Waters of LifeBiblical Studies in Multiple Languages |
|
Home Bible Treasures Afrikaans |
Home -- Indonesian -- Matthew - 175 (Danger of Richness)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Hausa -- Hebrew -- Hungarian? -- Igbo -- INDONESIAN -- Javanese -- Latin? -- Peul? -- Polish -- Russian -- Somali -- Spanish? -- Telugu -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba
Previous Lesson -- Next Lesson MATIUS - Bertobatlah, Kerajaan Kristus Sudah Dekat!
Belajar dari Injil Kristus menurut Matius
BAGIAN 3 – Pelayanan Yesus di Lembah Yordan dalam Perjalana nya ke Yerusalem (Matius 19:1 - 20:34)
5. Orang Kaya dan Bahaya Kekayaan (Matius 19:16-22)MATIUS 19:16-22 Penginjil Matius, dalam menjelaskan tentang masalah yang ada di gereja, memilih untuk membahas mengenai pokok kekayaan setelah menjelaskan tentang pernikahan, perceraian dan perhatian kepada anak-anak Ada seorang muda yang ingin hidup dengan Allah didalam kekudusan, kesucian, dan perbuatan baik. Ini ambisi yang besar, tetapi Kristus terlebih dahulu ingin memerdekakan dia dari pemahaman yang salah bahwa standar kebenaran Allah dan manusia adalah sama. Yesus mengatakan kepada orang muda itu, “Tidak ada yang benar selain Allah.” Ia menegur anak muda itu dengan pernyataan yang sangat mengejutkan ini untuk membuka pemahamannya agar ia bisa memahami bahwa Kristus dan Allah itu satu, dalam satu hakekat. Yesus hidup dengan Bapa-Nya dalam persekutuan Roh, dalam kebaikan, kebenaran dan kemuliaan yang sempurna. Tetapi kita, dalam kaitannya dengan kekudusan Allah, kita semua adalah keji, jahat, dan tidak bisa melakukan kebaikan apapun dari diri kita sendiri. Karena itu kita perlu melakukan pertobatan yang total dan menyangkal diri. Hanya Allah itu baik, dan tidak ada satupun yang pada dasarnya baik selain Allah. Kebaikan-Nya adalah karena dan berasal dari diri-Nya sendiri, dan semua kebaikan yang ada di setiap makhluk juga berasal dari Dia. Ia adalah mata air segala kebaikan, dan bahkan semua mata air yang mengalir, berasal dari Bapa kita yang sumber segala terang (Yakobus 1:17). Yesus adalah Pola dan Teladan yang agung dalam hal kebajikan. Segala kebajikan akan diukur di dalam Dia. Segala sesuatu yang seperti dia dan yang seturut dengan kehendak-Nya adalah baik. Kita di dalam bahasa kita memanggil Dia Allah, karena Ia itu baik. Dalam hal ini, sebagaimana di dalam hal-hal lain juga, Tuhan Yesus adalah “Cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah” (Ibrani 1:3) dan karena itu dengan tepat disebut sebagai Guru yang baik. Orang muda itu tidak memahami pengajaran Kristus. Kristus menaruh di depan wajahnya sebuah cermin hukum Taurat agar ia bisa melihat kekurangannya dalam melakukan tugas hariannya. Sekali lagi kedangkalan pengertian orang muda itu muncul kembali karena ia berpikir bahwa ia sudah memenuhi semua yang dituntut Allah baginya. Ia tidak melihat kenyataannya sebagai orang berdosa di hadapan Tuhannya. Ia sudah didustai oleh karena kebenaran yang pura-pura saja, bangga karena kejujurannya dan menganggap dirinya benar karena sudah mentaati hukum Taurat. Yesus harus menunjukkan kepadanya apa yang sudah membelenggunya, yaitu cintanya akan uang dan kesombongannya karena keadaan dirinya. Ia menunjukkan bahwa kesalehan yang sejati berarti pengorbanan yang sempurna kepada Allah dan untuk mereka yang membutuhkan. Kesempurnaan ini hanya bisa dicapai dengan mengikut Yesus. Kristus di sini menjelaskan secara khusus mengenai tanggungjawab kepada sesama manusia. Ini bukan karena hukum yang lain tidak penting, tetapi para ahli Taurat yang memegang jabatan Musa, sepenuhnya mengabaikan atau paling tidak sangat menyimpang dalam pengajaran mereka mengenai hal itu. Sementara mereka memberikan persepuluhan untuk selasih, adas manis dan jintan--keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan mereka abaikan (Matius 23:23). Pengajaran mereka hanya mengenai ritual dan bukan mengenai moral. Kristus tidak mengajarkan kepada kita bahwa orang-orang kaya harus memakai uang mereka untuk kaum miskin tanpa sikap berhati-hati, tetapi mereka juga harus mempelajari dengan bijaksana tentang bagaimana mereka bisa menolong orang-orang miskin sehingga orang-orang miskin itu nantinya bisa menolong diri mereka sendiri. Seorang pemalas tidak layak menerima sumbangan, ia justru harus mengubah perilakunya agar ia bisa makan roti dari keringatnya sendiri. Kristus tidak mengajar orang muda itu dengan tujuan agar ia memberikan seluruh uangnya kepada orang-orang miskin, tetapi agar ia memerdekakan diri dari sikap mengandalkan kekayaannya sehingga ia bisa menundukkan dirinya dan juga uangnya sepenuhnya kepada Allah. Kenyataannya adalah bahwa tidak ada orang yang bisa mengabdi kepada Allah dan mammon (uang). Tetapi orang muda itu ingin mengikut Yesus dan pada saat yang sama, percaya kepada uangnya. Kristus meminta agar hati anda percaya penuh kepada-Nya karena Ia tidak mau bertahta di dalam hati yang terbagi. Kristus tidak memerintahkan agar semua orang menjual semua harta miliknya. Namun panggilan-Nya adalah agar anda menyerahkan diri anda sepenuhnya kepada-Nya. Ini mencakup uang dan harta anda. Belenggu cinta kepada kekayaan menjauhkan banyak orang dari Kristus, bahkan meskipun mereka nampaknya memiliki keinginan yang baik untuk mendekat kepada-Nya. DOA: Yang Mahakudus, Engkau Hidup, Benar dan Penuh Rahmat. Ampunilah kami kalau kami percaya kepada uang dan harta kami yang bisa binasa. Tolonglah kami untuk meletakkan diri kami, dan juga uang kami sepenuhnya ke dalam tangan-Mu. Kami tidak bisa melayani Engkau dan mammon sekaligus. Tolonglah kami untuk mengasihi Engkau, mengasihi orang-orang miskin dan membutuhkan di dalam kasih-Mu yang setia. PERTANYAAN:
|