Roh Kudus. Dua rahasia kasih-Nya adalah kerendahan hati dan saling merendahkan diri. Tidak ada orang yang boleh merasa bahwa ia sajalah yang pintar, berpendidikan, atau bahwa ia sendirilah yang dipenuhi dengan Roh Kudus. Namun, ia harus belajar untuk mendengar perkataan orang-orang lain dan bertindak dengan teratur dalam setiap keadaan gereja. Roh Kudus sering memberikan kepada orang-orang yang sederhana dan kepada mereka yang ada di lingkaran luar jemaat lebih daripada kepada mereka yang ada di lingkaran dalamnya. Paulus menyatakan lebih lanjut tentang rahasia karunia roh, yaitu bahwa semua karunia nabi tunduk kepada mereka yang menerimanya. Itu berarti bahwa Roh Kudus sama sekali tidak pernah memaksa seseorang untuk menjadi percaya, mengasihi, berharap dan berbicara dalam bahasa roh atau memaksakan pernyataan nubuatan. Semua orang percaya yang memiliki karunia Roh Kudus bertanggungjawab untuk semua perkataan yang keluar dari mulut mereka dan untuk semua tindakan yang mereka lakukan atau yang mereka abaikan. Roh Kristus melatih kita untuk memiliki damai sejahtera, saling mendengar perkataan sesama, dan melayani. Roh Kudus di dalam Pemberitaan Paulus Mengenai Kebangkitan1 KORINTUS 15:43-46 Di dekat pintu gerbang Damsyik, Paulus mengalami kemuliaan Yesus, Yang bangkit dari kematian. Ia sudah melihat dan menyaksikan kuasa Kristus dan kehadiran tubuh rohani-Nya dalam terang yang benderang dan penuh kemuliaan. Ia tidak sekedar berbicara mengenai teori, tetapi menyaksikan tentang keberadaan Tuhannya yang hidup. Kristus sudah menyatakan diri-Nya kepada para murid-Nya setelah kebangkitan-Nya, dengan tenang masuk ke dalam ruangan pada saat pintu dan jendela dalam keadaan terkunci. Kebangkitan Yesus juga menjadi janji dan jaminan akan kebangkitan para pengikut-Nya, sebagaimana tubuh rohani-Nya menyatakan tentang keadaan mereka di masa yang akan datang. Roh Kudus datang ke atas orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai berkat Ilahi yang besar karena kematian-Nya sebagai pengganti. Roh Yesus ini adalah kuasa kehidupan kekal dan Ilahi serta kemuliaan bagi semua orang yang mengikuti Anak Domba Allah (Yohanes 3:16; 6:63; 11:25, 26; 17:22, 23). Tubuh rohani mereka tetap tersembunyi di jaman sekarang ini, bahkan pada saat mata mereka memancarkan sukacita kemuliaan Kristus, meski mereka sedang menghadapi cobaan, penganiayaan dan bahaya maut. Roh Tuhan memberikan kepada mereka berkat pengharapan kehidupan kekal. Dalam berita yang disampaikannya mengenai kemenangan atas maut, Paulus menyaksikan bahwa manusia jasmaniah tetap terjebak di dalam keterbatasan dan kemiskinan. Namun, Kristus tidak hanya bangkit dari kematian, tetapi Dia sendirilah Roh yang menciptakan kehidupan di dalam diri semua orang yang mengikatkan diri kepada-Nya dengan iman. Dengan ikatan itu mereka dipenuhi dengan kehidupan rohani-Nya. Ia bersaksi, “Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, 26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yohanes 11:25-26). Yesus adalah kebangkitan kita dan kehidupan kita. Kita sudah bangkit dengan Dia, dan kehidupan-Nya, di dalam Roh Kudus-Nya, berdiam di dalam kita. 1 KORINTUS 16:17-22 Paulus merindukan jemaat-jemaatnya seperti seorang ayah merindukan anak-anaknya. Gereja-gereja yang diberkati dan yang harmonis membuat dia mengucapkan syukur dan memuji Tuhan, sementara gereja-gereja yang kacau, congkak dan keras kepala membuat dia prihatin dan mendorongnya terus menaikkan syafaat untuk mereka. Sang rasul sangat bersukacita karena ada utusan dari jemaat Korintus yang mengunjungi dia, membawa kesaksian rohani yang baik tentang anggota-anggota di sana. Perkataan mereka menyegarkan rohnya dan mendorongnya untuk terus mendoakan mereka. Barangsiapa mau berdoa untuk orang-orang lain harus sungguh-sungguh mengerti tentang cobaan, kebutuhan, berkat dan masalah yang mereka hadapi. Paulus sangat yakin bahwa doa syafaat dan penyembahan untuk jemaat di Korintus sangat dirasakan di sana dan hasilnya sangat baik. Sang rasul untuk bangsa-bangsa itu menutup suratnya kepada jemaat di Korintus dengan sebuah kutukan! Kata-katanya itu bukan hanya sekedar tidak sengaja karena keselip lidah belaka, tetapi pernyataan yang didasari oleh Roh Kudus. Sejak saat Yesus memperdamaikan dunia dengan Allah melalui penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib sebagai pengganti, semua manusia harus bersyukur dan mengasihi Dia. Barangsiapa tidak mengasihi dan berterima kasih kepada-Nya sedang memisahkan dirinya dari sang Pengantara yang mau menyelamatkannya dari murka Allah. Barangsiapa yang tidak mau, oleh imannya, mengikatkan diri selamanya dengan Yesus sedang menjatuhkan kutuk bagi dirinya sendiri. Paulus menegaskan kebenaran ini dengan pernyataannya tentang laknat itu, menyatakan sepenuhnya tentang penghakiman dan penghukuman yang akan terjadi di akhir jaman atas orang-orang yang membenci Yesus Kristus (Matius 25:41). Semua pemberitaan yang dilakukan di dalam Roh Kudus senantiasa membawa dua akibat: Memerdekakan orang-orang yang bertobat dari belenggu dan dosa-dosa mereka, dan pada saat yang sama mengikat orang-orang yang congkak dan merasa benar sendiri serta yang tidak mau percaya, dan membuat mereka terpisah dari Allah (Yohanes 20:22-23). Salah satu seruan yang paling awal dari Roh Kudus dari semua generasi di dalam gereja Kristus adalah : “Maranata!” Jika diterjemahkan, kata dari bahasa Aramic-Syria ini berarti “Datanglah, Tuhan!” sama seperti salah satu perkataan terakhir di dalam kitab Wahyu yang mengatakan, “Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” (Wahyu 22:20). Dalam banyak cobaan dan ujian, yang kadangkala datang melampaui pemahaman orang-orang percaya, seruan dari Roh Kudus ini tetap menjadi pengharapan terakhir. Kalau kita melihat dosa-dosa yang dilakukan di kota-kota besar di akhir minggu, mungkin kita akan membelalak karena kengerian dan rasa jijik. Kalau kita bisa melihat anak-anak yang menderita kelaparan yang sangat di negara-negara miskin, keputus-asaan dari para perempuan yang ditinggalkan dan dilecehkan, dan banyaknya pertengkaran yang terjadi di antara 22.000 sinode gereja di dunia ini, kita juga, bersama-sama banyak orang lain, hanya bisa berseru Maranata! “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Roma 8:26). Dari 2 Korintus(55-56 Masehi) 2 KORINTUS 1:20-22 Perjanjian Lama berisi banyak janji yang diberikan oleh Allah, TUHAN, kepada Hawa, Abraham, Musa, Daud, dan juga kepada nabi-nabi. Janji-janji Allah bukan hanya berlaku untuk umat pilihan Allah, tetapi juga untuk bangsa-bangsa asing dan seluruh makhluk. Allah menghendaki untuk menyelamatkan, menyembuhkan, dan memperbaharui semua makhluk-Nya setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Semua janji Allah itu, pada akhirnya, berpusat di dalam diri Mesias, Allah-Manusia, dan Raja Damai (Yesaya 9:5-6). Sebagai Hamba Tuhan, Ia menanggung segala dosa dunia dan akibat dosa itu ke atas diri-Nya, sehingga semua orang berdosa bisa diperdamaikan dengan Allah, Hakim yang Kudus itu (Yesaya 53:4-12; 2 Korintus 5:19-21). Banyak dari janji-janji itu, termasuk mengenai kebangkitan Kristus dari kematian, kenaikan-Nya ke surga, dan dicurahkannya Roh Kudus, yang menyatakan