Waters of LifeBiblical Studies in Multiple Languages |
|
Home Bible Treasures Afrikaans |
Previous Lesson -- Next Lesson MARKUS - Siapakah Kristus?
Belajar dari Injil Kristus Menurut Matiusus
BAGIAN 4 - MUJIZAT-MUJIZAT BESAR DARI YESUS DI GALILEA DAN SEKITARNYA (Markus 3:7 - 8:26)
12. Perdebatan Mengenai Membasuh Tangan, Adat-Istiadat Nenek Moyang (Markus 7:1-13)MARKUS 7:1-13 Orang membasuh tangan mereka sebelum makan, karena udara bisa saja membawa kuman, yang akan mendatangkan berbagai penyakit. Tetapi barangsiapa menyatakan bahwa pembasuhan luar itu penting untuk membenarkan diri dan berkenan kepada Allah, mereka adalah orang-orang yang bodoh secara rohani dan sangat dangkal, karena Yang Mahakudus menuntut penyucian hati, dan bukan sekedar ritual yang kosong. Seorang buruh yang tangannya kotor karena kerja keras, misalnya, dan yang percaya kepada pengampunan dosanya di dalam darah Kristus, adalah segambar yang kudus dengan sang Penciptanya, meski tangannya masih kotor. Tetapi seseorang yang mengenakan pakaian mewah, yang sering mandi, namun hatinya cemar dan penuh dengan pikiran jahat, pasti akan masuk neraka meskipun ia sudah melakukan banyak pembasuhan dan berbagai bentuk pencucian diri. Kristus membawa perubahan yang radikal kepada kehidupan agama. Ia membebaskan kita dari berbagai ritual, kewajiban, dan hukum, serta menyatakan kepadakita hakekat dari penyerahan diri dan tujuan dari semua itu, yaitu hati yang dibaharui. Pengakuan bahwa seseorang sudah melakukan semua perintah adalah bentuk kemunafikan dan mendustai diri sendiri selama orang itu belum dilahirkan kembali dari Allah. Semua doa-doa hanyalah kepura-puraan dan palsu selama orang itu belum mengakui pelanggarannya, dan mengatakan, “Ya Allah, berilah rahmat-Mu kepadaku yang berdosa ini!” Semua pelayanan yang kita lakukan kepada Allah tidak akan ada hasilnya kalau semua itu keluar dari perbendaharaan sikap kita yang mementingkan diri sendiri. Manusia badaniah kita tidak bisa menyenangkan Allah dengan adat-istiadat, kewajiban, dan berbagai ritual manusia, ataupun dengan doa, puasa, ziarah, dan amal sedekah, karena apapun yang keluar dari hati manusia itu najis dan tidak layak di hadapan Yang Mahakudus. Hanya apa yang berasal dari Allah itu yang layak. Kebenaran kita yang diberikan oleh Kristus kepada kita adalah anugerah Allah, dan bukan hasil usaha kita. Pengudusan kita juga merupakan karya Roh Kudus. Kita tidak bisa mentaati perintah-perintah Allah dengan kekuatan kita sendiri. Agama yang didirikan di atas dasar ketaatan terhadap hukum hanyalah merupakan khayalan, kemunafikan dan mendustai diri sendiri, karena Allah menghendaki pertobatan kita dan sikap hancur hati kita, sehingga Dia bisa memenuhi hati kita dengan kasih-Nya. Baru setelah itu kita akan diubahkan dari dalam. Kita masih melayani orang tua kita dengan penuh rasa hormat dan terima kasih, mengorbankan harapan kita bagi mereka, dan meluangkan waktu bersama mereka, sebagai ucapan syukur kepada Allah. Pujian masih kita naikkan dari hati kita, karena Allah sudah datang kepada kita di dalam Anak-Nya, dan sudah membebaskan kita dari belenggu ritual. Apakah anda tahu bahwa kemunafikan adalah dosa yang paling menjijikan dari orang-orang yang berlagak saleh, yang berbicara dengan manis, dan yang berdoa di hadapan semua orang, tetapi yang hatinya mengucapkan kata-kata yang berbeda dengan yang diucapkan bibirnya, dan yang pikirannya jauh dari Allah? Banyak doa dilakukan dengan kepalsuan, karena tidak keluar dari hati yang merendah, dan belum disucikan oleh darah dan Roh Kristus. Semua profesi keagamaan hanyalah palsu di hadirat Allah kalau orang yang berdoa itu tidak menyerahkan diri sepenuhnya kepada Yang Mahakudus. Bahaya dari kehidupan yang pura-pura saleh adalah kemegahan diri yang terus berkembang ketika orang yang fanatik menjadikan suatu hukum tertentu menjadi jalan untuk penyuciannya, dan kemudian mengutuk semua orang yang mengikuti apa yang mereka lakukan itu. Waspadalah terhadap kemunafikan. Kemunafikan jauh lebih berbahaya daripada racun. Kemunafikan bisa membunuh kasih dan iman yang semula memiliki doa yang tulus. Kemunafikan juga menjadi alat memegahkan diri bagi orang-orang munafik itu sendiri. DOA: Ya Bapa, kami berterima kasih kepada-Mu karena Engkau penuh dengan rahmat kepada kami, dan Engkau mengampuni segala dosa kami dengan kematian Anak Tunggal-Mu. Penuhilah kami dengan kuasa kasih-Mu sehingga kami bisa menyerahkan diri kami sepenuhnya kepada-Mu dengan pujian dan ucapan syukur, dan kemudian juga melayani orang tua kami dengan kasih. Peliharalah kami dari kesalehan yang pura-pura dan kemunafikan sehingga kami bisa menjauh dari kesombongan, dan menjalani kehidupan yang hancur hati di hadirat-Mu, ya Allah. Amin. PERTANYAAN:
|