Waters of Life

Biblical Studies in Multiple Languages

Search in "Indonesian":
Home -- Indonesian -- Matthew - 241 (Jesus’ Struggle in His Prayer)
This page in: -- Arabic -- Armenian -- Azeri -- Bulgarian -- Chinese -- English -- French -- Georgian -- Hausa -- Hebrew -- Hungarian? -- Igbo -- INDONESIAN -- Javanese -- Latin? -- Peul? -- Polish -- Russian -- Somali -- Spanish? -- Telugu -- Uzbek -- Yiddish -- Yoruba

Previous Lesson -- Next Lesson

MATIUS - Bertobatlah, Kerajaan Kristus Sudah Dekat!
Belajar dari Injil Kristus menurut Matius
BAGIAN 5 – Penderitaan dan Kematian Kristus (Matius 26:1 - 27:66)

10. Pergumulan Yesus di Dalam Doa-Nya (Matius 26:39)


MATIUS 26:39
39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
(Yohanes 6:38, 18:11, Ibrani 5:8)

Kristus sujud di hadapan Allah tidak berarti bahwa Ia kehilangan keilahian-Nya selama penderitaan-Nya, tetapi karena penebusan kita menuntut Dia untuk merendahkan diri-Nya. Perkataan yang diucapkan-Nya di dalam doa-Nya menjelaskan kepada kita betapa dalamnya pergumulan-Nya bagi keselamatan kita.

Yesus memulai doa-Nya dengan panggilan yang indah, “Ya Bapa-Ku,” karena Ia mau berpegang kepada Bapa meski Ia memang terpisah dari-Nya karena dosa-dosa kita. Ia tidak meragukan keadaan-Nya sebagai Anak Allah dan kasih Bapa kepada-Nya. Penghiburan kita yang terbesar ketika kita ada dalam kesusahan adalah untuk mengingat bahwa Allah yang besar itu adalah Bapa kita. Ketika kita memanggil Allah, kita harus memanggil-Nya dengan sebutan Bapa kita, meskipun murka-Nya dinyatakan dan sangat menyala atas setiap dosa. Namun, kita bisa melakukan hal itu karena Kristus sudah meminum cawan murka Allah sebagai pengganti kita. Di dalam doa-Nya di Getsemani, Yesus melihat adanya cawan murka yang memang dipersiapkan untuk diminum-Nya.

Dalam hakekat manusia-Nya, Kristus ingin agar cawan yang pahit itu berlalu dari pada-Nya, dan agar rencana keselamatan Allah itu, kalau mungkin, bisa dilaksanakan tanpa Dia harus disalibkan. Namun, Sang Anak memasrahkan kehendak-Nya di atas kehendak Bapa dalam segala sesuatu. Dalam pergumulan iman ini, nampak sekali bahwa Yesus adalah manusia sejati, sebagaimana Ia adalah Allah sejati. Kehendak Yesus adalah kehendak manusia tetapi senantiasa disejajarkan dengan kehendak Bapa-Nya.

Kristus menjadi sangat sedih dan gelisah berkaitan dengan hakekat kemanusiaan-Nya, dan lebih suka untuk tidak harus mati. Lebih lagi, keilahian-Nya tidak bisa menahan kenyataan bahwa Ia ditinggalkan Bapa-Nya. Namun, meski ada penderitaan yang menyakitkan dan mendekati kematian, Ia tidak menginginkan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Bapa dalam memenuhi karya penebusan. Ia mengalahkan hakekat manusia-Nya dengan ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kami mengasihi Engkau dan memuliakan Engkau karena Engkau menanggung rasa takut akan kematian menggantikan kami. Engkau menderita di dalam jiwa-Mu akan keterpisahan-Mu dari Bapa karena penghukuman atas kami. Namun, Engkau memilih kehendak Bapa-Mu dan bukannya menyelamatkan diri-Mu sendiri. Engkau menanggung kepedihan kami untuk menyelamatkan kami, dan meminum cawan murka menggantikan kami. Tolonglah kami untuk mengasihi Engkau senantiasa dan memelihara perintah-Mu dengan pertolongan-Mu. Terima kasih atas kesabaran dan kasih-Mu yang besar.

PERTANYAAN:

  1. Mengapakah Yesus gemetar dan menjadi sangat sedih, bahkan seperti mau mati?

www.Waters-of-Life.net

Page last modified on September 02, 2023, at 07:30 AM | powered by PmWiki (pmwiki-2.3.3)