berkat-berkat dari pengorbanan pendamaian yang dilakukan Mesias, sudah digenapi pada masa Paulus. Namun, penyelamatan jemaat-Nya dari tengah-tengah kesengsaraan besar di akhir jaman, masih belum digenapi. Peristiwa-peristiwa terakhir itu hanya akan digenapi pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali, ketika, bersama dengan Bapa, Ia menggenapkan ciptaan baru di dalam Roh Kudus. “Amin dari Kristus” di dalam Wahyu 22:20 adalah meterai penggenapan-Nya akan semua janji-janji yang ada. Ia menantikan saatnya mendengar “Amin” dari kita sebagai tanda dari pengucapan syukur kita yang setia (lihat Wahyu 22:20). Setelah itu, Paulus sampai kepada tema utama dari surat ini : Allah, Bapa, menguatkan dan “meneguhkan kita” di dalam Kristus. Bagaimana? Ia melakukan hal itu melalui pengurapan Roh Kudus! Di dalam Perjanjian Lama para raja, imam dan nabi diurapi dengan minyak pengurapan sehingga mereka bisa menerima kuasa dan kedaulatan untuk memenuhi tugas mereka. Yesus tidak menyangkali hal ini ketika Ia berada di kota kelahiran-Nya, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin...” (Lukas 4:18). Nama “Kristus” berarti: “Dia yang diurapi dengan kuasa Allah” (Ibrani 1:9). Karena itu, seorang Kristen hanya sungguh-sungguh menjadi seorang Kristen kalau ia sudah diurapi dengan Roh Kasih Karunia (1 Yohanes 2:20, 27). Kata lain yang menunjukkan peneguhan kita di dalam Kristus adalah pemeteraian kita. Anak-anak Yakub sama sekali tidak lebih baik dibandingkan dengan orang-orang Mesir. Tetapi ketika mereka membubuhkan darah Anak Domba Passah ke ambang pintu rumah mereka maka malaikat maut melewati mereka (Keluaran 12:7, 13). Darah Anak Domba Allah melindungi mereka. Hal yang sama juga terjadi dengan nabi Yehezkiel (Yehezkiel 9:3-11). Hanya tanda perlindungan di dahinya saja yang menyelamatkan sang pelihat itu. Kita membaca tentang Yesus bahwa Allah memeteraikan Dia melalui baptisan dengan Roh Kudus (Yohanes 6:27). Semua orang Kristen harus dimeteraikan dengan Roh Kudus untuk hari penebusan saat imannya ditunjukkan melalui baptisan (Matius 28:19; Kisah Para Rasul 2:38; Efesus 1:13; 4:30). Pada akhirnya, iman yang teguh di dalam Kristus datang melalui penerimaan akan Roh Kudus. Paulus menjelaskan tentang Roh Kudus sebagai “jaminan” akan kemuliaan kita yang akan datang di dalam Juruselamat kita. Sang rasul sangat yakin bahwa para pengikut Yesus akhirnya akan mengenakan kemuliaan-Nya (Roma 8:29; Kolose 2:19; 2 Tesalonika 2:13, 14; 1 Yohanes 3:1-3). Karena itu, karunia penuh anugerah dari Roh Allah, yang diberikan kepada orang-orang yang berada di dalam Yesus, dianggap sebagai jaminan untuk penebusan yang akan digenapi sekali untuk selamanya, di masa yang akan datang (Yohanes 17:22,23; Roma 8:17,18; Efesus 1:14; 4:30). Dimana, kemudian, di dalam semuanya itu, ucapan syukur dan penyembahan kita kepada Allah Tritunggal? Roh Kudus itu mulia, sama seperti Bapa dan Anak itu mulia. Jaminan rohani kemuliaan-Nya menyatakan diri-Nya saat ini melalui kasih, sukacita, dan damai sejahtera di dalam kita (Yohanes 17:13; Filipi 4:7). Paulus meletakkan dirinya di dalam proses penguatan ini melalui kasih Allah. Ia sungguh-sungguh menyembah Allah karena hak istimewa ini. 2 KORINTUS 2:12-14 Paulus merasa dirinya seperti seorang ayah yang rindu mendapatkan kabar baik dari anak-anaknya yang sedang sakit. Ia sudah mengutus Titus, rekan sekerjanya, ke Korintus untuk menguatkan jemaat yang sedang bermasalah. Ia memerintahkan Titus agar ia sesegera mungkin menyampaikan berita yang tepat tentang keadaan yang terjadi. Meskipun Tuhan sudah membukakan banyak pintu bagi para rasul kepada banyak orang di Troas, permasalahan rohani yang terjadi di jemaat gereja besar di Korintus, tetap saja, membuat pikirannya terbawa kembali ke kota di Makedonia itu. Dalam kaitan dengan hal inilah Paulus menyebut Kristus sebagai Pemenang! Pada saat itu, beberapa Kaisar akan menggerakkan pasukan mereka, dalam pawai kemenangan melalui ibukota kerajaan. Mereka sendiri duduk di atas sebuah kereta yang dihiasi dengan sangat mewah, dimana para bangsawan dan para penguasa yang ditaklukkan diikatkan ke kereta itu. Lalu ukupan dinyalakan terus di bokor besi, sehingga sang raja pemenang itu bisa terus berselimutkan aroma yang harum. Dengan memakai analogi ini, Paulus menjelaskan dirinya sebagai seteru Allah yang sudah ditaklukkan, yang sekarang sudah dibelenggu dan diikatkan ke kereta kemenangan Kristus. Ia tidak bisa lagi pergi sesuka hatinya, tetapi senantiasa ingin memenuhi sekelilingnya dengan aroma yang harum dari Injil, kemanapun pawai kemenangan Kristus itu diadakan. Namun, aroma yang harum itu, bagi beberapa orang menjadi penyebab mereka mendapatkan kehidupan kekal, sementara bagi beberapa orang lain menjadi penyebab kematian kekal mereka! (2 Korintus 2:16). Apakah anda, Saudara, terikat kepada Kristus, dan dengan itu menerima bagian di dalam kemenangan-Nya? Atau apakah anda masih berkeliaran tanpa arah di dunia ini? Kemuliaan Pelayanan Kristus2 KORINTUS 3:2-3 Paulus menyebut jemaat di Korintus sebagai surat pujian, yang awalnya ditulis di dalam hatinya dan di dalam hati rekan-rekan sekerjanya. Pada saat yang sama, surat itu bisa dibaca oleh semua orang. Sebuah gereja memang seringkali menggambarkan keadaan rohani dari gembala dan orang-orang yang melayani di sana (Seperti kepemimpinannya, demikianlah juga gerejanya!) Barangsiapa membaca surat itu, yang adalah manusia, bisa mengenali bahwa surat itu tidak dituliskan oleh Paulus, tetapi oleh Tuhan Yesus, melalui pelayanan hamba-hamba-Nya. Firman-Nya, yang penuh dengan Roh Kudus, menghidupkan dan mengubahkan hati pendengarnya. Apa yang dibaca oleh orang-orang di sekitar anda di dalam perilaku kita ketika mereka melihat kita? 2 KORINTUS 3:5-9 Seorang pelayan yang benar di dalam Perjanjian yang Baru tidak bertindak dan berbicara seturut dengan rencana dan energinya sendiri, tetapi dipimpin oleh Allah dan dimampukan oleh-Nya. Kuasa yang dicurahkan Tuhan kepadanya tidak berisi hukum yang baru, tetapi Roh Kudus. Pada akhirnya, surat berupa hukum itu akan membunuh semua orang yang melanggar perintah Allah. Namun, Roh Allah, membawa orang-orang berdosa kepada kehidupan. Wajah muka bercahaya untuk sementara setelah ia bertemu dengan Allah, yang membuat ia harus menutupinya dengan kain. Pelayanan Musa sangat mulia, meskipun hal itu mendatangkan kematian bagi semua orang berdosa dengan 613 peraturannya. Betapa lebih mulianya pelayanan para pelayanan Kristus, karena melalui mereka Roh Kudus masuk ke dalam kehidupan orang-orang percaya. Ia menjadi pengantara penggenapan pembenaran manusia di hadapan Allah, dan memberikan kehidupan kekal kepada mereka. 2 KORINTUS 3:17-18 Yesus menyatakan rahasia yang besar ketika Ia mengatakan, “Allah adalah Roh!” (Yohanes 4:24) para murid Kristus juga mengalami bahwa Tuhan mereka yang bangkit itu adalah “Roh” yang dengan tenang bisa menembus dinding, dan yang dalam cahaya kemuliaan-Nya, menampakkan diri kepada Paulus di dekat gerbang kota Damsyik (Yohanes 20:19-20; Kisah Para Rasul 9:3-6; 26:12-15). Bapa dan Anak hidup dalam kesatuan yang penuh kasih di dalam hakekat dan tindakan, bersama dengan Roh Kudus. Inilah alasan yang paling mendasar dari keberadaan kita. Dimanapan Roh Tuhan bisa masuk, kemerdekaan akan terjadi—dari kuasa Iblis, dari kecenderungan dosa warisan, dari kutuk hukum Taurat, dan dari murka kudus Allah. Dengan kasih karunia kita ditarik mendekat kepada Allah Tritunggal, diasimilasikan dengan tubuh Kristus, dan dimerdekakan dari ketakutan akan kematian (Yohanes 14:23; 17:20-23, 26). Kita berdiri dalam hubungan berdasarkan kasih karunia Allah sebagaimana yang terjadi dengan Musa. Dengan hati nurani yang diterangi kita mengenali Allah sebagai Bapa kita, Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita dan Roh Kudus sebagai Penghibur kita. Kemuliaan Ketritunggalan Allah menyatakan diri di dalam hati dan mata anak-anak Allah. Roh-Nya mendorong kita untuk menjauh dari dosa, dan menciptakan di dalam hidup kita ruangan agar kasih-Nya bertumbuh di dalam kita. Kita menerima hak istimewa yang tak terukur ini karena kematian Yesus yang menjadi pendamaian. Melalui penderitaan dan kematian-Nya yang tak bercacat ini Ia menebus kita bagi Allah dengan darah-Nya sendiri. Ia layak dan bisa melakukannya karena Ia lahir karena Roh Kudus melalui anak dara Maria. Ia menyatakan rahasia-Nya, “apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh” (Yohanes 3:6). Ia bisa menggenapkan keselamatan kita, karena Ia sendiri bebas dari dosa, dan Ia sendiri adalah “Roh” yang merendahkan orang congkak dan menghibur serta menguatkan yang patah semangat (Ibrani 10:14). 2 KORINTUS 4:13 Paulus harus menahan banyak cacian dan penganiayaan. Ia beberapa kali merasa takut bahwa ia akan dibunuh. Tetapi bagaimanapun perkembangan tekanan terhadapnya, justru gereja juga semakin berkembang. Sisi rohaninya mengalahkan ketakutan dan penderitaannya, dan juga menegaskan kepada gereja tentang iman yang benar, yang membawa kekuatan untuk membangun jemaat yang ada. Paulus senantiasa menang, senantiasa bersaksi tentang kebangkitan Anak Allah. Roh Kudus adalah roh iman keberanian, yang mendorong kita untuk bersaksi akan kasih Yesus dan keselamatan-Nya yang sempurna. Barangsiapa tidak percaya hanya bisa berdiam diri saja (2 Korintus 4:16-18). 2 KORINTUS 5:4-5 Paulus adalah manusia biasa, sama seperti kita. Ia mengeluh dan menderita, dan juga tidak ingin mati sia-sia, tetapi ia ingin mengenakan pakaian janji kemuliaan Allah dalam pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali. Ia rindu untuk diangkat masuk ke dalam rumahnya yang baru bersama dengan Allah (Yohanes 14:1-3; 1 Korintus 15:53; 1 Tesalonika 4:16-17; 1 Yohanes 3:1-3). Ia percaya kepada kuasa dan kemuliaan dari kehidupan kekal, yang dinyatakan sepenuhnya di dalam kebangkitan Yesus. Paulus sudah melihat Tuhan di dalam kemuliaan-Nya di dekat pintu gerbang kota Damsyik. Ia sudah tahu seperti apakah kehidupan kekal itu. Lebih dari itu, Allah, sang Bapa, sudah memberikan kepadanya kuasa Roh Kudus. Paulus memahami karunia roh ini sebagai jaminan akan kehidupan kekal, dan sebagai kuasa yang sudah menaklukkan maut di dalam diri kita. Ia beberapa kali menyaksikan bahwa “uang-muka” rohani dari Bapa ini adalah jaminan akan kasih karunia-Nya yang bekerja di dalam kita pada saat penghakiman yang akan datang dan segala kemuliaan yang akan terjadi setelah itu (Roma 8:16, 32; Efesus 1:13, 14). Barangsiapa, sebagai salah satu pengikut Yesus, yang mendengar, memahami, dan percaya kepada janji-janji itu, akan bersyukur dengan segenap hati atas kepastian pengharapan akan kehidupan kekal itu. 2 KORINTUS 6:3-10 Paulus adalah hamba Allah. Ia juga menyebut dirinya sebagai budak Kristus (Roma 1:1). Ia tidak hanya melayani Tuhan dengan perkataan saja, tetapi dengan segenap hatinya. Di tengah ujian dan pencobaan, ia tidak mau memberikan kesempatan bagi orang untuk menghina Tuhannya karena apa yang dilakukannya. Dengan perasaan yang mendalam, ia mendaftarkan 38 ujian dan cobaan di dalam ayat 3-10 dari pasal 6, yang semuanya harus dijalaninya. Barangsiapa ingin masuk ke dalam pelayanan pemberitaan secara penuh waktu harus sungguh-sungguh berdoa dan memperhatikan daftar ini. Dalam daftar melayani di dalam Roh Kudus ini, kita membaca ada “kasih yang tidak munafik,” lalu, “pemberitaan kebenaran” dan “kekuasaan Allah.” Tidak ada pengikut Kristus yang akan menjadi “tuan-tuan bagi dirinya sendiri,” di dalam pelayanan kepada tuannya, tetapi ia akan tetap menjadi hamba, yang menerima perintah dari Yesus dan Roh-Nya. Selama ia memiliki antena hati yang terus tertuju kepada pengirim Ilahi ini, maka ia akan terus mendapatkan kekuatan untuk bersabar, bertahan di dalam tindakan kasih yang tulus kepada orang-orang yang sulit, dan menunjukkan persahabatan pada saat ia harus memperhadapkan seseorang kepada kebenaran. Seorang hamba di dalam Roh Kudus akan menerima kuasa dan tuntunan untuk bisa secara rohani menahan semua tantangan. Pada jaman maraknya budaya tipu daya ini, kesaksian tentang Anak Allah yang tersalib akan mendatangkan kritikan yang tajam dan bahkan penganiayaan secara hukum. Namun, Tuhan memberikan jaminan kepada para saksi-Nya, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. (Matius 28:20) 2 KORINTUS 7:1 Para hamba Kristus, bersama dengan semua pengikutnya, menjadi sasaran cobaan. Iblis berusaha untuk menjatuhkan mereka di hadapan semua orang lain. Godaan untuk membuat seseorang tidak setia secara seksual atau untuk membeli barang-barang yang menarik ada dimana-mana, baik melalui film, iklan, pakaian, atau melalui pertunjukkan erotis atau tindakan seksual. Perlindungan moral yang dahulu menahan orang melakukan hal itu sudah banyak yang menjadi runtuh. Takut akan Allah seringkali disepelekan. Para hamba Kristus dan semua yang mengasihi Dia harus terus menggumuli Firman Allah agar bisa senantiasa dibasuh dan disembuhkan di dalam pikiran mereka. Darah Kristus sudah menyucikan mereka dari segala dosa, dan Roh-Nya sudah membawa mereka kepada pengudusan, dalam perkataan dan perbuatan. Mereka akan menjadi lemah tanpa saat teduh di hadapan Tuhan. Pengudusan berarti sepenuhnya dan secara total tersedia bagi Tuhan. Roh-Nya akan menolong kita untuk belajar dan melakukan 613 aturan di dalam Perjanjian Lama dan lebih dari 1.000 perintah Kristus di dalam Perjanjian Baru. Karena kita mengenali dosa-dosa kita melalui perintah-perintah itu, dan sudah mematahkan kesombongan kita karena semuanya itu, maka rasa takut dan hormat kita kepada Allah akan terus menerus diteguhkan. Roh Penghibur akan membawa kita kepada salib Kristus, satu-satunya tempat dimana pembenaran di hadapan Allah disahkan. Barangsiapa hidup dalam pertobatan yang tekun dan didorong oleh Roh Kudus, akan dipenuhi oleh Tuhan dengan kasih dan pujian kepada Allah melalui Roh-Nya. 2 KORINTUS 7:13 Paulus sudah menuliskan beberapa surat kepada jemaat di Korintus dengan sepenuh hati dan bersungguh-sungguh. Ia tidak yakin kalau orang-orang percaya di sana bisa memahami semua keinginannya dan tuntutannya di dalam Roh Kudus. Ia tidak tahu apakah mereka akan senantiasa menang dan bisa taat kepada teguran dari Roh Kudus. Karena pada saat itu belum ada telephone, maka ia mengutus salah seorang penolongnya, Titus, untuk memberikan nasehat dan dukungan kepada jemaat. Paulus sangat gelisah di dalam iman dan doanya, karena ia tidak tahu apa yang dilakukan Roh Yesus Kristus di antara jemaat di sana. Ketika Titus kemudian kembali dan memberikan laporan mengenai penyesalan dan pertobatan jemaat, berita itu sangat menghiburkan dan memberikan sukacita bagi sang Rasul. Ia bisa melihat bahwa jemaat di Korintus sudah taat kepada Roh Allah. Sukacita Titus menular dan memunculkan sukacita di dalam diri sang rasul yang sedang gelisah itu (2 Korintus 7:5-16). 2 KORINTUS 12:18 Paulus sekali lagi mengutus Titus kepada jemaat di Korintus, bersama-sama dengan seorang saudara yang lain, untuk mengumpulkan uang dukungan untuk menolong jemaat yang sedang kelaparan di Yerusalem (2 Korintus 8:6, 16-18). Titus, sama seperti Paulus, juga bekerja untuk mendapatkan nafkah, agar tidak memakai sedikitpun dari uang yang dikumpulkan itu untuk kepentingannya sendiri. Paulus mempertanahkan usahanya untuk mandiri secara keuangan, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa menuduh dia atau Titus mengambil keuntungan dari sumbangan yang diberikan oleh jemaat Korintus. Roh Kudus juga menghendaki adanya aturan yang jelas berkenaan dengan keuangan. 2 KORINTUS 13:13 Berkat yang diberikan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus masih dipakai sampai hari ini di dalam ibadah dan persekutuan Kristen. Isinya adalah kesimpulan dari iman Kristen kita dan perkataan yang sangat menguatkan bagi semua anggota jemaat. Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus memampukan kita untuk mengangkat mata kita memandang kepada Allah yang Kudus dan tidak menjadi kecewa, karena atas dasar kasih karunia yang mengalir dari kayu salib itulah kita dibenarkan. Melalui kematian-Nya sebagai pengganti itulah Yesus sudah membasuhkan kita dari segala dosa kita. Yesus, sang Mesias, menebus kita bagi Allah dengan darah-Nya yang kudus. Ia tidak tetap tinggal di dalam kubur-Nya, tetapi bangkit dari kematian dan naik ke surga. Di sana, Ia duduk di sebelah kanan Bapa-Nya, dimana Ia mewakili kita sebagai Tuhan dan Allah kita. Kasih Allah, Bapa, adalah tenaga kekuatan di balik keselamatan kita. Ia sudah mengutus Anak-Nya yang tunggal bagi orang-orang berdosa, sehingga kita, sebagai orang-orang yang sudah dibenarkan, bisa mengenal, mengakui dan memanggil Dia sebagai Bapa kita. Di dalam kasih-Nya Allah sudah mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. Ia sudah memberikan kepada kita kelahiran baru melalui Roh Kudus, sehingga kita bisa tinggal bersama-sama dengan Dia sampai selama-lamanya. Dia yang ada sejak kekekalan itu sudah memindahkan kita, sebagai makhluk dunia yang fana ini, ke dalam kasih-Nya yang kekal. Roh Kudus sudah diutus bagi kita dari Bapa dan Anak sehingga kita bisa belajar untuk mengenali dan mengasihi keduanya sebagai Bapa dan Juruselamat kita, dan masuk ke dalam persekutuan dengan Dia. Roh Kudus adalah kehidupan kekal Allah, dan juga kasih dan kuasa-Nya. Ia berdiam di dalam kehidupan para pengikut Kristus, dan mendorong mereka untuk hidup suci dan mengasihi semua manusia. Ia tetap berdiam di dalam kehidupan kita sebagai Penghibur kita bahkan pada saat penghakiman terakhir kelak. Ia mewakili kita di hadapan Hakim yang Kudus itu. Tetap merupakan hak istimewa bagi semua orang Kristen untuk mengenal Allah Tritunggal itu, untuk mengalami kuasa dan terang-Nya, dan menceritakan berita keselamatan itu kepada orang-orang lain. Mereka yang mau hidup dan melayani di dalam Roh Kudus akan menerima pendamaian mereka dengan Allah melalui Kristus. Semata-mata karena anugerah, dan tidak ada kaitannya dengan perbuatan atau kebaikan manusia, ketika ada orang yang kemudian membuka dirinya kepada kabar baik ini. Sebagai orang-orang percaya mereka belajar untuk tetap tinggal di dalam Bapa, Anak dan Roh Kudus. Di dalam kehidupan semua orang yang menerima rahasia ini, ia memiliki kehidupan kekal yang dijamin oleh tiga Pribadi Ilahi itu. Dari Surat Kepada Jemaat di Roma(56 Masehi.) ROMA 1:1-4 Jemaat di Roma tidak didirikan oleh Paulus, tetapi kemungkinan ada karena kelompok pedagang Kristen berlatar belakang Yahudi, yang melarikan diri dari Palestina pada saat ada penganiayaan dari pasukan penjajahan Romawi. Paulus memperkenalkan dirinya sebagai “hamba Yesus Kristus,” yang sudah dipilih dan diutus untuk memperkenalkan Injil Allah yang sudah dijanjikan. Dalam bahasa Romawi kuno, kata “Injil” berarti pengumuman yang paling penting, bahwa seorang anak laki-laki sudah lahir bagi Kaisar, atau bahwa pasukannya sudah mengalami kemenangan. Selaras dengan hal itu, sang rasul kepada bangsa-bangsa itu memberitakan, di awal sekali dari suratnya, bahwa sang Mesias, Yesus, adalah Anak Tunggal Allah dan yang Berkemenangan atau semua kuasa si jahat. Kepada-Nya sajalah semua manusia harus menundukkan diri. Daud sudah diberi janji seribu tahun sebelumnya bahwa salah satu keturunannya, pada saat yang sama, adalah Anak Allah (2 Samuel 7:12-14). Paulus selanjutnya menjelaskan bahwa Yesus bukan hanya Anak Allah yang dijanjikan, tetapi bahwa kuasa Roh Kudus juga menyertai Dia. Roh Allah menegaskan sesuatu yang tidak bisa dibantah lagi – kebangkitan Kristus yang sangat nyata dari antara orang mati. Sang rasul langsung menjelaskan hal itu di dalam pendahuluannya, bahwa Yesus, Tuhannya, adalah manusia sejati dan Allah sejati. Pernyataan ini adalah tantangan yang sangat besar bagi semua orang Yahudi yang hidup di Roma. ROMA 1:8-12 Paulus berterima kasih kepada Allah melalui Yesus Kristus akan keberadaan sebuah gereja yang hidup di ibukota Kekaisaran Romawi itu. Ia menyebut Yang Mahakuasa sebagai saksi, yang sudah dilayaninya dengan setia, bahwa Roh Kudus sudah menembus rohnya berulangkali, dan bahwa ia sudah memberitakan ke berbagai tempat berita luar biasa tentang Anak-Nya yang kemuliaan-Nya tak tertandingi. Juga, Ia senantiasa berdoa untuk anggota jemaat dari gereja yang sangat penting dan strategis di Roma itu. Paulus ingin bertemu langsung dengan para saksi Kristus yang ada di Roma itu. Ia ingin berbagi dengan mereka akan karunia-karunia rohani yang sudah diletakkan kepadanya ketika Ananias menumpangkan tangan ke atasnya di Damsyik, pada saat ia dipenuhi dengan Roh Kudus. Paulus tidak hanya memiliki perkataan, pengajaran dan pemahaman yang akan disampaikan, tetapi lebih dari semuanya, ia memiliki kuasa Roh Kudus, berkat Ilahi, dan kehidupan kekal. Dengan cara ini ia ingin menguatkan pusat gereja yang ada di Roma. Ia ingin agar iman mereka bersama akan dikuatkan, sehingga mereka bisa, bersama-sama dengan dia, memiliki keberanian untuk memberitakan Kerajaan Allah ke seluruh penjuru wilayah Romawi. ROMA 2:28-29 Paulus, tanpa kompromi, menjelaskan dari Perjanjian Baru tentang siapakah orang-orang Yahudi itu. Dalam budaya tipu daya di jaman ini, menjadi sangat berbahaya untuk secara terbuka mengakui kebenaran ini. Sang rasul menjelaskan bahwa sunat lahiriah manusia itu tidak berarti kalau tidak disertai dengan sunat batiniah di dalam hati. Dengan mengatakan demikian, ia mengatakan bahwa Hukum Musa, meski ditaati secara tepat setiap perkataannya, tidak akan bisa menyelamatkan seseorang. Hanya dimana Roh Kudus menebus ke dalam hati sajalah kemudian terjadi pembasuhan, pengudusan dan pembaharuan yang mendasar. Kalau seorang Yahudi belum dilahirkan kembali maka ia, menurut perkataan Paulus, tidak menerima perkenanan ataupun pujian dari Allah—bahkan meski ia secara tulus sungguh-sungguh berusaha untuk mentaati seluruh hukum Taurat. Barangsiapa memiliki telinga hendaklah ia mendengar apa yang dikatakan Roh Kudus kepada jemaat! Perdamaian dengan Allah dan Hukum MusaROMA 5:1-5 Setelah Paulus menjelaskan mengenai pembenaran bagi orang-orang berdosa melalui iman kepada kematian pendamaian Yesus Kristus yang menggantikan kita, ia kemudian menerangkan mengenai rahasia kehidupan Kristen. Iman di dalam Kristus bukan hanya membawa damai sejahtera dengan Allah dan seluruh kemuliaan yang akan datang kemudian, tetapi juga pemeliharaan di tengah-tengah penderitaan dan penganiayaan. Ia memelihara harapan di dalam diri kita, harapan yang bisa mengalahkan keputus-asaan dan rasa pesimis kita. Paulus tidak menawarkan suatu resep rahasia untuk menolong mengatasi masalah-masalah di dalam perjuangan kehidupan seseorang. Lebih dari itu, ia membuka tirai kepada kehidupan yang baru. Ia menjelaskan tentang kasih Allah yang menjadi sumber dan dasar dari ciptaan baru ini. Kasih Allah ini adalah kudus, kekal dan kuat, dan juga secara hukum didasarkan kepada korban pendamaian yang dilakukan oleh Anak-Nya. Tidak ada kekudusan yang lebih besar atau kemuliaan yang lebih agung dibandingkan dengan kasih Allah. Kasih ini adalah sumber dari segala keberadaan kita. Kita, sebagai orang-orang yang sudah gagal, tetap dikasihi Allah, baik kita menyadari hal itu atau tidak. Kasih Allah bukan hanya sekedar filsafat atau teori saja. Lebih dari itu, kasih Allah melibatkan Allah yang memberikan Anak-Nya menggantikan kita untuk menyelamatkan kita dari penghukuman keadilan-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak akan dibenarkan, dan menerima kasih Allah di dalam hatinya. Ini adalah sesuatu yang melampaui pemahaman kita, tetapi sungguh-sungguh sebuah kebenaran. Roh Kudus adalah kasih yang murni dari Allah. Dimana saja seseorang dibenarkan melalui imannya kepada Anak Domba Allah, Roh Allah masuk ke dalam kehidupannya. Dan pada saat itu juga, datanglah karunia Allah yang paling mulia dan kudus—kasih-Nya sendiri. Dengan karunia ini, Allah mengangkat kita sampai kepada tingkatan0n sendiri dan menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya karena belas kasihan-Nya. Dengan Roh-Nya, Ia memampukan kita untuk mengasihi Dia, dan juga mengasihi orang-orang lain. Ia menolong kita untuk mengampuni mereka, sama seperti Ia sudah mengampuni kita, dan untuk bersabar terhadap sesama tanpa mengeluh, sebagaimana Ia sudah bersabar terhadap kita. Kasih Allah mengubahkan kita menjadi manusia baru, yang mengalahkan kebencian, ketamakan, iri hati, dan egoisme kita di dalam kuasa Roh kasih. Ciptaan baru situ sudah dimulai! Apakah anda, termasuk di dalamnya, Saudara? Kalau ya, anda bisa mengatakan bersama-sama dengan Paulus, “Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (Roma 5:5). ROMA 7:6 Seorang Kristen mengasihi musuh-musuhnya dari kedalaman hatinya, tetapi membenci dosa mereka sama seperti ia membenci kecenderungan dosa di dalam karakter dan tubuhnya sendiri. Hukum Musa dan Hukum Kristus melarang segala bentuk dosa, baik dalam tindakan ataupun dalam pikiran. Karena itu, ia mengakui dirinya disalibkan dengan Kristus oleh iman (Galatia 2:19-20) dan dikuburkan dengan Kristus di dalam baptisan (Roma 6:3). Jadi, hukum di satu sisi, dan kesombongan, seks di luar nikah dan uang di sisi lain, tidak lagi menguasai dia. Melalui iman kepada Kristus, kita sudah mati terhadap kuasa-kuasa itu. Yesus sudah memberikan kepada kita Roh Kudus sehingga kita bisa hidup di dalam dan dengan Roh ini. Dari Dia kita menerima kuasa untuk menjauh dari dosa itu atau mengalahkannya di dalam nama Yesus. Roh ini adalah pembela kita yang menguatkan kita, di tengah-tengah cobaan, untuk memandang kepada Dia yang Disalibkan. Ia juga menolong kita untuk membaca Alkitab secara teratur, memotivasi kita untuk berdoa dan menaikkan syafaat, membebaskan kita dari kelompok yang jahat, dan membuat kita aman di dalam gereja yang hidup dan bergerak. Ancaman yang mengerikan dari hukum ini sudah digantikan oleh penghiburan dari Injil. ROMA 7:14-15 Ketika seseorang memandang kepada dirinya sendiri, dan berpikir bahwa ia bisa menyelesaikan semua masalah itu sendirian, tanpa Yesus, melalui kekuatan dan kepintarannya, ia akan menjadi sesat. Ia akan segera mendapati dirinya melakukan dosa yang sama yang dianggapnya bisa dikalahkan tanpa doa, pemahaman Alkitab dan gereja. Secepat kilat, ia akan kembali menjadi budak dosa dan khayalannya sendiri. Ia membenci dosa-dosanya, tetapi tidak bisa bebas dari dosa itu. Namun, hukum Taurat itu sendiri suci, meski hukum itu menghukum manusia. Hukum tidak menolong manusia, tetapi menghancurkan kesombongan dan rasa percaya dirinya yang berlebihan. Hukum Taurat itu mendorong manusia kepada pertobatan, untuk mengakui dosanya di hadapan Allah dan Tuhannya (1 Yohanes 1:8-10). Para pengikut Kristus tidak boleh menjadi orang munafik dan berlaku seolah-olah dia sempurna. Hanya di dalam hancur hati dan pertobatan yang dipimpin oleh Roh Kudus sajalah anugerah akan mengalir. Karena “oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” (Ibrani. 10:14). Hidup di dalam Roh KudusROMA 8:1 Darah Yesus Kristus, Anak Allah, membasuhkan kita dari segala dosa kita (1 Yohanes 1:7). Namun, pembenaran terhadap orang berdosa oleh anugerah dan penyucian baginya dari segala kesalahannya, hanyalah awal dari kehidupan imannya. Kristus mengatakan kepada para murid-Nya, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. 7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. 8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." 9 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu” (Yohanes 15:5-9). ROMA 8:2 Hidup di dalam Roh Yesus Kristus adalah jawaban penebusan dari kuasa dosa. Roh ini bukanlah sekedar nafas atau angin yang tak berbentuk. Tetapi, Ia adalah hukum di dalam diri-Nya sendiri, sebuah saluran Ilahi, yang tidak menuntun kepada kematian, tetapi kepada hidup. Roh ini juga adalah kehidupan kekal, yang membawa semua orang yang datang kepada Yesus, Juruselamat mereka, kepada kehidupan. Hukum Roh kehidupan tidak ada dengan sendirinya, tetapi hanya di dalam dan dengan Kristus saja. Hukum kasih Allah ini adalah peraturan Ilahi yang memerdekakan yang diberikan oleh Yesus Kristus. Paulus mengakui: hukum Roh kehidupan di dalam Yesus Kristus sudah memerdekakan kamu dari “hukum dosa dan hukum maut.” Barangsiapa di dalam Kristus tidak akan mati tanpa pengharapan, tetapi hidup di dalam Roh Bapa dan Anak di dalam dunia ini dan kehidupan yang akan datang. Dosa dan hukum Musa sudah kehilangan kuasanya atas semua orang yang sudah membiarkan dirinya masuk ke dalam hukum Roh kehidupan di dalam Yesus Kristus. ROMA 8:3-9 Pernyataan nubuatan ini, melalui Paulus, menjelaskan kepada kita mengenai rahasia dari pembenaran kita, “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. ... 21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”. (II Korintus 5:19-21) Pembenaran yang cuma-cuma dari kayu salib ini diteruskan di dalam kehidupan semua orang yang hidup di dalam dan dengan Roh Kudus, sebagai buah dari kematian Kristus. Mereka menerima pola pikir yang baru. Barangsiapa berpikiran duniawi akan terus menjadi semakin mati batinnya, dan kadangkala menjadi lebih mirip binatang dibandingkan manusia. Namun, barangsiapa diasah dengan Roh Allah, hidup di dalam damai sejahtera dengan Allah, aman di dalam kuasa Yesus Kristus. Paulus bisa bersaksi kepada jemaat di Roma, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu.” Dengan mengatakan demikian, ia juga mengatakan: Ujilah dirimu dengan baik, apakah Roh Kudus memang diam di dalam kamu, atau apakah kamu hanyalah orang-orang Kristen tradisi saja—mereka yang mengikut Yesus karena simpati saja, tetapi tidak mengenal kehidupan yang dari Allah. Sang rasul kepada bangsa-bangsa itu kemudian secara terbuka mengakui, “jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus!” Kalimat ini sangat perlu, di masa kita ini, untuk dijadikan ukuran mengenai kehidupan yang murni di hadapan Allah, sebagaimana yang ditegaskan di dalam Pengakuan Iman Rasuli. Pertobatan yang benar berawal dari pengenalan akan dosa orang itu sendiri di dalam terang Allah. Berbahagialah orang yang memahami keberadaan dirinya yang sebenarnya dan yang kemudian membawa semua kebutuhannya kepada Yesus, yang bisa dan mau menyembuhkannya. ROMA 8:10 Dengan ayat ini, Paulus mengatakan bahwa Roh Kudus dan Kristus adalah sama dan serupa. Dimana saja Roh Allah berdiam di dalam hati seseorang maka Kristus juga hadir di sana! Kita tidak mau memisahkan keduanya, karena memang Tritunggal itu satu, dan bukan dua atau tiga. Mungkin hal itu tidak masuk akal, tetapi itu adalah sebuah kenyataan rohani. Yesus dikandung oleh anak dara Maria karena Roh Allah. Pada saat yang sama, Roh Kristus juga adalah Roh-Nya sendiri. Di dalam Roh Kudus Yesus Kristus hadir sebagai Tuhan, yang adalah Roh (2 Korintus 3:17-18). Berdiamnya Kristus di dalam diri seseorang menunjukkan hukuman mati bagi dosa-dosa orang itu. Pada saat yang sama, itu berarti kehidupan kekal bagi orang berdosa yang dibenarkan. Paulus dengan jelas menyatakan hubungan itu: Karena Yesus membenarkan kita, Roh-Nya bisa berdiam di dalam kehidupan kita, dan membuat kita mengambil bagian di dalam kehidupan kekal. Karena itu, Roh Kudus itu kekal demi kebenaran Kristus. Ayat ini menyatakan kepada kita inti dari rancangan keselamatan dari Allah. ROMA 8:11-13 Allah membangkitkan Yesus dari kematian sehingga Roh Kehidupan-Nya bisa berdiam di dalam kita. Yang Mahakuasa mengalahkan kematian dengan kebangkitan Kristus. Tetapi karena Roh Allah sekarang ini berdiam di dalam kehidupan para pengikut Kristus karena anugerah, Dia menjadi jaminan bagi kebangkitan mereka dari kematian. Hal itu terjadi bukan karena kebaikan mereka, tetapi karena Roh Yang Mahakuasa berdiam di dalam kehidupan mereka. Namun, Paulus memberikan sebuah peringatan, agar jangan sampai kita terus melakukan dosa dan tidak perduli serta membiarkan karakter negatif kita untuk terus muncul. Kalau kita terus melakukan demikian maka kita sedang memotong diri kita dari ikatan dengan Roh Kudus. Akan tetapi, kalau kita menyangkali diri kita, memikul salib kita, dan mengaku serta bertobat atas dosa-dosa kita di hadapan Allah, Roh Allah akan mulai membunuh semua maksud dan keinginan jahat kita. Kemudian kita akan dimampukan untuk hidup kekal di dalam Roh-Nya (Matius 16:24-25). ROMA 8:14-16 Peperangan melawan dosa adalah peperangan hidup dan mati. Yesus dan Roh Kudus sama sekali tidak membiarkan bahkan dosa yang terkecil sekalipun, tetapi mengasihi dan menyelamatkan orang-orang berdosa kalau mereka bertobat, dan dengan iman mengikatkan diri mereka kepada Juruselamat dari Perjanjian yang Baru. Demi keselamatan dan pengudusan mereka sendiri, Roh Allah menuntun mereka kepada pemahaman yang benar, untuk melakukan perbuatan kasih, dan untuk meneguhkan pengharapan akan kehidupan kekal. Kesabaran dan kasih Roh Kudus itu lebih besar daripada yang bisa kita bayangkan. Pemahaman yang benar akan Allah bergantung kepada pernyataan Roh Kudus akan Allah Yang Mahakuasa dan Pencipta langit dan bumi sebagai Bapa kita, dan kepada pernyataan-Nya agar kita mengenai diri kita sebagai anak-anak-Nya. Ia berseru di dalam kita “Abba, Bapa!” Ini adalah salah satu seruan yang sungguh-sungguh berasal dari Roh Kudus di dalam orang-orang yang sudah dilahirkan kembali. Iman yang dikerjakan oleh Roh Kudus ini tidak sekedar berisi perintah, pengajaran atau penjelasan, tetapi pernyataan langsung dari Roh Kudus kepada orang-orang yang mengasihi Yesus. Yesus, dalam lebih dari 200 ayat Injil, sudah bersaksi akan keberadaan Allah sebagai Bapa. Ia membasuhkan kita orang-orang berdosa dengan darah-Nya sehingga kita bisa memiliki hak untuk kembali kepada Allah, Bapa kita. Ia memampukan kita, baik secara hukum maupun secara rohani, untuk menjadi anak-anak Bapa-Nya. Tindakan kasih adalah tanda dari anak-anak Allah (Matius 5:14, 16, 43). Atas semua tindakan itulah terletak pujian bagi Allah, pelayanan para hamba Tuhan, dan kesaksian penginjilan kepada orang-orang yang belum percaya. Dalam beberapa kasus ada juga penderitaan atau kematian bagi nama Yesus. Sebagaimana Yesus melayani orang-orang yang miskin dan hina dan memberitakan kepada mereka Injil dalam penjelasan yang sederhana, demikian juga Roh Kudus menuntun kita untuk menjadi serupa dengan Yesus. Revolusi kasih-Nya itu lebih besar dari revolusi yang dilakukan Lenin. Yesus menawarkan diri-Nya untuk orang-orang berdosa yang sudah cemar, dan bahkan kepada orang-orang yang membenci Dia. Ia berdoa kepada Bapa-Nya untuk mereka, dan memperdamaikan dosa-dosa mereka (Lukas 23:33). Apakah yang kita, di bawah pimpinan Roh Kudus, persiapkan untuk kita persembahkan agar bisa menolong orang-orang yang tidak percaya dan yang sesat? Pengharapan kita tertuju kepada kedatangan Yesus yang kedua kali dan bahwa Ia akan membawa kita kepada Bapa. Kita hanya akan sungguh-sungguh merasa “di rumah dengan nyaman” ketika kita bersama-sama dengan Dia (Yohanes 14:2-3). Sebagaimana yang terjadi di dalam perumpamaan tentang dua orang anak, demikian juga yang akan terjadi dengan kita: Bapa menantikan kita, dan berlari menyambut kita yang pulang ke rumah-Nya! Kapankah Roh-Nya akan sepenuhnya mendorong kita untuk berbalik dari dunia dan kembali kepada Bapa kita? Apa yang akan anda katakan kepada-NYA ketika anda berdiri di hadapan-NYA, ketika anda akhirnya bertemu dengan DIA? ROMA 8:22-27 Ketakutan akan penderitaan dan kematian menguasai semua makhluk di seluruh dunia. Binatang juga sering waspada dan takut bahwa mereka akan dimangsa oleh hewan lain. Banyak orang hidup di dalam kepadatan penduduk yang berlebihan, polusi lingkungan, penimbunan senjata atom, ketakutan kehilangan pekerjaan, takut terkena penyakit, atau takut karena perkembangan politik yang negatif di negaranya. Dua pertiga dari penduduk dunia masih belum mengenal Yesus! Siapakah yang menderita karena keadaan yang demikian? Siapa yang berseru karena belenggu dosa mereka sendiri? Siapakah yang terkejut karena polusi setan di dalam budaya, media dan masyarakat kita sekarang? Siapa yang peduli dengan datangnya semua bencana yang ada di dalam kitab Wahyu? Berbahagialah orang yang bisa, dengan iman, meletakkan beban, masalah, dosa dan penderitaannya di hadapan Anak Domba Allah. Berbahagialah mereka yang sudah menerima Roh Kudus sebagai jaminan dan meterai akan kemuliaan yang akan datang. Orang-orang Kristen akan dikuatkan, yaitu mereka yang sudah tidak mampu lagi, dengan kekuatan sendiri, mendapatkan kekuatan yang diperlukan untuk mengatasi beban dan masalah yang menindihnya. Di dalam dirinya Roh Kudus akan bekerja dengan giat, mewakili dia menghadap Bapa di dalam doa. Roh Kudus mengeluh bagi kita, dan terus mengingatkan kita akan orang-orang yang perlu kita doakan. Dia mengangkat jiwa kita kepada penyembahan akan Allah, bahkan dengan air mata sekalipun. Roh Kristus adalah penghibur, pembela, dan kuasa Allah bagi kita ketika kita, karena kelemahan atau kesombongan kita, menjadi gagal. Ia mendorong kita untuk beriman dan berpengharapan ketika kita sudah di ambang keputus-asaan. Dengan kekuatan sendiri, orang-orang kudus itu sama sekali bukan pahlawan. Ketekunan mereka adalah karena iman, dan semata-mata oleh iman! Roh Kudus memberikan kepada kita pikiran baru, sehingga kita tidak lagi menginginkan apa yang diinginkan oleh kehendak pribadi kita, tetapi menginginkan apa yang dikehendaki Bapa. Kemudian kita bisa berdoa, “Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” Roh Anak Domba Allah lebih berpikiran missi dan lebih menguatkan kita daripada yang kita bayangkan. Ia menghendaki apa yang dikehendaki oleh Bapa dan Anak. Ia memperbaharui pemikiran kita dan kerinduan hari kita setiap hari,sehingga kita bisa, dengan kepercayaan dan keyakinan, menyesuaikan kehendak kita dengan rencana keselamatan dari Allah. Allah memandang hati kita, dan tahu bahwa kita membutuhkan pengurapan dari Roh Kudus-Nya. Paulus dan Bebannya Untuk BangsanyaROMA 9:1-3 Paulus sudah dipilih menjadi misionaris kepada bangsa-bangsa. Di setiap kota ia memulai kegiatan missinya di sinagoge, pada saat kesempatan muncul. Karena apa yang dilakukannya itu, ia harus mengalami penderitaan karena kenyataan bahwa hanya sedikit saja orang-orang Yahudi yang membuka diri mereka kepada Injil Kristus. Sebagian besar justru mengeraskan hati mereka dan melawan pemberitaan Paulus. Paulus, seperti Yesus juga, merindukan agar anak-anak Yakub juga diselamatkan semuanya dari kebutaan mereka. Namun, kekerasan hati mereka, sejak jaman Yesaya yang adalah 700 tahun sebelum Yesus, itulah yang menghalangi mereka untuk mengenal dan percaya kepada Juruselamat mereka. Kebanyakan mereka menyetujui Raja mereka disalibkan, dan tidak mau membuka hati mereka kepada Roh Kudus. Paulus, dalam semangat kasihnya yang besar, siap untuk mengorbankan hatinya dan bahkan keselamatannya sendiri kalau hal itu bisa membayar pertobatan saudara-saudara sedarahnya. Kebutuhan bangsa Israel jauh lebih besar daripada yang kita pahami. Kita jangan berpikir bahwa orang-orang Israel memiliki jalan mereka sendiri kepada Allah. Dia yang disalibkan dan bangkit itu juga adalah Juruselamat mereka. Anak Allah, di dalam kemuliaan-Nya, masih menantikan pertobatan mereka. Akan tetapi, perlawanan tetap saja terjadi. Permusuhan yang anti Kekristenan dari Talmud sekali lagi ditaburkan di dalam hati dan pikiran banyak orang. Sebagai akibatnya, orang Kristen berlatar belakang Yahudi yang jumlahnya sangat sedikit itu mulai dianiaya. Sang rasul dan orang-orang Kristen mula-mula itu semuanya berlatar belakang Yahudi, dan karena penganiayaan yang terjadi mereka kemudian membawa obor Injil itu ke seluruh dunia. Demikian juga, mereka yang berjumlah sedikit itu masih teraniaya sampai saat ini. Yesaya menyebut mereka sebagai sisa yang kudus yang akan diselamatkan (Yesaya 6:8-13). Peringatan Rohani dari PaulusROMA 12:11-12 Orang-orang Kristen tidak semuanya sama, tetapi sangat berbeda-beda: Tradisional, legalistik, liberal, emosional, intelektual, karismatik, sektarian, menyendiri, berani, tua, muda, laki-laki, perempuan, percaya diri, takut, suci, kurang suci, kaya, miskin, ada yang baru, dan ada yang sudah lama. Kepada mereka semua Paulus memerintahkan: Lakukan sesuatu! Jangan hanya berbicara saja! Penuhi pelayanan yang sudah dipercayakan. Jangan padamkan api Roh Kudus di dalam dirimu, tetapi biarkanlah Ia bekerja di dalam hati dan pikiranmu. Biarkan Dia menyalakan dan menginspirasi hidupmu. Pastikan bahwa engkau sedang melayani Tuan atas segala tuan. Pelayananmu memiliki makna kekekalan. Akhiri mimpi untuk memuaskan diri dan bersantai-santai. Pergunakan waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah hari yang jahat. Jangan menjadi marah dan pesimis, tetapi bersukacitalah di dalam pengharapan! Kalau anda harus hidup bersama dengan orang yang sulit, tetaplah bertahan dalam kesabaran, sebagaimana Tuhan sudah sangat bersabar dengan anda. Kalau saatnya anda tidak bisa bertahan lagi, tetaplah berdiam diri di dalam doa. Tuhan mendengar keluhan dan seruan anda. Ia meyakinkan anda, “ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). ROMA 14:17 Kesalehan anda penting selama itu dimunculkan oleh Roh Kudus. Namun, anda bukanlah tujuan dari keselamatan—tujuan keselamatan adalah Kerajaan Allah! Gereja adalah pasukan garis depan di dalam peperangan bagi kerajaan ini, dimana pekerjaan kerajaan ini dikembangkan. Kerajaan Allah adalah milik dari para malaikat, para leluhur iman, orang-orang kudus yang disucikan, orang-orang yang dilahirkan kembali di dunia ini, dan juga orang-orang yang masih akan diselamatkan di masa kesengsaraan besar yang akan datang. Kita semua diikat di dalam gerakan Allah untuk keselamatan ini, dengan tujuan untuk bisa mengambil bagian di dalam dunia Bapa, Anak dan Roh Kudus-Nya yang dipimpin oleh Roh. Kerajaan Allah ini tidak menjanjikan gaji yang tinggi, kekuasaan atas orang-orang lain, atau meja perjamuan yang melimpah susu dan madunya. Namun, kita diberi hak dan kuasa untuk melayani Allah. Kita dipanggil untuk menyembah Dia, dan untuk hidup dalam kebenaran setiap hari di dalam kuasa anugerah-Nya. Lebih lagi, kerajaan ini menjamin adanya damai sejahtera dari Roh Kudus di dalam hati kita, yang termasuk juga sukacita Kristus di dalam gereja kita (Yohanes 14:27; 17:13 dll.). Kerajaan Allah bukan berasal dari dunia ini, tetapi kuasa rohani yang besar di hadirat Allah dan Anak Domba-Nya (Wahyu 21:3-4). ROMA 15:13 Paulus menyebut Allah yang Mahatinggi sebagai “Allah sumber pengharapan.” Kerajaan Allah bergerak maju. Yesus sang Raja hidup dan memerintah. Para pengikutnya yang tidak memakai kekerasan dan para utusannya sedang mencapai kemenangan. Sukacita surga dan sukacita dari Roh Kudus mengikat orang-orang percaya bersama-sama. Mereka menyadari datangnya suatu jaman yang baru, masa dimana ciptaan baru akan datang. Mereka memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang-orang lain. Kuasa Roh Kudus di dalam diri mereka adalah jaminan akan kenyataan dari janji para nabi. Mereka memiliki pengharapan yang tidak pernah kering. Mereka memuji Allah karena kekayaan kasih karunia-Nya, yang dengan cuma-cuma dicurahkan-Nya kepada mereka. Alasan Paulus Menulis Surat Kepada jemaat di RomaROMA 15:14-19 Di akhir dari suratnya yang sangat mendalam kepada jemaat di Roma ini, Paulus mengulangi perkataannya tentang jemaat di “kota besar” itu bahwa ia yakin kalau mereka akan bisa bertahan tanpa dia. Ia dengan penuh kasih memanggil mereka “saudara” karena mereka memiliki Bapa yang sama di surga. Mereka dipenuhi dengan kebaikan-Nya dan dengan segala pengetahuan, yang diberikan Roh Kudus kepada mereka. Mereka ada dalam posisi untuk saling mendukung dan saling memberi peringatan satu kepada yang lain. Namun demikian, ketika ia menulis kepada mereka ia tahu bahwa Allah sudah mencurahkan kepadanya sebuah karunia yang khusus. Ia adalah penasehat hukum dan teolog di antara para rasul, yang iman Yahudinya kepada Tuhan sudah, melalui penampakan diri-Nya di dekat kota Damsyik, dijungkir-balikkan sepenuhnya. Paulus sudah menuliskan kepada mereka di dalam surat ini untuk “mengingatkan kamu akan sesuatu.” Bahwa Allah tetap benar (Roma 1:17) ketika Ia secara cuma-cuma membenarkan orang-orang berdosa demi kematian pendamaian Yesus (Roma 1: 18 – 8:39); Bahwa Allah tetap benar ketika ia mengeraskan hati bangsa pilihan-Nya untuk memberikan kepada bangsa-bangsa lain kesempatan untuk berpegang juga kepada keselamatan yang sudah digenapkan, yang juga dipersiapkan-Nya bagi mereka (Roma 9:1-11, 36), dan Bahwa Allah tetap benar ketika Ia, dengan kesabaran yang besar, bersabar terhadap orang-orang percaya yang belum dewasa, miskin dan papa untuk bisa membawa mereka ke dalam kedewasaan iman, kasih dan pengharapan (Roma 12:1-15, 13). Dengan penjelasan yang sangat mendasar itu, Paulus mau mengingatkan jemaat di Roma bahwa ia adalah hamba dari Yesus Kristus yang sudah dipilih dan diberi kewenangan. Ia sudah menerima anugerah yang khusus untuk membawa Injil Allah kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Tujuan yang sangat luar biasa dari pelayanan missi-dunianya adalah untuk melihat orang-orang yang masih tersesat diubahkan menjadi korban syukur yang berkenan dan yang memuji Allah. Hal ini bisa menjadi kenyataan ketika orang-orang itu sudah dikuduskan dan disucikan melalui Roh Kudus. Kemudian, Paulus bersaksi bahwa ia sepenuhnya bergantung kepada Kristus. Ia tidak berani untuk berkata-kata, menulis atau melakukan sesuatu selain yang sudah dilakukan oleh sang Mesias melalui dirinya. Di sinilah terletak rahasia dari kewenangannya untuk melakukan mujizat dan tanda-tanda ajaib di dalam kuasa Roh Kudus yang tak berkesudahan. ROMA 15:25-27 Jemaat di Yerusalem menjadi sangat miskin setelah orang-orang percaya, yang hidup dalam pengharapan bahwa Kristus akan segera datang kembali, menjual harta milik mereka. Dari hasil penjualan itu mereka hidup bersama-sama, degan penuh harapan menantikan kedatangan Kristus kembali. Penganiayaan yang terjadi di sana juga sangat berpengaruh, sehingga memang benar-benar ada krisis yang terjadi di dalam gereja induk. Paulus mulai mengumpulkan dana bagi jemaat yang menderita di Yerusalem di antara gereja-gereja yang baru berdiri di wilayah yang sekarang masuk dalam negara Yunani. Sang rasul membenarkan pengumpulan uang yang dilakukannya atas dasar posisi istimewa yang dimiliki oleh orang-orang kudus di Yerusalem. Mereka adalah orang-orang yang pertama sekali menerima karunia anugerah dari Roh Kudus, yang kemudian meneruskan karunia-karunia itu kepada para pengikut Kristus di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Tetap menjadi kewajiban yang tak tertulis bagi gereja-gereja baru itu untuk menolong orang-orang kudus yang sedang berkekurangan di Yerusalem, yang memang mereka lakukan dengan rela dan penuh sukacita. Bagi beberapa anggota dari gereja induk di Yerusalem, sumbangan yang dikumpulkan oleh Paulus merupakan bukti yang sah tentang iman dari jemaat-jemaat baru itu. Tindakan mereka merupakan bukti yang nampak bahwa mereka sudah memisahkan diri mereka dari dewa mammon. Dengan melepaskan dewa-dewa dan harta milik mereka, mereka secara sadar mempersembahkan sesuatu bagi Kristus dan gereja-Nya. Pengumpulan yang dilakukan oleh Paulus ini juga mengajarkan kepada kita bahwa gereja-gereja di negara-negara yang kaya memiliki tanggungjawab tidak tertulis untuk terus mendukung gereja-gereja yang miskin di negara-negara berkembang. Ini secara khusus berlaku ketika orang-orang percaya hidup di bawah garis kemiskinan, memiliki 100 kali lebih sedikit pendapatan dibandingkan dengan orang-orang Kristen di masyarakat yang mampu. Banyak di antara mereka yang hidup dengan pendapatan yang sangat rendah setiap harinya! Siapakah di jaman ini yang mendengar dan memahami tantangan ini? Dimanakah orang yang siap memberikan seperti apa yang dibisikkan oleh Roh Yesus kepadanya? ROMA 15:30-33 Di akhir dari suratnya, sang rasul menasehatkan orang-orang yang bertanggungjawab atas jemaat di Roma, melalui kewenangan yang diterimanya dari Tuhan Yesus Kristus, agar mereka berdiri bersama dengan dia di dalam peperangan yang tiada akhir yang sedang menantikannya di Yerusalem. Mereka diminta untuk mendukung dia di dalam kasih Roh Kudus, dan ikut terlibat di dalam peperangan rohani melalui doa mereka dan iman mereka kepada Allah yang hidup. Orang-orang tidak percaya yang fanatik kepada hukum sudah lama berusaha untuk membunuh Paulus. Namun, dia tetap saja memilih untuk menginjili dan memberkati mereka. Juga, Paulus menghendaki untuk menemukan cara menyampaikan sumbangan yang sudah dikumpulkan itu kepada orang-orang kudus yang membutuhkan di Yerusalem dengan cara yang tidak bisa mereka tolak, karena dukungan itu berasal dari jemaat-jemaat dari negara yang dianggap najis. Di dalam budaya Ketimuran, sumbangan yang diberikan secara langsung dan terbuka sering dianggap sebagai penghinaan terhadap harga diri seseorang. Jadi, bantuan itu perlu diberikan dengan cara yang bijaksana. Yesus pernah mengatakan, “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu”. (Matius 6:3) Paulus juga berharap, jika Tuhan mengijinkan, untuk mengadakan perjalanan ke Roma dan mengunjungi jemaat di sana, yang sudah disebutnya sebagai “saudara” karena Bapa yang ada di surga. Sukacita Yesus Kristus akan menyertai dia dan menyegarkan baik bagi dirinya maupun bagi jemaat yang ada di sana. Ia meminta agar Allah memberikan damai sejahtera-Nya kepada semua anggota jemaat di “kota besar” itu, sehingga mereka bisa dikuatkan di dalam Roh Kudus. Mereka kemudian, bersama-sama dengan dia, melalui iman mereka, berdoa dan berkorban, dipersiapkan untuk memberitakan Injil ke daerah-daerah lain di Kekaisaran Romawi. Namun, kenyataannya kelihatannya berbeda: Paulus yang penuh dengan semangat itu justru diserang dan dikutuki oleh orang-orang Yahudi yang fanatik. Akibatnya adalah ia harus meringkuk bertahun-tahun di dalam penjara. Kapal yang membawanya ke Roma mengalami karam di Malta. Namun Tuhan melalui doa Paulus, menyelamatkan semua penumpang kapal itu. Ia akhirnya sampai di Roma sebagai tawanan, dimana ia tetap mendapatkan hak, sebagai tahanan rumah, untuk menerima pengunjung. Jadi, ia bisa berbicara dan berdoa dengan para pemimpin jemaat. Ia dengan penuh penderitaan mengalami, bagaimana kebanyakan orang-orang Yahudi di kota itu melawannya. Hanya sisa yang disucikan itu saja yang membuka diri mereka terhadap Injil Kristus dan Roh Kudus-Nya. “Amin” yang terakhir dari Paulus melambangkan kepastiannya bahwa Kerajaan Allah akan terus bertumbuh dan berkembang tanpa henti mencapai segala bangsa yang ada di dunia ini. |